Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/04/2013, 17:13 WIB
EditorI Made Asdhiana

JIKA pengaruh India dalam kuliner Aceh memang tak terbantahkan lagi akibat hubungan dagang yang panjang di masa lalu, bagaimana dengan perang panjang yang menempa Aceh? Adakah jejaknya dalam kuliner mereka?

”Pengaruhnya jelas sekali,” kata Reza Idria, antropolog dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ar-Raniry, Aceh. ”Perang tidak hanya berpengaruh terhadap jenis makanan, tetapi juga sikap dan cara makan.”

Sikap itu terekam dalam ungkapan pajoh laju, prang-prang kalehbu (makan dulu, kalaupun perang kita sudah kenyang) yang sangat populer di Aceh. ”Ungkapan itu pasti lahir dari pengalaman panjang semasa perang,” kata Reza.

Azhar Abdurrahman, mantan Sekretaris (Arakata) Gerakan Aceh Merdeka (GAM) Wilayah Meureuhom Daya yang kini menjabat Bupati Aceh Jaya, merasakan betul tuah ungkapan itu. Suatu ketika, ia menyusup ke dapur rumahnya tepat saat azan maghrib berkumandang. Sang istri segera menyiapkan makanan dan berkata, ”Pajoh laju prang-prang kalehbu.”

Azhar segera mengikuti saran istrinya. Di suapan terakhir, tiba-tiba ia melihat pasukan lawan berkelebat di balik pintu. Ia melirik jendela yang terbuka dan secepat kijang melompatinya. Azhar berlari sekencang mungkin ke dalam hutan dan bersembunyi untuk menghindari kejaran. Hingga malam esok harinya, ia baru bisa makan lagi. ”Bayangkan kalau saya tidak sempat makan, bisa kelaparan,” ujar Azhar yang bergerilya sejak 2003-2005.

Pengalaman nyaris serupa dialami Fauzan Azima, mantan Panglima GAM Wilayah Linge, Gayo Lues, Alas, dan Tanah Karo. Suatu hari, Fauzan dan lima rekan sesama tentara GAM bertemu di dalam hutan. Pengalaman mengajarkan, setiap ada kesempatan mereka harus makan. ”Di Gayo, kami menyebutnya dengan istilah, ike terjadi sesanah kite nge mangan, yang artinya sama dengan pajoh lajo prang-prang kalehbu,” kata Fauzan.

Begitu selesai makan, tiba-tiba mereka diserbu pasukan lawan. Tiga teman Fauzan tewas tertembak dan seorang tertangkap. Fauzan dan seorang teman lagi berhasil melarikan diri. Mereka masuk ke hutan dengan arah berbeda. Selama satu bulan bersembunyi di hutan, Fauzan hanya bisa makan dua kilogram gula merah yang tersisa di tasnya. ”Selain gula, saya cuma makan kura-kura yang saya temukan di hutan,” ujarnya.

Fauzan yang bergerilya dari 1999 hingga 2005 kini menikmati masa damai. Ia bisa menyeruput kopi di kedai sambil berpikir bagaimana menata masa depan keluarga lewat perkebunan kopi. Masa-masa perang tinggal kisah yang tertanam dalam kenangan, termasuk gaya makan yang serba cepat. ”Perang menuntut kita untuk selalu siaga. Dan, itu memengaruhi cara kita makan,” tutur Fauzan.

Untuk menandai tentara GAM yang baru turun gunung, lanjut Fauzan, sebenarnya bisa diperhatikan dari cara makannya yang sangat cepat. Dalam dua menit, makanan disantap sampai tak bersisa. Mereka juga selalu mencengkeram sisi piring agar tidak mudah lepas jika ada guncangan. Kebiasaan itu terbawa di masa damai dan menjadi gaya makan orang Aceh secara umum.

Sejarah perang panjang membuat kebiasaan makan cepat menjadi semacam tuntutan sosial. ”Orang Aceh yang makan lambat sering diolok-olok sebagai orang yang tidak sanggup perang,” kata Azhar. (Ahmad Arif, Budi Suwarna, Aryo Wisanggeni Gentong)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    27th

    Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

    Syarat & Ketentuan
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
    Laporkan Komentar
    Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

    Terkini Lainnya

    Daftar 25 Maskapai Penerbangan Terbaik di Dunia 2023

    Daftar 25 Maskapai Penerbangan Terbaik di Dunia 2023

    Travel Update
    Nonton Indonesia Vs Argentina di GBK, Bisa Sambil Nongkrong di 4 Spot Ini

    Nonton Indonesia Vs Argentina di GBK, Bisa Sambil Nongkrong di 4 Spot Ini

    Jalan Jalan
    Bakal Ada Diskon Harga Tiket Pesawat 40 Persen ke Indonesia Timur

    Bakal Ada Diskon Harga Tiket Pesawat 40 Persen ke Indonesia Timur

    Travel Update
    Lampung Siap Gelar World Surf League Krui Pro 2023

    Lampung Siap Gelar World Surf League Krui Pro 2023

    Travel Update
    Kunjungan Wisman Tahun Ini Capai 53 Persen Angka pada 2022

    Kunjungan Wisman Tahun Ini Capai 53 Persen Angka pada 2022

    Travel Update
    Surakarta dan Depok, Wakil Indonesia di Jejaring Kota Kreatif UNESCO

    Surakarta dan Depok, Wakil Indonesia di Jejaring Kota Kreatif UNESCO

    Travel Update
    10 Tips untuk Perempuan Pendaki Pemula, Mulai dari Medan yang Ringan

    10 Tips untuk Perempuan Pendaki Pemula, Mulai dari Medan yang Ringan

    Travel Tips
    Arca Ganesha yang Hilang di Puncak Gunung Bromo Sudah Diganti Baru

    Arca Ganesha yang Hilang di Puncak Gunung Bromo Sudah Diganti Baru

    Travel Update
    Harga Tiket Terbaru Pendakian Gunung Prau via Dieng Tahun 2023

    Harga Tiket Terbaru Pendakian Gunung Prau via Dieng Tahun 2023

    Travel Tips
    Pengelolaan Candi Borobudur Akan Akomodasi Fungsi Religi dan Wisata

    Pengelolaan Candi Borobudur Akan Akomodasi Fungsi Religi dan Wisata

    Travel Update
    Rute ke Pantai Sadeng dari Wonogiri, Jalannya Sudah Berbeda Jauh

    Rute ke Pantai Sadeng dari Wonogiri, Jalannya Sudah Berbeda Jauh

    Travel Tips
    Jalan-jalan di Kota Solo, Kini Bisa Naik Becak Wisata

    Jalan-jalan di Kota Solo, Kini Bisa Naik Becak Wisata

    Hotel Story
    Daftar 20 Destinasi Wisata Halal Terbaik di Dunia 2023, Ada Indonesia

    Daftar 20 Destinasi Wisata Halal Terbaik di Dunia 2023, Ada Indonesia

    Travel Update
    Pantai Sadeng Gunungkidul yang Unik, Berada di Muara Bengawan Solo Purba

    Pantai Sadeng Gunungkidul yang Unik, Berada di Muara Bengawan Solo Purba

    Jalan Jalan
    Sering Dianggap Lemah, Perempuan Ternyata Tak Kalah Jago dalam Pendakian

    Sering Dianggap Lemah, Perempuan Ternyata Tak Kalah Jago dalam Pendakian

    Travel Update
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Verifikasi akun KG Media ID
    Verifikasi akun KG Media ID

    Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

    Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

    Lengkapi Profil
    Lengkapi Profil

    Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+