Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tanjung Puting, Konservasi Orangutan Terbesar di Dunia

Kompas.com - 26/04/2013, 15:48 WIB

KOMPAS.com - Taman Nasional (TN) Tanjung Puting terletak di semenanjung Kalimantan Tengah. Di sini terdapat konservasi orangutan terbesar di dunia dengan populasi diperkirakan 30.000 sampai 40.000 orangutan yang tersebar di taman nasional dan juga di luar taman nasional ini. Selain itu TN Tanjung Puting juga merupakan cagar biosfer yang ditunjuk pada tahun 1977 dengan area inti TN Tanjung Puting seluas 415.040 ha yang ditetapkan pada tahun 1982.

Dengan status TN dan cagar biosfer TN Tanjung Puting ini dapat terjaga kelestariannya dan merupakan daya tarik salah satu wisata di Indonesia. Ini berbeda dengan konservasi orangutan yang terdapat di bagian Kalimantan lainnya di mana kita melihat orangutan di habitat buatan manusia.

Di TN Tanjung Puting ini kita dapat melihat habitat alami orangutan secara langsung dan melihat kehidupan mereka di alam liar. Tanjung Puting pada awalnya merupakan cagar alam dan suaka margasatwa dengan luas total 305.000 ha.

Cara yang terbaik untuk mengunjungi Taman Nasional Tanjung Puting adalah dengan menggunakan kapal klotok. Kenapa dinamakan dengan kapal klotok, karena kapal ini bunyinya tok-tok-tok sehingga masyarakat sekitar memberi nama kapal klotok.

Kapal klotok ini merupakan akomodasi yang cukup nyaman yang mampu memuat 7 sampai 12 penumpang. Laju kapal ini juga tidak terlalu kencang, sehingga kita bisa menikmati suasana Sungai Sekonyer di sepanjang jalan menyusuri sungai. Dengan kapal ini para penumpang dapat menikmati sunset, kunang kunang dan hewan liar yang terkadang terlihat di pinggiran sungai.

sungaii

Sungai Sekonyer. (Barry Kusuma)

Sebagian besar pengunjung Taman Nasional Tanjung Puting ini adalah wisatawan asing. Banyaknya wisatawan asing yang datang ke sini membuat masyarakat Pangkalan Bun dan Taman Nasional lebih meningkatkan pelayanan mereka.

Salah satu contohnya adalah pada saat kita menaiki klotok tidak kalah dengan pelayanan di hotel berbintang, di mana guide dan kapten kapal yang selalu ramah. Masakannya pun juga sangat enak jika kita membandingkan dengan standar kota besar. Bisa jadi mereka sudah terbiasa melayani wisatawan asing sehingga standar kualitas pelayanannya pun tetap bagus. Begitu pun jika sudah malam, kita dapat tidur di atas kapal klotok dengan ditemani dengan kelambu.

High season di TN Tanjung Puting menyebabkan penuhnya pemesanan transportasi dengan kapal klotok ini. Pada bulan Juli sampai dengan Agustus adalah masa high season karena berbarengan dengan liburan sekolah. Jika anda ingin mengunjungi TN Tanjung Puting bulan-bulan ini hindarilah bulan tersebut, selain itu bawalah lotion anti nyamuk.

Di sepanjang menyusuri Sungai Sekonyer kita dapat melihat monyet-monyet yang bergelantungan dari satu pohon ke pohon yang lainnya. Hutan ini merupakan rumah bagi delapan jenis primata. termasuk monyet yang memiliki hidung panjang (bekantan).

Dengan hidungnya yang panjang masyarakat sekitar menyebutnya dengan monyet Belanda karena hidungnya yang mancung.

Pada saat menyusuri Sungai Sekonyer menuju tempat obyek wisata di TN Tanjung Puting ini berhati-hatilah dengan buaya, mereka sulit untuk dilihat tapi mereka ada di sekitar sungai. Memang melihat aliran sungai ingin rasanya kita untuk berenang dan menikmati alam TN ini.

Tanjung Keluang

Di kawasan Sungai Sekonyer ini sebagian sungai terkontaminasi dengan limbah tambang emas yang berada dekat dengan kawasan ini. Tetapi jika sudah dekat dengan kamp leakey kita akan menemui 2 jalur menuju kamp leakey dan menuju kawasan tambang. Di kawasan kamp leakey ini Sungai sekonyer sudah tidak terkontaminasi limbah. Di sini kita dapat melihat air sungai yang berwarna merah kehitaman bukan karena kotor tetapi akibat rendaman alami dari akar akar pohon di sepanjang sungai.

orangutan-2

Orangutan di Taman Nasional Tanjung Puting, Kalteng. (Barry Kusuma)

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com