Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mimpi Seorang Pengembara

Kompas.com - 02/06/2013, 14:19 WIB
Jodhi Yudono

Penulis

“Apa boleh buat, meski dengan perasaan kecewa, aku tetap berdoa sendirian di kapel Kathedral. Aku memohon kepada Bunda Maria, ’Kuserahkan tanganku kepadaMu. Dan kuatkanlah kakiku melangkah, untuk melayani sesamaku ya Bunda’. Begitu isi doaku kala itu.”

Jakarta Pusat telah ia lalui. Ketika matahari berada tepat di atas kepala, wilayah Jakarta Barat pun ia jelang. Perut yang pagi tadi cuma diisi nasi dan sayur tempe buatan Bu Lurah Nurmain, pada pukul 13.00 Wib itu mulai keroncongan. Konsentrasinya mulai goyah. “Mau melajutkan tidak ada uang, tidak melanjutkan nanti saya dianggap penipu,” gerutu Eko.

“Sampai di Grogol, perut saya tak lagi bisa diajak kompromi. Tiba saatnya untuk melepas uang seratus rupiah di kantung. Ketika menemukan sebuah Warteg, saya mulai dihinggapi keraguan. Dapat apa uang seratus rupiah? Mungkinkah bisa ditukar sejumlah makanan yang cukup untuk menggantikan tenaga yang sudah terkuras antara Bekasi-Jakarta Barat sejauh kurang lebih 40 kilometer?”

Tuntutan perut, membuatnya jadi nekat. “Andai seratus perak tak cukup, toh saya masih punya t-shirt Suzuki yang belum saya pakai, pemberian sebuah pabrik motor. Setelah menceritakan kondisi saya, pemilik warteg bersimpati melihat sepeda saya yang sangat unik. Tak cuma itu, pemilik warung juga mengagumi semangat saya. Ia pun memberi saya makan gratis. Maka… uang Rp 100 pun masih aman di tempatnya.”

***
Begitulah, hari demi hari Eko menjalani kehidupannya di atas sepeda hasil rancangannya sendiri. Hari berbilang bulan, bulan berbilang tahun, genap sepuluh tahun Eko menyambangi beberapa negara di Asia, Australia, Eropa, dan berakhir di Afrika.

Berpuluh kali maut mengancamnya, mulai dari ban gembos di rimba Sumatera, dihajar petugas keamanan di sebuah hotel lantaran dirinya nekat makan tanpa bayar, dirampok sepedanya, sampai mau dihabisi nyawanya di benua Afrika.

Tapi katanya, tak berbilang pula kebahagiaan yang direguknya sepanjang perjalanan. Pernah menjadi dosen tamu di sebuah Universitas di Korea Selatan, menjadi tamu kehormatan di sebuah pabrik mobil di Jepang, bermain cinta dengan seorang perempuan di wilayah Timur Indonesia, sampai bertemu dengan Sri Paus di Vatikan, Roma.

Tapi percayakah Anda, setelah saya amati dalam-dalam, tak ada jejak-jejak perjalanan besar itu pada dirinya, selain cara bicaranya yang lancar. Kini yang tersisa pada lelaki di hadapan saya, hanyalah mimpi-mimpi irasionalnya mengenai Indonesia.

Sebagai tuan rumah yang harus menghormati tamu, semula saya mengekang hati saya untuk menuruti kemauan dia. Tapi, demi mendengar pernyataannya yang berulang-ulang tentang kemampuan dirinya yang sanggup membenahi Indonesia raya dengan hitungan angka-angka yang amat naif, maka saya pun lalu memintanya untuk berhenti bercerita.

“Maaf, bukankah sudah terlalu banyak orang pintar yang mengurusi negara ini,” kata saya akhirnya.
“Memang, tapi harap Anda ketahui juga, sebagian besar di antaranya adalah koruptor,” katanya.
“Lalu modal Anda apa untuk membenahi Indonesia?”
“Saya akan bicara kepada semua orang, termasuk pejabat di republik ini tentang misi dan visi saya.”
“Bicara kepada siapa saja misalnya?”
“Saya mau bicara kepada Akbar Tandjung, Mas Tommy (Tommy Soeharto-pen), Ginanjar Sasmita, Sutiyoso…”
“Stop, stop…”
“Kenapa?”
“Anda salah alamat jika hendak bercerita soal mimpi Anda itu. Saya bukan orang yang tepat untuk cerita Anda itu.”

Dia tergagap. Barangkali tak menyangka sebelumnya, saya akan berkata terus terang mengenai dirinya.
Ia tampak terpukul. Tubuhnya langsung mungkret di sandaran kursi. Saya lalu mengambil inisiatif untuk mencairkan kembali suasana.

“Maaf, pekerjaan Anda sekarang apa?”
“Jalan-jalan.”
“Sudah berkeluarga?”
“Sudah. Anak saya satu.”
“Kalau boleh tahu, dengan apa Anda mengongkosi keluarga Anda?”
“Istri saya bekerja di sebuah pabrik. Jadi buruh.”
“???”
“Saya kadang mendapat uang dari orang-orang di bus atau kereta yang bersimpati atas cerita saya.”
“Ooo…”
“Kalau tak dapat uang, istri nggak marah?” timpal saya.
“Kalau pas tanggal tua, dia bisa meledak kalau saya gak bawa uang. Semua nama hewan di kebun binatang dia sebut semua untuk saya.”

Diam-diam saya menyesal telah mengorek kehidupan pribadinya sampai sedalam itu.

“Anda mau kan menulis kisah saya ini? Sunguh, ini demi Indonesia, demi republik ini. Saya ingin semua orang tahu bagaimana menyelesaikan krisis di republik ini setelah membaca misi dan visi saya.”
Saya tak langsung menjawab. Saya pandangi wajahnya yang memancarkan permohonan.
“Saya pikir-pikir dulu, deh,” ucap saya mengakhiri perbincangan di siang itu.

Setelah pertemuan pada minggu siang itu, kami bertemu beberapa kali. Semula saya memang berhasrat ingin menulis pengalamannya tapi dengan satu catatan, bahwa saya hanya butuh cerita petualangannya saja. Tak lebih tak kurang.

Tapi rupanya, si pengembara itu tak mau berhenti dengan mimpi-mimpinya. Tiap kali ketemu, ia senantiasa bercerita tentang tekadnya yang ingin membenahi Indonesia.

Akhirnya, saya bilang kepadanya. Barangkali saya tak berjodoh dengannya. Saya terlalu bodoh untuk memahami mimpi dan cita-citanya yang menurut saya cuma bisa dikerjakan oleh seorang “pesulap”.

Sejak itu, kami tak pernah bertemu lagi. Kendati saya menolak untuk menulis kisahnya, tapi jauh di lubuk hati, saya berharap, suatu ketika nanti dia benar-benar mampu mewujudkan mimpi-mimpinya untuk mengubah republik ini menjadi lebih baik. @JodhiY

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

    Rusa Jadi Ancaman di Beberapa Negara Bagian AS, Tewaskan Ratusan Orang

    Travel Update
    5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

    5 Rekomendasi Playground Indoor di Surabaya untuk Isi Liburan Anak

    Jalan Jalan
    Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

    Pilot dan Pramugari Ternyata Tidur pada Penerbangan Jarak Jauh

    Travel Update
    Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

    Desa Wisata Tabek Patah: Sejarah dan Daya Tarik

    Jalan Jalan
    Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

    Komodo Travel Mart Digelar Juni 2024, Ajang Promosi NTT ke Kancah Dunia

    Travel Update
    Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

    Tips Pilih Makanan yang Cocok untuk Penerbangan Panjang

    Travel Tips
    Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

    Harapan Pariwisata Hijau Indonesia pada Hari Bumi 2024 dan Realisasinya

    Travel Update
    5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

    5 Tips Menulis Tanda Pengenal Koper yang Aman dan Tepat

    Travel Tips
    Turis China Jatuh ke Jurang Kawah Ijen, Sandiaga: Wisatawan agar Dipandu dan Mengikuti Peraturan

    Turis China Jatuh ke Jurang Kawah Ijen, Sandiaga: Wisatawan agar Dipandu dan Mengikuti Peraturan

    Travel Update
    8 Kesalahan Saat Liburan Berkelompok, Awas Bisa Cekcok

    8 Kesalahan Saat Liburan Berkelompok, Awas Bisa Cekcok

    Travel Tips
    Sandiaga Bantah Iuran Pariwisata Akan Dibebankan ke Tiket Pesawat

    Sandiaga Bantah Iuran Pariwisata Akan Dibebankan ke Tiket Pesawat

    Travel Update
    Hari Kartini, 100 Perempuan Pakai Kebaya di Puncak Gunung Kembang Wonosobo

    Hari Kartini, 100 Perempuan Pakai Kebaya di Puncak Gunung Kembang Wonosobo

    Travel Update
    Artotel Gelora Senayan Resmi Dibuka April 2024, Ada Promo Menginap

    Artotel Gelora Senayan Resmi Dibuka April 2024, Ada Promo Menginap

    Travel Update
    Artotel Group Akuisisi Hotel Century Senayan, Tetap Ada Kamar Atlet

    Artotel Group Akuisisi Hotel Century Senayan, Tetap Ada Kamar Atlet

    Travel Update
    Lokasi dan Jam Buka Terbaru Kebun Binatang Bandung

    Lokasi dan Jam Buka Terbaru Kebun Binatang Bandung

    Jalan Jalan
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com