Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tur Keliling Makam Sambil Membuat Martabak

Kompas.com - 22/05/2013, 14:38 WIB
Fitri Prawitasari

Penulis

KOMPAS.com - Mendengar kata pemakaman, mungkin beberapa dari yang mendengar, terbersit akan hal mistis dan menyeramkan. Padahal tak selalu pemakaman berkaitan dengan hal tersebut. Beberapa aktivitas bisa dilakukan di pemakaman, meski dengan tetap harus menjaga kesopanan saat berada d isekitarnya.

Seperti yang dilakukan oleh Komunitas Love Our Heritage (LOH) bersama dengan kafe martabak, D'Marco yang menggelar memasak martabak di pemakaman, Minggu (19/5/2013). Mungkin tersirat hal ini sangat aneh. Tapi nyatanya, hal tersebut memang benar-benar dilakukan.

Lokasi pemakaman yakni di TPU Petamburan, Jakarta. Dipilihnya lokasi tersebut bukan tanpa alasan, melainkan karena di dalam TPU ternyata terselip satu makam yang sangat megah, berdiri kokoh menjulang di antara makam-makam di sekitarnya.

Layaknya istana mini dengan kubah makam membulat. Marmer hitam masih terlihat mengkilat di sebagian sisinya, serta beberapa ukiran yang ada di bagian atas pilar-pilar besar yang menopang, melahirkan kesan klasik dan megah pada zamannya. Hal tersebut menandakan bukanlah orang biasa yang dimakamkan di sini.

"Pernah dengar Taj Mahal di India? Taj Mahal itu bangunan kubur mungkin termegah di Asia. Sementara yang di Asia Tenggara konon tempat ini," ujar Ira Latief, salah satu penggagas kegiatan yang juga pemilik D'Marco Cafe.

Ya, memang di sini merupakan tempat peristirahatan terakhir sepasang suami-istri, dikenal dengan mausoleum, yaitu makam beberapa orang. Sedangkan yang dimakamkan adalah OG Khouw, yang meninggal pada tahun 1927. Pada masanya, ia merupakan salah satu orang terkaya di Batavia.

Bangunan ini dibangun oleh istri OG Khouw segera setelah suaminya wafat. Pembangunan menghabiskan waktu sekitar 4 tahun dan selesai pada tahun 1931. Tiga puluh tahun setelah OG Khouw meninggal, yaitu pada tahun 1957, istrinya pun mangkat dan dimakamkan berdampingan dengan makam suaminya.

martabak-kreasi
Martabak kreasi Tim D'Marco Cafe di acara Heritage Cooking Class. (KOMPAS.COM/FITRI PRAWITASARI)

"Yang pertama nilai bangunan ini begitu luar biasanya nilai dari segi sejarahnya. Yang kedua dari nilai arsitekturnya juga sangat luar biasa. Di zaman itu memboyong ini semua bahan-bahan dari Italia. Di kala itu sudah ada rancangan yang begitu luar biasanya dan ini ada di Jakarta," tutur ketua Komunitas Love Our Heritage, Amelia Devina.

Selain makam OG Khouw, Amel juga mengatakan banyak makam-makam lain yang memiliki nilai historis berada di kompleks makam Petamburan.

Maka, kegiatan Heritage Cooking Class yang juga berbarengan dengan ulang tahun ke-3 Komunitas LOH dan pertama D'Marco Cafe, tak hanya memasak martabak di pemakaman tetapi juga tur keliling kompleks makam.

Sebelum memasak martabak, para peserta yang tak hanya terdiri dari orang dewasa melainkan juga anak-anak diajak berkeliling kompleks pemakaman sambil diceritakan sejarah-sejarah yang tersimpan dibaliknya oleh pemandu Ferry dan Adjie.

Ferry menuturkan, ada makam orang Jepang yang berbentuk tak seperti makam di Indonesia kebanyakan. Hanya ada nisan yang berdiri tegak ke atas. Menurut Ferry, yang dikubur di sini hanyalah abu orang yang tertulis di makam, bukan jenazah secara utuh. Abu-abu jenazah orang Jepang juga banyak tersimpan di salah satu ruangan yang ada kompleks makam.

Berbeda makam orang Jepang, beda pula dengan makam orang China. Ada salah satu makam orang China yang nisannya ada di bagian kaki, dengan tanah kubur menjulang ke atas. Selain itu, di salah satu sisi kompleks makam, juga bersemayam makam orang-orang Yahudi.

Bentuk makam Yahudi berbeda dan cukup mencolok yaitu sarkofagus dengan ujung atas makam berbentuk segi tiga. Makam pun tidak menggunakan tanah, melainkan terbuat dari batu. Menurut Adjie, di kompleks TPU ini, masih ada sekitar lima atau enam makam Yahudi dengan ciri selain bentuknya sarkofagus tetapi juga ada lambang Bintang David di atas nama yang dimakamkan.

Selesai tur makam, peserta diajak berkontribusi dengan merawat bangunan makam OG Khouw dengan cara membersihkan bagian-bagian yang terlihat kotor. Meski bangunan ini telah dibersihkan oleh penjaga makam, tapi tak ada salahnya sebagai wujud kepedulian para pengunjung juga ikut membersihkan salah satu warisan makam termegah di Jakarta ini.

"Jadi ada kontribusi dimana kita tinggal di Jakarta ini. Ini akan menjadi satu pengalaman yang luar biasa karena kita nggak hanya jalan-jalan tapi kita memberikan satu manfaat untuk negara walaupun kecil," ujar Amel.

Sedangkan Adjie mengatakan, komunitas LOH sering mengadakan kegiatan pembersihan mausoleum, kira-kira sebulan sekali.

Setelah bersih-bersih muausoleum, beralih ke acara inti yang tak biasa yakni memasak martabak.

Para peserta langsung terlihat sumringah, pun ingin segera mencicip martabak mengingat perut yang juga merasa cukup lapar setelah melakukan tur dan bersih makam. Ada dua martabak yang dipraktikkan cara membuat yaitu martabak oreo dan martabak pandan coklat strawberry.

Tim dari D'Marco Cafe pun dengan sigap dan cekatan mempraktikkan cara membuat martabak. Serta dengan keahlian mereka menghias martabak yang telah jadi, menerbitkan air liur siapa pun yang melihat. Ternyata, peserta tak hanya melihat cara memasak martabak, tetapi juga diajak menghias martabak yang telah jadi. Bahkan dilombakan menghias martabak.

Kreasi-kreasi lucu dan kreatif ditampilkan para peserta dalam menghias martabak dengan berbagai tambahan yang disediakan, seperti cokelat butir, susu, strawberry, keju, kacang, dan selai. Setelah itu, martabak pun langsung bisa disantap.

bersih-makam
Para peserta Heritage Cooking Class melakukan bersih makam Mausoleum OG Khouw di TPU Petamburan, Jakarta.  (KOMPAS.COM/FITRI PRAWITASARI)

Kenyang dengan martabak kurang afdol jika tanpa adanya minuman penutup. Tim D'Marco pun mempersiapkan minuman yang menjadi andalan di kafe yaitu ice capuccino oreo. Sebelum minuman dibagikan, tim juga mempraktikkan cara membuat es dengan bahan-bahan yang cukup mudah didapat. Tak lama, minuman yang telah jadi pun datang, langsung saja para peserta menyeruput minuman dingin tersebut.

Jadilah kegiatan pada hari ini tak hanya mendapat pengalaman baru bahwa pemakaman tak semenyeramkan seperti yang dibayangkan, malah bisa dijadikan tur wisata dengan sejarah-sejarah yang tersimpan. Tak lupa mengetahui sedikit cara membuat martabak dan berkreasi menghias martabak. Para peserta pun pulang tak hanya membawa ilmu tetapi juga kenyang menyantap dua loyang martabak. Kenyang....

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com