Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mencari Kuliner Khas Cirebon? Ada Nasi Jamblang

Kompas.com - 12/05/2013, 08:26 WIB
Fitri Prawitasari

Penulis

KOMPAS.com - Bicara soal kuliner khas Cirebon, pasti banyak yang menyebut salah satunya yaitu nasi jamblang. Ya, makanan dengan dibungkus daun jati ditambah dengan berbagai lauk tersebut sangat sayang bila tak diicip. Apalagi, saat sedang berada di daerah asalnya.

Di Cirebon, sangat mudah menemui pedagang-pedagang yang menjual nasi jamblang. Mulai dari yang menjajakannya dengan berkeliling, membuka warung kaki lima di pinggiran jalan, hingga rumah makan. Salah satunya Nasi Jamblang Ibu Nur yang berada di Jalan Cangkring No 185 Cirebon.

Rumah makan yang baru diresmikan akhir tahun 2012. Pemiliknya bernama Indah Nurlaili atau biasa dipanggil dengan Nur. Ia merintis rumah makan bersama ibunya yang juga bernama Nur. Maka, jadilah rumah makan tersebut bernama "Nasi Jamblang Ibu Nur".

Awal ia berjualan sekitar tahun 2007. Nur mengatakan, mulanya rumah makannya belum seperti sekarang, masih menggunakan tenda di pinggir jalan. Lokasinya tak jauh dari lokasi rumah makannya yang sekarang. Lama kelamaan pelanggannya bertambah dan tak hanya berasal dari orang Cirebon, juga dari pendatang yang berkunjung ke Cirebon.

Sesuai dengan nama rumah makannya, Nur hanya menjual menu nasi jamblang. Ia menawarkan berbagai lauk untuk yang bisa disantap bersama nasi jamblang. Ada 40 variasi lauk  ditawarkan yang disajikan secara prasmanan. Mulai dari sayuran, daging, ayam, makanan laut, bahkan tempe dan tahu.

Harga yang ia tawarkan untuk setiap varian lauk pun sangat murah. Berkisar antara Rp 1.000 dan yang termahal hanya Rp 15.000. "Harganya dari Rp 1.000. Itu ada sate kentang, tempe, tahu, sampai Rp 15.000 itu ada cumi yang paling besar," ujar Nur.

Satu porsi nasi pun tak mahal. Hanya Rp 1.000. Ukuran nasi memang tak banyak, hanya setungkup kecil. Menurut Nur, banyak orang yang mengatakan nasi jamblang adalah "nasi kucing-nya Cirebon". Ciri khasnya yang lain, nasi dibungkus dengan daun jati. Hal ini bukan tanpa alasan. Ternyata membungkus nasi dengan daun jati mempunyai sejarah sendiri.

Nur memaparkan, dahulu nasi jamblang merupakan makanan para pekerja pembangun jalan Anyer-Panarukan. Karena pada masa itu belum ada piring, maka daun jati yang digunakan sebagai alas nasi.

"Khasnya jamblang itu pakai daun jati. Nasi jamblang itu kan tadinya buat ngasih makan para pekerja jalan Anyer-Panarukan, Daendels itu loh. Nggak ada piring jadi pakai ini (daun jati)," katanya.

Selain itu, lanjut Nur, menggunakan daun jati sebagai pembungkus nasi jamblang pun membuat nasi lebih awet. Bahkan bisa bertahan selama 2 hari. "Dua hari kalau dibungkus pakai ini bisa tahan. Ini ada pori-porinya jadi bikin kadar air dalam nasi itu kering. Wanginya juga beda," ujarnya.

Hampir setiap hari rumah makan Nur ramai oleh pembeli. Ia mengatakan, jika hari kerja, pengunjung paling ramai datang saat makan, makan pagi, makan siang dan makan malam. Namun pada akhir pekan, rumah makan yang ia buka mulai jam 7 sampai jam 11 malam, bisa ramai satu hari penuh. Berminat mencoba?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com