Yeh dalam bahasa Bali berarti air dan Sanih merupakan nama desa itu. Yeh Sanih merupakan mata air yang berada di wilayah Sanih. Sumber mata air jernih ini muncul sekitar tahun 1930. Masyarakat memercayai air yang mengucur tanpa henti itu adalah mata air suci dari Gunung Batur di Kabupaten Bangli. Jarak Batur ke Yeh Sanih sekitar 40 kilometer (km).
Air itu melewati pura yang letaknya lebih tinggi dari pantai. Air yang ditampung menjadi pemandian itu merupakan air kucuran terakhir setelah melewati pura. Kucurannya muncul di beberapa titik di antara batu-batu yang sekaligus menjadi dinding kolam pemandian.
Sebanyak dua kolam pemandian pun dibangun warga dengan susunan batu-batu. Kolam besar memiliki kedalaman sekitar 1,5 meter yang diperuntukkan bagi orang dewasa. Kolam lain berdiameter lebih kecil dengan kedalaman setengah meter khusus untuk anak balita dan anak-anak. Airnya bening dan sejuk.
Bermain ikan kecil
Pemandangan sekitar pemandian ini menunjang kenikmatan berendam atau berenang, apalagi ketika sore tiba. Senja kian membuat siapa pun betah dan tak ingin melewatkan panorama pantai, persis di depan pemandian. Bermain air di pemandian Yeh Sanih juga bisa diwarnai dengan bercengkerama dengan ikan kecil di dalamnya. Seru!
Soal kebersihan, pengelola tetap menjaga kawasan wisata sekitar 64 are (sekitar 6.400 meter persegi) itu. Seminggu sekali, pengelola menguras dan membersihkan sampah dan lumut yang muncul.
Manajer Obyek Wisata Yeh Sanih Ketut Sumanasa mengatakan, air tawar Sanih tak pernah kering meskipun musim kemarau. ”Karena itu, kami berupaya melestarikan dan merawat keberadaan air yang dipercaya mengalir dari Gunung Batur ini. Kami rutin setiap dua tahun sekali menggelar upacara adat untuk penyucian Yeh Sanih ini,” katanya beberapa saat lalu.
Warga pun percaya mata air ini berkah dari Sang Hyang Widi dan harus tetap lestari. Mereka berupaya menjaganya hingga saat ini. Setiap dua tahun sekali, umat Hindu di Yeh Sanih menggelar ritual Nyepi. Ritual itu berbeda dengan penyepian sesuai kalender nasional.
Penyepian warga setempat ditentukan pada saat bulan dalam posisi tilem (gelap) dalam hitungan kalender mereka. Mirip dengan perayaan Nyepi pada umumnya, umat Hindu di Yeh Sanih tidak boleh menyalakan api (amati geni), tak boleh bekerja (amati gawe), tak boleh bepergian (amati lelungan), dan tidak boleh bersenang-senang (amati lelanguan).
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan