Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pagaruyung, Simbol Perekat Nusantara

Kompas.com - 22/06/2013, 09:43 WIB

Arkeolog yang menekuni peninggalan di sepanjang aliran Sungai Batanghari, Budi Istiawan, mengatakan, belum ada bukti yang mengaitkan Adityawarman dan Kerajaan Pagaruyung dengan lokasi di wilayah Batusangkar, Kabupaten Tanah Datar. Lokasi perpindahan pusat kerajaan yang tercantum dalam Prasasti Saruaso 1 pada tahun 1375 atau 1376 memang terkonfirmasi, tetapi masih bernama Kerajaan Melayu.

Sejarah berdirinya Kerajaan Pagaruyung belum diketahui pasti. Dosen sejarah dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas, Padang, Dr Muhammad Nur, mengatakan, Pagaruyung kemungkinan berasal dari dua suku kata, yakni ”paga” (pagar) dan ”ruyung” (batang pohon enau yang mengeras karena sudah tua).

Namun, catatan sejarah tidak menyajikan fakta dan bukti mengenai periode setelah Adityawarman hingga munculnya Sultan Alif sebagai Raja Pagaruyung I pada abad XVI. Apa yang terjadi selama sekitar dua abad, ujar Budi, masih spekulatif.

”Itu yang menjadi pertanyaan hingga hari ini,” kata arkeolog dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas, Prof Dr Herwandi. Guru Besar itu sampai dua kali mempertajam penegasan itu saat ditanyai tentang catatan sejarah pascamasa Adityawarman hingga munculnya Daulat Yang Dipertuan Sultan Alif sebagai Raja Pagaruyung pertama.

Selama sekitar dua abad, sejak sekitar abad ke-14 hingga menjelang abad ke-16, catatan tersebut sedemikian kabur sehingga memunculkan sejumlah spekulasi.

Namun, tidak ada yang spekulatif bagi Raudha Thaib. Ia menunjukkan Ranji (silsilah) Limbago yang mendata detail siapa saja raja berikut keturunannya sejak lima generasi sebelum Adityawarman hingga saat ini. Adityawarman dalam silsilah itu dikenal pula sebagai Tuanku Bagindo Sari Maharajo yang merupakan anak dari Puti Reno Marak Janggo (Dara Jingga) dan Tuwan Bujanggo Rajo (Adwayawarman).

Sejak masa Adityawarman hingga Sultan Alif, ada tujuh generasi yang tercatat. Menurut Puti Reno, jika tidak ada Kerajaan Pagaruyung, bagaimana menjelaskan standar tata upacara adat dalam masyarakat Minangkabau yang terus dijalankan hingga kini. Setidaknya itulah yang terbukti pada prosesi adat pada hari Sabtu terakhir bulan Mei lalu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com