Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menikmati Wasabi Tanpa Tersengat

Kompas.com - 11/06/2013, 08:30 WIB
Kistyarini

Penulis

HAKUBA, KOMPAS.com — Dari sekian banyak rasa dalam kuliner Jepang, rasa wasabi mungkin yang paling diingat karena rasanya menjebak. Di mulut tak berasa, tahu-tahu pedasnya menyengat sampai ke hidung.

Ternyata rasa wasabi tidak selalu panas dan pedas menyengat. Apalagi wasabi yang masih segar atau baru diolah.

Salah satu tujuan Media Familiarization Trip, yang diadakan JTB Promotion Jepang, bekerja sama dengan Garuda Indonesia dan Jalan Tour pada pertengahan Mei lalu, adalah Daio Wasabi Farm yang terletak di Hotaka, Azumino, Prefektur Nagano.

Selain menjadi tempat budi daya tanaman wasabi, tempat ini juga menyediakan wasabi dalam berbagai bentuk olahannya. Ada wasabi yang dijual dalam keadaan masih segar, berupa umbi akar lengkap dengan beberapa batang tanpa daun.

Tidak jauh dari konter penjualan wasabi segar, terdapat stan yang menyediakan kroket wasabi dan es krim wasabi. Sementara di restoran yang berlokasi di bagian belakang areal pertanian yang luas itu, berbagai makanan berbumbu wasabi disajikan, termasuk kari wasabi, acar wasabi, dan jus wasabi.

Saya cukup penasaran dengan rasa wasabi yang baru diolah. Sebab sebelumnya, Katsue Komatsu, interpreter rombongan kami, bilang, wasabi segar yang baru diolah tidak menyengat.

Sebagai pelengkap hidangan ikan yang saya pesan untuk makan siang itu, disediakan sejumput pasta wasabi. Berbeda dengan pasta wasabi yang biasa saya lihat, pasta wasabi yang di sini berwarna lebih segar. Hijaunya muda dan tidak pekat.

Sebelum saya campur dengan apa pun, saya mencicipinya sedikit, hanya seujung sumpit. Ternyata rasanya tidak menyengat, meskipun rasa khas wasabi masih kuat. Bahkan ada sedikit rasa manis.

Ketika saya mengambil lagi, kali ini dengan takaran yang lebih besar, rasanya tidak berubah. Segar, sedikit manis, dan yang pasti tidak membuat orang tersedak karena rasanya yang menyengat.

Saya sempat mencicipi ayam masak kari wasabi yang dipesan teman saya. Ternyata rasanya mengejutkan, karena tidak menyengat sama sekali. Padahal, cita rasa wasabi sama sekali tidak hilang.

Saya dan beberapa teman yang bukan penyuka wasabi memutuskan untuk mencoba olahan lain dari wasabi, yakni jus wasabi. Rasanya ternyata sangat segar, sesegar warnanya yang hijau, mirip warna sirup melon. Sengatan-sengatan rasa wasabinya masih terasa, meskipun tidak tajam.

Wasabi, yang merupakan tanaman asli dan hanya tumbuh di Jepang, biasanya dibudidayakan di dataran tinggi yang memiliki sumber air yang alami. Di Daio Farm, air dijaga pada temperatur 13 derajat celsius sepanjang tahun.

Seluruh bagian wasabi bisa diolah. Umbi akarnya biasanya diparut untuk dijadikan bumbu. Bunga, daun, bahkan batangnya pun bisa diolah menjadi makanan. Bisa dijadikan tempura, direbus dengan saus kedelai dan gula, atau dimasak dengan nasi. Atau dijadikan hidangan pencuci mulut, seperti es krim.

Pengunjung restoran Daio Wasabi Farm akan mendapat voucer yang bisa digunakan untuk membeli es krim atau kroket berbahan dasar wasabi. Sementara itu, di bagian depan restoran dijual berbagai snack bertema wasabi. Tentu saja rasanya tidak pedas menyengat.

Dengan luas sekitar 15 hektar, Daio Wasabi Farm merupakan pertanian wasabi terluas di Jepang. Pertanian yang berdiri sejak tahun 1915 ini menghasilkan sekitar 150 ton wasabi per tahun. Tempat ini juga menjadi salah satu tujuan wisata yang ramai, apalagi letaknya hanya sekitar 32 kilometer dari pusat kota Matsumoto.

Tempat ini dikenal memiliki pemandangan yang indah. Salah satunya adalah kincir anginnya dan sungai yang melewati pertanian itu. Menurut Wikipedia, kawasan Daio Wasabi Farm pernah menjadi lokasi film Dreams, besutan sutradara besar asal Jepang, Akira Kurosawa. Daio Wasabi Farm muncul dalam segmen "Village of the Watermills" dan dirilis pada 1990.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com