Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harumnya Nasi Liwet dan Ikan Asin...

Kompas.com - 26/04/2013, 08:22 WIB
Kontributor Ciamis, Irwan Nugraha

Penulis

Dedi menambahkan, harga untuk satu kastrol nasi liwet dihargai Rp 30.000 untuk tiga orang. Sedangkan makanan pelengkap lainnya seperti pencok kacang, sambal dan lalap dipaket seharga Rp 10.000. Untuk makanan pelengkap utama seperti ikan bakar gurame bumbu kecap dihargai Rp 45.000 per satu porsi.
 
Berperan Menumpas DI/TII

Di wilayah Tasikmalaya, nasi liwet memiliki peranan sejarah tersendiri. Yaitu, disebut-sebut ikut berperan dalam menumpas pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) pada tahun 1962. Pada masa itu, beberapa warga dan tentara Siliwangi memancing para pemberontak keluar dari persembunyiannya di kawasan pegunungan dengan keharuman khas nasi liwet.

Salah seorang pelaku sejarah, Omod (89), warga Kelurahan Cipari, Kecamatan Mangkubumi, Kota Tasikmalaya, merupakan salah seorang warga yang ikut dalam penumpasan pemberontak DI/TII melalui strategi "Pagar Betis".

Strategi ini merupakan upaya tentara Siliwangi bersama warga Tasikmalaya menumpas pemberontak di kawasan Gunung Galunggung dan sekitarnya.

Omod mengaku, saat itu terjadi pengepungan pemberontak yang bersembunyi di kawasan Gunung Galunggung. Tentara dan warga saat itu merasa kesulitan untuk menemukan para pemberontak, meski kini telah diketahui para pemberontak kala itu bersembunyi di dalam tanah, dengan cara membuat lubang persembunyian di hutan.

"Saat itu tidak diketahui persembunyiannya dimana? Soalnya hutan saat itu masih belantara dan banyak hewan buas," terang lelaki yang saat ini kondisinya masih terlihat bugar.

Tak direncanakan sebelumnya, ide memancing musuh dengan keharuman nasi liwet saat berperang digunakan sebagian tentara dan warga kala itu. Awalnya ide itu diketahui saat rombongannya membuat nasi liwet dengan lauk ikan asin di kaki bukit gunung.

Harumnya masakan nasi liwet dan ikan asin saat itu, menyebar sampai ke puncak gunung terbawa angin. Ternyata keharuman masakan tersebut memancing pemberontak yang kelaparan, karena hampir beberapa bulan tidak menemukan makanan di hutan. Sebab pemberontak tidak bisa menjarah makanan warga atau turun gunung, karena sekeliling hutan telah dikepung oleh tentara dan warga sekitar dengan strategi pager betis.

"Si pemberontak tidak bisa turun gunung untuk mengambil makanan, jadi mereka kelaparan. Awal mengetahui gorombolan (pemberontak) kelaparan, saat kami meninggalkan bekas makanan nasi liwet dengan ikan asin untuk pergi bergerilya, eh sisa makanan ada yang ngambil. Kami pun curiga gorombolan itu yang mengambilnya," papar Omod.

Mengetahui hal itu, warga dan tentara yang melakukan pagar betis mencoba memancing pemberontak dengan harumnya nasi liwet. Caranya, nasi liwet dengan lauk ikan asin dimasak dengan api unggun kecil dan ditinggalkan seolah-olah bekas dimakan. Tentara dan warga pun bersembunyi dan memperhatikan dari kejauhan masakan nasi liwet yang ditinggalkan di bara api unggun.

Ternyata benar, sekelompok orang bersenjata turun dari gunung untuk mengambil makanan karena terlihat kelaparan. Mereka mengira nasi liwet telah ditinggalkan oleh pasukan pagar betis, dan hendak membawanya ke persembunyiannya.

"Pemberontak yang terpancing langsung diserang dan ditembak. Dor! dor! dor! Rentetan suara senjata pasukan saya menembaki pemberontak yang terpancing. Mereka ada yang tewas dan ada juga yang menyerah. Pemberontak yang menyerah dipaksa untuk menunjukkan persembunyiannya," kata Omod.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com