Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meresapi Suasana Ubud di Kamandalu...

Kompas.com - 30/04/2013, 08:43 WIB

Selain memanjakan mata dengan suasana alam segar di pegunungan, tubuh Anda juga dilatih untuk selalu bergerak menaiki dan menuruni tangga ketika berkeliling di Kamandalu. Kalau Anda capek atau merasa lelah setelah berwisata di seputar Ubud, spa telah menanti dan siap melemaskan otot Anda.

Jangan heran kalau tingkat hunian vila di Kamandalu Resort and Spa tetap terjaga. "Bisa dilihat kalau siang hari, suasana di Kamandalu begitu sepi. Coba kalau Anda sarapan di Bambu Restaurant, suasananya pasti ramai oleh tamu-tamu Kamandalu," ujar General Manager Kamandalu Resort and Spa, Darmawan P Drajat.

Menurut Darmawan, tingkat hunian kamar Kamandalu saat musim ramai sekitar 90 persen dan pada musim sepi sebesar 65 persen. "Tamu kita 96 persen dari luar negeri dan sisanya dari dalam negeri," katanya.

Dia melanjutkan, tamu dari luar negeri sebagian besar dari Eropa (56,47 persen), Australia (17,77 persen), China (12,52 persen), Jepang (10,52 persen) dan Korea (3,03 persen). "Kebanyakan tamu Eropa atau tamu di atas umur 50 tahun lebih memilih vila yang menghadap ke sawah atau Ubud Chalet. Tamu untuk honeymoon lebih memilih Pool Vila. Untuk tamu yang membawa keluarga cenderung memilih Two-bedroom Pool Vila," paparnya.

Berbekal suasana pedesaan dan lingkungan yang asri inilah membuat mantan Menlu alm Ali Alatas, mantan Presiden Filipina Fidel Ramos pernah merasakan kesejukan alam Ubud di Kamandalu. Berbagai perusahaan asing juga memakai Kamandalu untuk menggelar pertemuan rutin.

vila-gamelan

Turis belajar gamelan di Kamandalu Resort and Spa, Ubud, Gianyar, Bali. (Dok Kamandalu Resort and Spa)

Satu hal yang unik, tambah Cisca, adalah upaya Kamandalu untuk menyelamatkan bumi dari pemanasan global. "Kami memberikan kesempatan kepada para tamu untuk melestarikan bumi dengan berpartisipasi menanam pohon. Pohon yang sudah ditanam yaitu jeruk manggis, pinang, sawo, sampai delima," kata Cisca.

Di setiap pohon yang ditanam akan dipajang nama si penanam dan waktu penanaman pohon tersebut. "Seperti pohon jeruk bali ini. Saat berbuah, kita akan menghubungi di penanam dan memberitahukan bahwa pohonnya sudah berbuah. Dia mau datang dan memetiknya, silakan," tambah Darmawan.

Sambil berjalan-jalan di lingkungan resort pada sore hari, sayup-sayup terdengar gamelan Bali. Dentingan suara gamelan semakin meresap di pikiran dan menyatukan jiwa dengan suasana Ubud yang asri...

Ikuti Twitter Kompas Travel di @KompasTravel

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com