Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siapa Bilang Tidak Ada Copet di Paris?

Kompas.com - 20/05/2013, 18:27 WIB

Saat mendekati pemberhentian sebuah stasiun metro, para anak remaja itu mendesak teman saya seolah-olah mereka kesulitan untuk lewat. Padahal di saat yang sama, teman saya pun harus keluar di stasiun itu untuk berganti metro.

Kemudian teman saya keluar metro dan menuju stasiun lainnya, menemui saya di Trocadero. Saat dia menaiki tangga, barulah dia sadar jika tasnya sudah terbuka. Setelah dicek, rupanya salah satu lensa kameranya telah lenyap.

Panik! Teman saya meminta tolong beberapa orang di sana. Malangnya, orang-orang Paris terkenal super-sibuk! Mereka hanya menyuruh teman saya menghubungi polisi terdekat atau tempat informasi.

Teman saya yang tak bisa berbahasa Perancis hanya bisa pasrah karena tak tahu harus ke mana. Polisi terdekat pun, dia tak tahu. Akhirnya setelah sempat panik dan kebingungan karena disuruh beberapa orang melapor tanpa dirinya mengerti, dia memutuskan menemui saya sesuai janji, dan meminta saya untuk membantunya.

Saya pun mengajaknya ke kantor polisi untuk melaporkan aksi tak menyenangkan itu. Setelah mengisi formulir dan lumayan lama menunggu, akhirnya kami diterima salah satu petugas. Polisi menanyakan beberapa pertanyaan yang saya terjemahkan pada teman saya. Kesempatan, saya katakan jika saya juga jurnalis bagi media di Indonesia. Selanjutnya, sayalah yang banyak bertanya ke petugas polisi tersebut.

Rupanya, sudah enam tahun belakangan ini, semakin banyak memang para pendatang gelap dari Eropa Timur. Kebanyakan berkebangsaan Romania. Mereka memasuki Perancis dengan cara ilegal dan mereka sangat terorganisasi.

Tujuan mereka datang ke Perancis tentunya untuk memperbaiki nasib. Namun, sebagai pendatang gelap, hak mereka sayangnya tak bisa diakui oleh Pemerintah Perancis. Anak-anak pun banyak yang tak bisa memasuki sekolah karena tak jelas statusnya.

Sebenarnya, menurut si petugas, pemerintah memperbolehkan anak-anak tersebut untuk bersekolah. Hanya, karena para orangtua mereka tidak pernah tinggal menetap, selalu berganti tempat dan hidup dalam mobil karavan; sulit bagi si anak untuk bersekolah secara teratur.

Anak-anak yang hidup tak menentu ini yang sering dimanfaatkan oleh kelompok kriminal. Kerap kali, orangtua mereka sendiri yang mendidiknya sebagai pencopet. Malang sekali memang nasib anak-anak tersebut.

Lalu bagaimana mereka bisa menjalankan modus operasi yang begitu rapi, dan kok herannya polisi sepertinya tak bisa berkutik?

Dengan singkat, petugas polisi menerangkan jika razia yang mereka lakukan dari tahun ke tahun selalu terbentur oleh masalah yang sama. Usia anak-anak pencopet tersebut yang termasuk di bawah umur kerap tak bisa dibawa hingga pengadilan karena terbentur banyak hal. Dari segi usia, mereka dianggap masih anak-anak, proses pengadilan yang panjang dan memakan biaya, dan masih banyak faktor lainnya yang akhirnya membuat polisi terpaksa membebaskan mereka.

trocadero-paris
Trocadero, tempat para turis mengambil foto dengan latar belakang Menara Eiffel. (DINI KUSMANA MASSABUAU)

Faktor utama memang dari segi usia, yakni masih di bawah umur. Namun yang membuat kesal adalah anak-anak tersebut ada yang sudah lima tahun jadi langganan mereka dalam razia, selalu saja usianya sama, mengaku 13 tahun. Berhubung status mereka tak jelas, jadi sulit dilacak. Kalaupun ada yang sampai menginap dalam tahanan, itu hanya untuk beberapa bulan saja. Begitu mereka keluar, "pekerjaan" lama mereka kembali dilakukan.

Yang membuat saya terkejut rupanya mangsa utama para pencopet tersebut adalah turis Asia. Menurut polisi, dari pengakuan anak-anak pencopet itu, turis Asia selalu penuh dengan belanjaan. Turis Asia senang membeli pernak pernik hingga barang bermerek terkenal di Paris!

Apalagi turis Jepang yang sangat hobi memotret, apa saja difoto. Oleh karenanya, mereka sering lengah. Para pencopet yang kebanyakan anak-anak perempuan itu juga rupanya menyukai turis Asia yang berlibur dengan anak-anak mereka. Bagi pencopet, ini adalah korban yang mudah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com