Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lovina, "Sarapan" Bersama Lumba-lumba

Kompas.com - 10/06/2013, 10:05 WIB

Cinta Indonesia

Asal-usul nama Lovina untuk kawasan wisata itu tidak ada referensi yang pasti. Konon, nama ini diberikan Raja Buleleng, yang juga seorang pujangga, Anak Agung Panji Tisna, seusai berkunjung ke India pada tahun 1950. Dia bercita-cita, tempat kelahirannya yang saat itu adalah ibu kota Bali ramai dikunjungi turis dari seluruh penjuru dunia. Lahirlah kata Lovina berbarengan dengan berdirinya pondokan (penginapan) milik Panji Tisna yang juga bernama Lovina pada tahun 1953.

I Gde Dharna, sastrawan dan pencipta lagu daerah Bali, membenarkan cerita itu. Ia adalah satu saksi hidup dari kisah itu. ”Lovina memang dimaksudkan agar Buleleng dikenal banyak orang. Saat itu belum ada temuan lumba-lumba. Murni alamnya memang indah sehingga beliau (Panji Tisna) serius untuk memajukan tanah kelahirannya,” ujarnya.

Lovina dimaknai sebagai gabungan kata love (cinta) dan ina (Indonesia), yaitu cinta Indonesia. Lewat rekan Panji Tisna dari luar negeri, Lovina menjadi dikenal. Tahun 1960, ibu kota Bali berpindah dari Singaraja (Kabupaten Buleleng) ke Denpasar. Gubernur Bali Ida Bagus Mantra melarang pemakaian kata Lovina karena bahasa Bali tak mengenal huruf ”v”. Pemerintah saat itu mengharuskan promosi pariwisata di kawasan itu bukan untuk Lovina, melainkan Buleleng.

Namun, Lovina tak bisa dilupakan. Wisatawan asing lebih mengenal Lovina, bukan Buleleng atau Singaraja. Pada 1980, Pemerintah Provinsi Bali membolehkan kembali pemakaian nama Lovina. Dharna pun menciptakan lagu berjudul Lovina untuk mengenang Panji Tisna.

Pada tahun 2012, wisatawan yang berkunjung ke Lovina tercatat 10.504 orang, yang terdiri dari 7.651 turis asing dan 2.853 wisatawan domestik. Puluhan hotel berbintang dan melati pun kini berjajar di kawasan itu.

Salah satu hotel, Melka Excelsior, memelihara lima lumba-lumba dan rutin menggelar atraksi.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Buleleng, Ketut Warkadea mengatakan, keberadaan lumba-lumba itu belum diteliti secara pasti. (Ayu Sulistyowati)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com