jakarta, kompas -
Beberapa syarat keamanan itu adalah bila dalam 6 jam terakhir tak terekam gempa vulkanik dan tektonik lokal yang berpotensi memicu keluarnya gas beracun. Selain itu, matahari bersinar terik dalam radius 1 kilometer dari Kawah Timbang dan setelah dicek alat tidak terdapat gas beracun.
Bila tiba-tiba terekam gempa vulkanik dan tektonik lokal yang memicu keluarnya gas beracun, masyarakat diminta segera keluar dari radius 1 kilometer.
”Gempa habis-habisan seperti kemarin ternyata tak mengubah Kawah Timbang. Sebaliknya, energi Timbang justru memicu gempa tektonik pada 19 April,” kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Surono, Senin (22/4).
Menurut Surono, energi yang tersimpan di Kawah Timbang saat ini lebih besar dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Asap Kawah Timbang bertekanan tinggi sehingga terlihat tegak belum pernah terjadi.
Menurut dia, yang perlu diwaspadai di Dieng bukanlah letusan, melainkan bahaya semburan gas beracun. Oleh karena itu, PVMBG fokus terhadap ancaman gas, khususnya karbon dioksida (CO
Pantauan PVMBG pada pukul 00.00-06.00, ada 1 kali gempa vulkanik dangkal dan 5 kali vulkanik dalam. Pukul 06.00-12.00, ada 3 kali gempa vulkanik dangkal dan 2 kali vulkanik dalam. Saat normal, gempa di bawah 10 kali per bulan.
Asap putih tebal masih keluar dari Kawah Timbang setinggi 50-100 meter. Bau belerang tercium lemah hingga tajam pada jarak 1.000 meter dari kawah ke barat dan tercium lemah 1.500 meter ke selatan.
Pengukuran konsentrasi gas di udara bebas pada jarak 20-50 meter dari bibir Kawah Timbang terdeteksi CO
Sebelumnya, Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, dana siap pakai Rp 2,5 miliar di BPBD Jateng bisa untuk penanganan kedaruratan.