Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wisata Perbatasan Ala Nunukan

Kompas.com - 18/03/2013, 13:35 WIB

BERBEDA dari perjalanan sebelumnya, kali ini Kamga membuka lembaran petualangannya di salah satu daerah tapal batas Indonesia. Tepatnya di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur.

Kabupaten ini, telah memberi kesan tersendiri di hati pembawa acara "Explore Indonesia" yang tayang di Kompas TV tersebut. Seperti apa rasanya hidup di daerah perbatasan?

Mungkin memang tidak jauh berbeda dengan daerah lain. Perbedaan baru terasa saat Kamga melakukan transaksi pembelian. Di Pelabuhan Tunon Taka misalnya, Kamga bertemu dengan para penukar uang yang membawa tumpukan mata uang ringgit dan rupiah dalam jumlah amat banyak.

Ya, kedua mata uang tersebut lazim digunakan untuk berjual-beli di daerah ini. Maklum saja, Tunon Taka bukan hanya melayani pelayaran dalam negeri, tapi juga trayek ke Tawau di Malaysia. Tawau ialah salah satu kota besar di Sabah, yang dapat ditempuh dengan sejam perjalanan menggunakan kapal cepat dari Nunukan.

Di pusat-pusat perbelanjaan Nunukan, begitu mudah ditemukan produk-produk keluaran Malaysia. Kamga mendatangi Pasar Yamaker, pasar terbesar di Nunukan.

Para pedagang bercerita bahwa kebanyakan warga Nunukan acap kali lebih memilih produk Malaysia ketimbang buatan dalam negeri. Barang-barangnya lebih murah dan lebih mudah didapat karena distribusi yang lebih cepat dari Malaysia.

“Orang Nunukan ini lebih suka barang dari 'sebelah' (Malaysia). Karena barangnya lebih bagus, kualitasnya juga oke,” kata Ritasari, salah seorang warga Nunukan yang biasa pulang-pergi Nunukan-Tawau dua kali dalam seminggu.

Beberapa tahun lalu, fenomena transaksi jual-beli barang di Nunukan jauh lebih ramai dari pada saat ini. Dulu Nunukan merupakan pusat persinggahan TKI yang akan bekerja di Malaysia.

Namun pada tahun 2009 pemerintah Indonesia dan Malaysia membuat kebijakan yang mengharuskan TKI mengurus keperluan administrasinya langsung di Malaysia. Hal ini  sempat membuat perekonomian Nunukan jatuh.

Namun, warga Nunukan tak tinggal diam. Usaha demi usaha pun mereka lakukan. Salah satunya adalah dengan membuka usaha budi daya rumput laut. Usaha ini tidak selalu berjalan mulus.

“Harga rumput laut sempat jatuh hingga 5.600 rupiah pada tahun 2012. Paling tinggi 11.000 rupiah di tahun 2011. Sampai sekarang masih naik-turun,” kata Satria, salah seorang petani rumput laut Nunukan.

Warga Nunukan memang masih berjuang keras untuk dapat mengembalikan kondisi perekonomian daerahnya seperti dulu, saat TKI masih ramai mengisi daerah ini. Walaupun Pulau Nunukan cenderung sepi, tetapi masih banyak fenomena lain yang dapat dieksplorasi di daerah ini.

Masih banyak warga yang berusaha mempertahankan denyut kehidupan Nunukan. Di Malam hari, Kamga berkesempatan menyaksikan tarian nan apik dari sekelompok remaja Nunukan yang rutin berlatih di suatu balai pertemuan.

Mereka aktif memperkenalkan kesenian Kalimantan ke berbagai daerah, bahkan hingga ke luar negeri. Tari Busak Bakuy dan Tenguyon, dipertontonkan untuk menggambarkan keindahan alam Kalimantan dan gotong-royong masyarakatnya.

Eksplorasi Kamga tidak berhenti hanya sampai di situ. Kamga pun akan berbagi cerita di perbatasan Sebatik dan mencoba menemukan jejak gajah kerdil Borneo (pigmy elephas Borneoensis)  di Sebuku.

Saksikan perjalanan Kamga selengkapnya di “Explore Indonesia” episode "Nunukan" pada Selasa, (19/3/2013) pukul 11.00 dan 21.00 WIB di Kompas TV. Anda juga bisa menyaksikannya di www.kompas.tv/live. (Kompas TV/Herwanto/Yesicca Sinaga)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com