Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lantunan Merdu Dayak Agabag

Kompas.com - 19/03/2013, 15:46 WIB

KABUPATEN Nunukan mencakup beberapa wilayah di Kalimantan Timur. Mulai dari Pulau Nunukan, Pulau Sebatik, hingga sebagian Pulau Kalimantan.

Salah satu kecamatannya di Pulau Kalimantan adalah Sebuku. Kamga, pembawa acara “Explore Indonesia” yang tayang di Kompas TV, memulai perjalanannya dari Pelabuhan Lamijung di Nunukan.

Perjalanan dari Nunukan menuju Sebuku ditempuh melalui jalur laut dan dilanjutkan jalur sungai. Arus di muara sungai sulit diprediksi. Bila hujan lebat, arusnya biasanya sangat kuat dan membawa sisa kayu dari hutan.

Gelombang tinggi dari laut dan sungai kadang membuat kapal harus menghentikan perjalanannya. Bila arus normal, penumpang dari Lamijung dapat tiba di Pelabuhan Aki Betawol Sebuku setelah menempuh tiga jam perjalanan.

Dayak Agabag di Sebuku
 
Kondisi Sebuku benar-benar berbeda dari Pulau Nunukan yang lebih modern. Sebuku dikelilingi sungai, hutan, dan perkebunan kelapa sawit.

Kamga mendatangi Desa Sekikilan yang didiami masyarakat Dayak Agabag. Agabag adalah salah satu sub suku Dayak yang pernah menerapkan pola hidup nomaden. Hingga kini, berkebun dan berladang di lahan bergilir masih mereka lakukan.

Masyarakat Dayak Agabag di Sebuku menyambut Kamga dengan lantunan Kukui. Alunan Kukui terdengar merdu, layaknya lagu dari penyanyi akapela profesional.

Kukui terbagi atas beberapa tahap: Dunkuling, Mamantis, Dunsugut, dan Andoi-Andoi. Pada bagian Andoi-Andoi, salah seorang penari akan bergerak ke tengah lingkaran sambil memeragakan burung elang yang siap terbang.

Kehidupan masyarakat Dayak Agabag sangat dipengaruhi oleh aliran sungai. Karenanya, bahan makanan sehari-hari mereka pun bersumber dari sungai.

Kamga mencicipi makanan khas masyarakat Dayak Agabag yang bernama Iloy. Terbuat dari ubi dan menggunakan ikan baulu sebagai lauknya. Teksturnya mirip papeda. Hanya saja papeda biasanya dibuat dari sagu.

Tidak jauh dari perkampungan warga di Desa Sekikilan, seorang aktivis lingkungan hidup dan beberapa tokoh adat mengajak Kamga untuk menelusuri jejak kedatangan gajah pigmi Borneo. Gajah pigmi Borneo acapkali datang ke desa ini untuk mencari makan.

Gajah Borneo merupakan salah satu spesies gajah yang berukuran relatif lebih kecil dari pada gajah Asia pada umumnya. Habitat asli gajah ini adalah di Pulau Kalimantan. Termasuk hewan yang dilindungi, karena eksistensinya yang terancam punah.

Mamalia ini memang sensitif dengan keberadaan manusia. Tapi gajah Borneo tidak akan menyerang perkampungan warga jika habitatnya tidak terganggu.

Sebatik, Tapal Batas Negeri

Perjalanan berikutnya dilanjutkan ke Pulau Sebatik. Di Pulau ini Kamga mengunjungi patok perbatasan Indonesia-Malaysia. Namanya adalah patok tiga, yang terletak di Desa Haji Kuning.

Dengan menginjakkan kaki melintasi patok tersebut maka pada praktiknya Kamga telah berada di Malaysia. Bukan hanya itu. Kamga pun mendatangi sebuah rumah yang dilewati garis perbatasan negara. Berarti bisa dibilang, pemilik rumah itu setiap hari “melancong” ke Malaysia.

Dari dekat Patok Satu di Pulau Sebatik, kota Tawau terlihat samar dari kejauhan. Kondisinya terlihat sangat kontras bila dibandingkan dengan Sebatik.

“Tawau dari tempat saya melihat adalah sebuah kota yang modern. Saya dapat melihat bangunan-bangunan tinggi di sana. Itu menjadikan warga-warga sebatik dan nunukan sering datang ke sana untuk membeli kebutuhan mereka yang memang cukup mudah didapatkan di tempat itu," ujar Kamga.  

"Kalau saya datang ke sini malam hari, kontradiksi antara kedua kota ini akan sangat jelas terlihat. Karenanya, warga di Sebatik sering mengucapkan sebuah ungkapan, 'Di malam hari Tawau bermandikan cahaya, sementara Sebatik gelap-gulita',” tambah Kamga.

Perjalanan Kamga di Nunukan tidak berhenti hanya sampai di situ. Saksikan cerita lengkapnya di “Explore Indonesia” episode "Nunukan" pada Selasa, (19/3/2013) pukul 11.00 dan 21.00 WIB di Kompas TV. Anda juga bisa menyaksikannya di www.kompas.tv/live. (Kompas TV/Herwanto/Arien/Yesicca Sinaga)

Ikuti twitter Kompas Travel di @KompasTravel

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com