Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Nira Kelapa Merebak Rasa

Kompas.com - 04/06/2013, 08:08 WIB

Ia mewarisi ilmu turun-temurun cara membuat gula kelapa dari ayah dan kakeknya, almarhum Marto Dinomo dan Todikromo. Penderes dan pemasak nira secara turun-temurun memelihara pula relasinya dengan pengepul atau pedagang gula kelapa. Setiap penderes dan pemasak nira memiliki beberapa pelanggan, keluarga pedagang atau pengepul yang sejak dulu juga menjadi pelanggan gula kelapa.

Keluarga Karto Wiyono, kondang dengan gula kelapa bermerek dagang ”Wiyono Putro”, adalah salah satu keluarga yang secara turun-temurun berdagang gula kelapa produksi penderes dan pemasak nira dari Kokap. ”Simbah sudah berjualan sejak saya kecil. Mungkin sebelum kemerdekaan. Dari simbah ke ibu saya, lalu sekarang saya meneruskan,” ujar Rini Wiyono Putro (42).

Berkutat lama dengan gula kelapa, Rini sampai hari ini menerima pasokan dari tak kurang 20 pedagang pengepul. Setiap pedagang bisa mengumpulkan 10 kg gula kelapa per hari. ”Dengan pasokan pedagang pengepul, ibu bisa mengirim 1 ton gula merah ke Wonosari, Kabupaten Gunung Kidul, setiap lima hari sekali,” ujar Rini.

Inovasi gula kelapa

Dulu gula kelapa dan gula pasir tak pernah satu belanga. Kini muncul gula kelapa bercampur gula pasir, seperti yang dijual Rini. Gula kelapa itu unik karena cenderung lebih keras dan solid dengan warna coklat terang serta penuh butiran kristal gula tebu yang berkilauan.

”Peminatnya banyak. Gula kelapa bercampur gula pasir cenderung lebih manis sehingga takaran dalam masakan lebih sedikit,” kata Rini. Ia melanjutkan, ”Namun, pelanggan lama biasanya lebih memilih gula kelapa biasa. Gula kelapa Kokap yang gurih dan manis serta bersih tetap yang paling dicari.”

Bentuk klasik gula kelapa, terbentuk dari cetakan batok kelapa dengan ukuran berkisar 150 cc, masih diminati pasar. Namun, inovasi bentuk pun mulai bermunculan, antara lain mencetak gula kelapa yang lebih kecil, sekitar 20 cc. ”Gula kelapa berukuran kecil diminati sebab dianggap praktis. Dengan ukuran itu, sebongkah gula kelapa nyaris pas untuk satu takaran masakan. Kalau beli tangkupan besar harus memecah bongkahannya,” ujar Murtini, pedagang besar gula kelapa di Pasar Beringharjo, Yogyakarta.

Demi keperluan pasar pula produsen gula kelapa tradisional mengubah bentuk pasangan batok menjadi kristal atau biasa disebut gula semut. ”Kalau ini lebih untuk hotel dan industri jamu,” ujar Kiswanto (35) yang juga pedagang gula kelapa di Pasar Beringharjo. (EKI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com