Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Awas Terkecoh "Food Replica" di Gujo City

Kompas.com - 01/06/2013, 14:11 WIB

GUJO CITY, KOMPAS.com - Pernah terkecoh dengan hidangan yang dipajang di etalase sebuah restoran? Mengira itu makanan sungguhan, tetapi ternyata hanya replikanya.

Replika makanan itu terlihat sangat mirip dengan aslinya. Butiran nasi, tempura udang, semangkuk udon, atau sushi yang nyaris menipu mata.

Dari Gujo City-lah, seni replika makanan berasal. Tidak heran bila warga kota ini sangat bangga pada kesenian yang kini mendunia itu. Kini hampir 60 persen produk replika makanan dibuat di Gujo City, jelas Koji Mishima, Kepala Divisi Pariwisata Gujo City.

Sejarah replika makanan ini bermula dari ketidaksengajaan yang dilakukan bocah asal Gujo bernama Takizo Iwasaki Suatu saat dia melihat lelehan lilin yang panas jatuh ke genangan air dingin. Ketika menyentuh lilin yang telah membeku itu, dia terkejut karena bentuknya berubah seperti bunga.

Bentuk lilin itu terus terpatri di benaknya, sampai dia mengembangkannya menjadi sebuah seni yang tidak ada duanya. Melalui berbagai percobaan, Iwasaki menjadi pelopor replika makanan. Pada 1932, dia mendirikan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang ini.

Dalam perkembangannya, replika makanan tidak lagi hanya dibuat dari lilin. Dengan alasan lebih awet dan mudah dibentuk, vinil kini menjadi bahan dasar membuat replika makanan.

Replika makanan kini menjadi suvenir utama dari Gujo City. Sejumlah toko replika makanan tidak hanya menjual suvenir, tetapi juga mengajak pengunjuk belajar membuatnya. Pengunjung biasanya diajak membuat replika tempura.

Salah satunya di toko Samplekobo. Di bagian depan toko itu terhampar berbagai replika makanan yang biasanya diborong turis untuk menjadi suvenir khas Gujo City. Bentuknya beraneka ragam, dari udang, potongan paprika, sushi, atau irisan buah.

Para karyawan toko itu juga siap mengajarkan ilmu membuat replika makanan. Mereka menyiapkan baskom berisi air suam-suam kuku, cairan vinil, dan baskom air berisi air dingin.

Para "siswa" wajib menggunakan celemek untuk melindungi pakaian mereka dari cairan vinil yang berwarna-warni. Seorang karyawan toko, yang pasti pakar membuat replika makanan, mengucurkan cairan lilin berwarna kuning dari jarak sekitar 30 cm dari permukaan air.

Begitu mengenai air, cairan itu langsung menggumpal, membentuk "adonan" tempura. Sang murid dengan cepat membungkus satu replika udang dengan adonan itu. Dan jadilah tempura udang.

Namun tidak semudah itu membuat replika makanan. Diperlukan waktu bertahun-tahun untuk menguasainya. Dari mencampur warna hingga mendapatkan warna yang pas untuk suatu jenis makanan, sampai membentuk lilin atau vinil hingga menjadi replika yang hampir tidak bisa dibedakan dengan aslinya.

Hal itu diakui Fujita, salah seorang seniman food replica di Samplekobo. Dia memerlukan waktu 10 tahun untuk menjadi seorang master di bidang itu.

Fujita kemudian menunjukkan karya-karyanya dipajang di bengkel Samplekobo. "Semangkuk mi ini dibuat seharian," katanya sambil menunjukkan replika makanan berbentuk mi yang sangat detail hingga helaiannya.

Di meja itu berjajar karya Fujita dan rekan-rekannya. Ada sepiring nasi yang bila dilihat sangat mirip dengan aslinya. Ada juga sepotong brownies lengkap dengan chocolate chips-nya, dan replika berbagai jenis makanan lainnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com