Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siapa Bilang Tidak Ada Copet di Paris?

Kompas.com - 20/05/2013, 18:27 WIB

Sementara itu, para turis Eropa biasanya hanya mengagumi tempat wisata. Tas yang dibawa lebih pada tas punggung dan tas pinggang, bukan hal yang mudah untuk diakali. Selain itu, turis Eropa juga tak terlalu menyukai shopping. Ditambah lagi, badan mereka besar dan dengan mudah menepis aksi para pencopet. Kadang para prianya tak tanggung-tanggung berlari dan menangkap si pencopet.

Intinya, turis Asia kebanyakan bersikap pasrah bila dicopet. Beda dengan turis Eropa, mereka melawan! Wuih... kesimpulan yang cukup membuat saya sedikit miris saat si petugas menerangkan hal tersebut. Padahal, tak semua turis Asia bersifat pasrah saat dijambret.

Meskipun kejadian malang menimpa teman saya itu, kami masih bisa menikmati wisata Paris dengan indah. Memang benar, yang ada selama wisata itu, saya dan teman saya jadi paranoid.

Di tempat-tempat wisata di sekitar Menara Eiffel, saya menangkap ternyata benar; semakin banyak berkumpulnya pendatang dari Eropa Timur. Ciri mereka khas sekali, mudah dikenali. Kebanyakan memang wanita dengan anak-anaknya. Ada yang masih balita malah.

Saat seorang turis lewat, tiba-tiba saja beberapa anak tadi mengerubungi turis tersebut untuk meminta tanda tangan petisi kemanusiaan.

Sebenarnya kasus seperti ini bukan hanya terjadi di Paris. Di kota saya, Montpellier, atau kota lainnya juga ada; dan memang semakin meningkat. Hanya karena Paris adalah salah satu kota wisata yang dikunjungi oleh turis mancanegara, saatnya bagi saya untuk mencari tahu lebih banyak. Mungkin ini bisa membantu pembaca yang ingin berlibur ke Paris untuk lebih hati-hati.

Beberapa tempat yang jadi incaran para pickpocket anak-anak dan remaja itu, sekali lagi, adalah Trocadero; tempat turis mengambil gambar dengan latar belakang Menara Eiffel dengan 7 juta wisatawannya setiap tahun, dan merupakan tempat nomor satu bagi para kriminal tersebut. Berikutnya yang patut diwaspadai, saat mengunjungi Notre Dame de Paris.

Antrean Museum Louvre rupanya sampai membuat para petugas tempat lukisan Monalisa karya Léonard de Vinci itu dipajang melakukan mogok kerja. Mereka merasa sudah tak sanggup lagi menghadapi para pencopet yang tidak hanya melakukan pencurian terhadap turis, tetapi juga melecehkan wisatawan dan para petugas museum.

Selanjutnya daerah Sacré-Coeur, yang terkenal dengan gereja dan tamannya. Kini, sepanjang jalan Champs-Elysées, beberapa anak juga terlihat diorganisasikan oleh sebuah kelompok untuk mencari korban. Selain itu, tentunya, stasiun metro juga merupakan ajang para pencopet melakukan aksinya.

Dari berita yang saya baca, setiap anak bisa membawa hasil setiap hari dari 200 euro hingga 500 euro. Kadang lebih banyak. Kurang dari itu jarang. Jadi bisa dibayangkan, kecil-kecil mereka sudah dididik secara profesional.

Aksi mereka juga sangat lihai, seperti memaksa para turis memberikan uang mereka saat mengambil uang di ATM. Kadang mereka memaksa meminta para turis untuk menarik lebih banyak uang di ATM.

taman-menara-eiffel
Taman sekitar Menara Eiffel, tempat para turis beristirahat atau memotret menjadi sasaran empuk para pencopet. (DINI KUSMANA MASSABUAU)

Berita heboh seputar pickpockets ini rupanya memang semakin seru karena salah satu kepala gerombolan mafia (begitu mereka menyebutnya) tertangkap dan dikenaki tindakan pidana karena  mempekerjakan anak-anak perempuan di bawah umur sebagai pencopet.

Fehim Hamidovic, nama bos mafia tersebut, dikenakan hukuman penjara 7 tahun. Selain mempekerjakan anak-anak di bawah umur, dia juga dikenai hukuman karena menyiksa mereka. Siksaan fisik dilakukan terhadap anak-anak asuhannya jika mereka tidak bisa membawa uang mulai dari 300 euro per harinya.

Menyedihkan memang, melihat apa yang terjadi belakangan ini. Krisis ekonomi membuat beberapa negara meninggalkan tempat kelahiran mereka untuk memperbaiki kehidupan. Yang ada malah jadi kriminal. Anak-anak yang terpaksa ikut atau diperjualbelikan dibawa hingga ke Perancis, negara impian bagi banyak orang. Namun kenyataannya, mereka dipaksa bekerja sebagai penjahat.

Khusus mereka yang akan ke Paris, saya memberikan beberapa tips yang akan saya tulis di Travel Tips agar liburan Anda bisa berjalan dengan indah tanpa pengalaman buruk. Tips ini saya dapatkan dari polisi, dan tentunya pengalaman saya pribadi.

Namun, satu kali, dompet saya pernah hilang. Untungnya semua surat berharga sudah saya fotokopi. Oleh karenanya, tidak ada masalah dalam pengurusan pembaruan. Dan karena saya selalu memiliki dompet terpisah, maka kartu bank dan uang saya tetap aman.

Bukannya saya ingin menakuti pembaca loh untuk berlibur ke Perancis yang indah dan bersejarah ini. Namun, tak ada salahnya berhati-hati karena, liburan di negara maju pun, rupanya para pencopet ikut maju dalam teknik mencopet.

Tentunya juga, jangan sampai ini membuat pembaca menjadi ragu untuk bermurah hati bila ingin memberikan uang receh kepada pengemis di jalanan kota Paris. Intinya adalah selalu berhati-hati. Semoga tulisan ini bisa berguna bagi pembaca yang ingin berlibur di Paris, dan tulisan saya berikutnya akan membahas "Cara Romantis Menikmati Paris...". (DINI KUSMANA MASSABUAU)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com