Oleh Samuel Oktora
Dalam kesejukan, diwarnai kesegaran embun pagi, Bukit Golo Lusang yang hijau membentang di Kecamatan Langke Rembong, Kabupaten Manggarai, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Ratusan orang, dari anak-anak hingga orang dewasa, berdatangan ke bukit yang ditetapkan sebagai Bukit Yubileum itu.
Nama baru bukit itu terkait dengan perayaan Yubileum 100 Tahun Gereja Katolik Manggarai, Oktober 2012. Keuskupan Ruteng bersama umat Katolik dan warga lain melakukan penghijauan dengan menanam 1.600 batang tanaman lokal di Bukit Golo Lusang itu. Kegiatan serupa tahun 2005 dilakukan Kwartir Cabang Gerakan Pramuka 2412 Manggarai di area seluas 10 hektar. Selain itu, karyawan BRI Maumere, Kabupaten Sikka, juga menanami lahan seluas 5 hektar di bukit itu.
Uskup Ruteng Mgr Hubertus Leteng, beberapa waktu lalu, menyatakan gerakan itu sebagai bentuk kepedulian gereja terhadap kelestarian lingkungan hidup. ”Gereja tak pernah berhenti mengajak seluruh umat untuk menjaga dan melestarikan lingkungan hidup. Seluruh umat juga diajak untuk mempunyai kesadaran merawat bumi sebagai ibu secara arif,” katanya.
Gerakan ini didukung Pemerintah Kabupaten Manggarai, mengingat debit air akhir-akhir ini di Ruteng makin berkurang. ”Kondisi saat ini telah berubah, tidak seperti 20 tahun lalu. Dulu, ketersediaan air bersih melimpah,” kata Wakil Bupati Manggarai Deno Kamelus. Namun, kini ketersediaan air bersih kian menipis. Ada kecemasan luar biasa di masyarakat menyangkut air minum. Untuk air bersih, masyarakat Ruteng memiliki ketergantungan tinggi pada Bukit Golo Lusang.
Taman wisata alam
Golo Lusang berada dalam Taman Wisata Alam (TWA) Ruteng yang luasnya mencapai 200.000 hektar. Bukit ini adalah satu dari 29 kawasan konservasi di NTT yang secara keseluruhan seluas 32.245,6 hektar.
Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam NTT Wiratno menjelaskan, TWA Ruteng adalah sistem penyangga kehidupan yang perlu dilestarikan untuk mendukung kehidupan dan kesejahteraan masyarakat Manggarai Raya, yang meliputi Kabupaten Manggarai Barat, Manggarai, dan Manggarai Timur. Penduduk di daerah ini kini sekitar 853.937 jiwa.
Sebagai sistem penyangga kehidupan, TWA Ruteng menjadi hulu dari 34 sungai di Manggarai dan Manggarai Timur. Sungai itu mengairi 3 irigasi teknik, 5 irigasi setengah teknik, dan 317 irigasi sederhana yang digunakan untuk mengairi sekitar 18.518 hektar sawah di 54 desa dan 9 kecamatan.
Aliran sungai itu juga dipakai untuk pembangkit listrik tenaga mikrohidro Wae Garit di Manggarai dan Wae Mokel di Manggarai Timur. Hal ini menunjukkan pentingnya peran TWA Ruteng. TWA Ruteng juga menjadi rumah bagi 252 jenis tumbuhan, 21 jenis mamalia, 9 jenis reptilia, 13 jenis amfibi, dan 65 jenis burung.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.