Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melihat Rusia dari Tatarstan

Kompas.com - 09/06/2013, 15:03 WIB

MOMEN Perang Dunia II menjadi ajang pariwisata sekaligus menumbuhkan rasa kebangsaan warga Federasi Rusia, termasuk di Republik Tatarstan. Pada 9 Mei lalu, di Kazan, ibu kota Tatarstan, kawasan Jalan Karl Marx tertutup sepanjang pagi hingga siang hari.

Warga Kazan seakan tumpah di sini, mulai dari anak-anak hingga orang lanjut usia. Panggung besar pun didirikan. Di seberang panggung, para veteran perang lengkap dengan pakaian militer dan berbagai tanda jasa yang memenuhi bagian dadanya mendapat tempat terhormat.

Anak-anak lelaki pun berpakaian ala militer. Sebagian dari mereka berfoto bersama para veteran perang. Di area tempat duduk para veteran hadir Presiden Tatarstan Rustam Minnikhanov.

Peringatan kemenangan perang Rusia atas Nazi yang berlangsung tahun 1941-1945 atau sekitar 68 tahun lalu itu dimulai dengan tarian kolosal yang menggambarkan suasana perang kala itu. Dilanjutkan defile tentara dari berbagai angkatan juga veteran.

Paling menarik, kemunculan aneka mobil tua masa perang, mulai sedan, jip, truk, hingga sepeda motor yang mulus dan tetap berfungsi. Pengemudi dan penumpangnya pun berbusana gaya 1940-an. Si pria berpakaian ala militer, sedangkan para perempuan memakai busana dengan rimpel dan berkerah ala baju pelaut.

Pemandu kami, Achkinazi Ekaterina (34), bercerita, ada komunitas mobil masa perang di Rusia. Setiap Mei mereka sibuk karena diminta berparade pada peringatan Hari Kemenangan di sejumlah kota.

”Kazan tak menjadi medan perang. Kota ini menjadi tempat evakuasi dan banyak warganya yang pergi berperang sampai Perancis,” kata Katia, panggilannya.

Momen itu membangkitkan rasa kebangsaan warga Kazan. Lewat defile dan kehormatan yang diberikan kepada veteran, kaum muda melihat sendiri bagaimana penghormatan diberikan negara bagi pahlawan.

Masjid dan gereja

Lepas dari suasana perayaan, kami dihadapkan pada upaya Pemerintah Tatarstan membangkitkan kembali sejarahnya. Republik Tatarstan adalah salah satu dari 83 wilayah federal Rusia. Mayoritas warga Tatarstan adalah Muslim dan Kristen Ortodoks. Jadi, di sini banyak terdapat masjid dan gereja. Dalam Travel Guide The Republic of Tatarstan disebutkan ada sekitar 700 masjid dan 200 gereja.

Kazan berpenduduk sekitar 1,2 juta jiwa. Mereka menggunakan dua bahasa, yakni Rusia dan Tatar. Kazan terletak sekitar 800 kilometer (km) dari Moskwa.

”Kazan adalah kota terbesar ketiga di Rusia setelah Moskwa dan St Petersburg,” kata Katia tentang kota yang menjadi tuan rumah Universiade 2013 pada Juli mendatang.

Meski bertahun-tahun dikuasai Uni Soviet yang komunis, situs sejarah Islam dan Kristen di wilayah ini dipertahankan. Bangunan lama yang sudah hilang pun didirikan kembali dan dimanfaatkan antara lain sebagai tujuan wisata.

Sergey Ivanov, Deputi Menteri Kementerian Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata Republik Tatarstan menargetkan dua juta turis pada 2013. ”Rata-rata satu tahun lebih satu juta turis. Sekitar 70 persennya turis lokal dari Rusia, sisanya turis asing, terutama dari Eropa dan Timur Tengah,” katanya.

Kremlin Kazan, salah satu tujuan wisata, menyuguhkan antara lain katedral yang dibangun pertengahan 1550-an. Katedral Blagoveshchensky dibangun kembali dan dibuka sejak Juli 2005. Masjid yang diyakini pernah ada di kawasan ini sebelum 1552 juga dibangun kembali dan dinamakan masjid Kul Sharif (nama pemimpin terakhir Muslim Khanate). Masjid yang diklaim terbesar di Eropa ini dibuka pada Juni 2005.

Memasuki areal Kremlin Kazan, Anda disambut menara Spasskaya yang dibangun pada abad ke-16. Pada era kekuasaan Joseph Stalin (1922-1952) menara ini pernah dirusak. Ada pula menara Syuyumbika, ratu yang melegenda. Dikisahkan Syuyumbika bunuh diri dari atas menara karena tak ingin menikah dengan penguasa Rusia, Tsar Ivan IV (1533-1584).

Pengaruh Asia

Di Bolgar, sekitar 180 km dari Kazan, terdapat situs kerajaan Volga Bolgar, cikal bakal Tatarstan. Warga negeri ini menjadi Muslim setelah kedatangan utusan dari Baghdad pada 922. Selain masjid, taman, kolam, ada pula museum yang berisi gambaran kehidupan warga Volga Bolgar, termasuk hasil kebudayaan mereka.

Selain Timur Tengah, pengaruh Mongolia di Bolgar antara lain terlihat dari kerah baju tinggi yang dipakai pasukannya. Dikisahkan pasukan Genghis Khan dari Mongolia menduduki kawasan ini sekitar tahun 1223. Pengaruh Mongolia lebih nyata di Tatar Kalyapush, tujuan wisata lainnya, lewat bangunan dengan atap menyerupai tenda besar.

Tujuan wisata kami berikutnya adalah Pulau Sviyazhsk, yang menurut Arthur, pemandu kami, dibangun sekitar 400 tahun lalu. Di sini tinggal sekitar 270 warga yang umumnya bekerja demi kelestarian Sviyazhsk. Pada hari biasa sekitar 200 turis yang datang, tetapi pada akhir pekan mencapai 1.000 orang.

”Daya tampungnya sekitar 2.000 orang, memang kami batasi agar tak merusak lingkungan,” ujar Arthur. Kawasan ini semula pangkalan militer dan pernah tertutup hutan. Sviyazhsk lalu berfungsi sebagai pusat pengembangan Kristen. Pada masa Uni Soviet bangunan di sini berfungsi sebagai penjara.

Pasca-Uni Soviet

Peninggalan era Uni Soviet terasa di Kazan. Sebagian bangunannya berbentuk ”kotak” minimalis berwarna keabu-abuan seakan seragam. Sebagian bangunan itu kini berubah fungsi, seperti sekolah militer menjadi museum lukisan. Bangunan di Pulau Sviyazhsk yang semula penjara berubah menjadi tempat tujuan wisata, seperti museum, restoran, dan hotel.

Rumah-rumah warga di pinggir Kazan pun terkesan seragam. Bagian depan rumah dihiasi tak lebih dari tiga jendela dan di jendela kaca itu diletakkan pot bunga. Belakangan kompleks perumahan baru dengan arsitektur yang beragam muncul.

”Banyak perubahan setelah era Uni Soviet (1991). Banyak perusahaan swasta. Warga juga bisa menukar uang (asing ke rubel dan sebaliknya) kapan saja, tak ada larangan. Kepemilikan mobil tak terbatas,” kata Katia. Di Kazan beraneka merek mobil berlalu lalang, seperti Lada buatan Rusia, Nissan, Toyota, serta KIA.

Sebanyak 43 perguruan tinggi pun terbuka untuk mahasiswa asing. ”Mereka datang dari Eropa dan Asia karena budaya yang sama. Kazan memang perpaduan antara Eropa dan Asia,” kata Katia.

Serupa dengan Moskwa, misalnya, di Kazan banyak terdapat patung yang tersebar di banyak tempat, mulai dari patung pria-wanita pembawa air sampai mereka yang dianggap menjadi tokoh. Ada patung Lenin muda di depan salah satu universitas, patung Gabdulla Tukay, penulis puisi dalam bahasa Tatar, dan patung Feodor Chaliapin, penyanyi opera, di jalan Baumana, salah satu pusat perbelanjaan di Kazan.

Kazan terus berbenah. Selain bandara yang diperluas, berbagai fasilitas olahraga pun dibangun. Di beberapa jalan dan fasilitas umum tak hanya menampilkan tulisan berbahasa Rusia dan Tatar, tetapi juga bahasa Inggris. Hal itu seakan menunjukkan bukti, inilah Rusia yang mulai terbuka....(CHRIS PUDJIASTUTI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com