Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Singgah Bersantap di Pesinggahan

Kompas.com - 05/03/2013, 08:35 WIB

BALI menyimpan rahasia kuliner yang kaya ragam dan rasa. Salah satunya sate lilit tuna asli Pantai Pesinggahan, Klungkung, Bali. Di Warung Pesinggahan Merta Sari, Anda bisa menemukan beragam olahan ikan laut khas Bali.

Warung ini boleh dibilang spesial mengolah ikan tuna. Nasi putih tersaji bersama sate lilit atau sate isi; pepes dan ikan masak kuah yang dipadu dengan plecing kangkung, kacang, dan aneka sambal matah hingga sambal matang. Itu bisa memuaskan selera makan siang Anda. Anda cukup merogoh isi kantong senilai Rp 20.000 sudah bisa menikmati beragam menu tadi.

Para pengunjung warung juga diperkenankan melihat langsung proses pembuatan sate hingga pembakarannya. Membuat sate lilit tak sekadar menempelkan adonan kelapa dan ikan. Namun, teknik lilitan pada tangkai bambu memiliki teknik spesifik yang berpadu dengan seni memasak.

”Kami tidak pernah menyajikan ikan tak segar. Semua ikan ini kami dapatkan dari para nelayan di Pantai Pesinggahan atau sekitar Bali untuk diolah hari itu juga,” kata Wayan Dunia (60), pemilik warung Pesinggahan Merta Sari.

Wayan Dunia menuturkan, warung miliknya dulu hanya coba-coba. Bahkan, coba-coba itu berupa lapak yang hanya mengandalkan sate lilit sekitar 400 meter dari Pantai Pesinggahan pada tahun 1985.

Saat itu, Dunia bersama almarhum suaminya, Nengah Sada, berpikir mengapa tak mengolah ikan-ikan nelayan menjadi makanan enak. Mereka pun berspekulasi dengan bumbu buatan sendiri. Awalnya mereka belanja sekitar 5 kilogram ikan tuna. Selanjutnya bumbu dan daging ikan tuna mereka olah. Olahan itu dikepalkan pada gagang bambu selebar jari dan sepanjang sekitar 10 sentimeter. Setelah dikepalkan, daging olahan dibakar.

Keduanya tak menyangka, sate lilit yang dijualnya satu porsi berisi 10 tusuk sate serta tipat (ketupat) yang dipotong-potong itu laku keras. Berawal dari belanja 5 kg ikan tuna, makin meningkat menjadi 10 kg setiap harinya. Puluhan tusuk sate pun ludes. Hari ke hari, dagangan suami istri ini semakin dikenal konsumen.

Adonan

Dunia kemudian mencoba menambah sate daging. Jika sate lilit itu olahan daging tuna diadon dengan bumbu-bumbu rempah-rempah, sate daging cukup potongan-potongannya yang sudah ditusuk dicelupkan ke bumbu. Selanjutnya sate daging yang biasa disebut sate tusuk pun siap dibakar. Aroma bakarannya segar dan pasti menambah selera makan.

Melihat para pembeli yang makin antusias, Dunia mengubah lapak menjadi warung. Namun, warung pasangan Sada dan Dunia, waktu itu, sekitar 1990-an, masih kecil dan sederhana. Sekitar tiga tahun belakangan, Dunia sukses memperluas warungnya. Luas arealnya kini berkisar 100 meter persegi. Tempat para pengunjung makan dibuat beragam. Jika berminat lesehan bisa menggunakan balai-balai, tetapi bagi pengunjung yang membutuhkan meja dan kursi juga disiapkan.

Selain melayani pembeli langsung, warung juga menerima pesanan dari berbagai kalangan yang kebetulan memiliki hajat di rumah mereka. ”Resep-resep atau bumbu-bumbunya masih tiang (saya) yang buat sendiri. Ini resep warisan Bapak (suaminya),” kata Dunia.

Karyawannya yang sebanyak 15 orang itu memiliki tugas masing-masing, setelah adonan, terutama untuk sate siap. Beberapa karyawan lelaki mulai membakar sate pada saat warung buka pagi sampai warung tutup sore hari.

Sekarang sedikitnya 100 kg ikan tuna bisa habis setiap hari di warung ini. Pasokannya pun tak hanya dari nelayan Pesinggahan. Pada saat ramai, Dunia harus mencari tuna sampai ke Benoa, Denpasar. ”Yang penting ikannya harus segar,” katanya.

Warung Merta Sari selalu berusaha menjaga kualitas rasa makanan. Bumbu-bumbu utama, seperti bawang merah, bawang putih, garam, merica, gula, serta rempah-rempah, tetap menjadi racikan utama untuk mendapatkan masakan yang gurih.

Bagi Dunia, warung yang dirintis bersama almarhum suaminya bagaikan warisan. Selama dirinya masih hidup, ia akan menjaga terutama soal rasa dan nama baik.

Beberapa tokoh politik lokal sampai pusat dan artis-artis ternama pernah singgah di Pesinggahan milik Dunia. Tokoh itu seperti Megawati Soekarnoputri, yang singgah lebih dari sekali. Soal itu, Dunia hanya tersenyum. Ia bukannya tak merasa puas, karena menjaga kualitas itu jauh lebih sulit dari hanya sekadar kedatangan tokoh. ”Saya manusia biasa yang berusaha menjaga rasa. Pelanggan puas, saya lega,” ujarnya.

Warung Pesinggahan ini tak sulit dicari. Sejumlah papan petunjuk mampu mengawal calon pelanggan atau bertanya pun bakal mendapatkan petunjuk arah.

Karena itu, jika Anda melancong ke Klungkung tak hanya mendapatkan wisata sejarah dan lukisan Kamasan saja. Sate lilit Pesinggahan jika perlu menjadi menu utama santapan pada siang hari. (Ayu Sulistyowati)

Ikuti twitter Kompas Travel di @KompasTravel

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com