Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Senja di Kota Lama Jerusalem

Kompas.com - 27/06/2013, 09:49 WIB

Via Dolorosa

Ketika kaki menyusuri jalan-jalan bebatuan di Kota Lama yang sempit, kiri-kanan tembok-tembok tinggi atau toko-toko cendera mata, tiba-tiba pikiran seperti ditarik ke masa lalu. Di jalan bebatuan itu dulu tentara Romawi dengan naik kuda berpatroli. Bunyi teplak, teplok, teplak, teplok... benturan kaki kuda dengan badan jalan seperti terngiang-ngiang di telinga. Jauh masa sebelumnya, di jalan bebatuan itu, para nabi berjalan disanjung dan dimaki.

Coba susuri Via Dolorosa, Jalan Penderitaan yang bagi umat Nasrani menjadi jalan paling penting di jagat ini. Di sepanjang jalan itulah, 2.000 tahun silam, Yesus, Nabi Isa, berjalan memanggul salib menuju Bukit Golgota. Itulah jalan air mata. Itulah jalan cinta, sekaligus jalan kemanusiaan.

Namun kini, dibutuhkan perjuangan keras dan berat agar bisa konsentrasi untuk bisa berdoa khusuk di sepanjang jalan itu. Karena di kiri- kanan Via Dolorosa yang sempit sekitar dua meter, penuh tokoh-toko cendera mata, juga menjadi jalan kendaraan roda dua dan empat. Para pedagang akan terus menawarkan dagangannya berbagai macam cendera mata kepada para peziarah.

Kadang para peziarah harus berjalan menepi, mepet tembok karena ada mobil yang melintas di jalan cinta itu. Rombongan peziarah yang berusaha khusuk berdoa tak jarang harus tercerai berai karena motor pengangkut barang yang menerabas di tengah-tengah mereka.

Suatu senja

Masjid Umar dengan kubah Dome of the Rock-nya yang merupakan salah satu dari begitu banyak situs di Jerusalem masih berdiri tegak setelah berbilang tahun. Di sana juga masih ada Masjid Al Aqsa, Tembok Ratapan, Gereja Makam Kristus, dan banyak tempat suci dan yang disucikan lainnya. Kesemuanya itu lebih menyerupai halaman-halaman manuskrip yang disulam dengan benang sutra menjadi satu buku yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain.

Karena itu, Jerusalem atau yang dalam bahasa Arab disebut Al-Quds merepresentasikan jantung tiga agama dunia: Islam, Judaisme, dan Kristen. Jerusalem diyakini menjadi tempat penting di bumi ini untuk komunikasi antara Tuhan dan manusia. Langit di atasnya menjadi penghubung terdekat antara bumi dan surga.

Tengoklah pada celah-celah di Tembok Barat (Tembok Ratapan), tempat orang Yahudi berdoa, begitu banyak kertas berisi doa dan permohonan yang diselipkan. Setiap tahun, kertas-kertas itu diambil dan dikubur di Bukit Zaitun karena dianggap suci. ”Benar kata orang, di Jerusalem, kebenaran sering jauh lebih penting ketimbang mitos,” komentar rekan seperjalanan.

KOMPAS/TRIAS KUNCAHYONO Toko Cendera Mata.
Ketika langit di barat semakin memerah, suara azan masjid yang disusul dentang lonceng gereja petang itu menyeruak langit Jerusalem. Ada hawa kedamaian yang menyebar karenanya. Di Tembok Ratapan, puluhan orang Yahudi masih mendaraskan doa dan permohonan mereka kepada Yahwe, Tuhan Allah mereka. Bau dupa menyebar di Gereja Makam Suci, tempat ziarah umat Kristiani. Sebentar lagi pintu gereja akan ditutup.

Senja itu, mengingatkan bahwa Jerusalem adalah rumah satu Tuhan, tempat ibadah tiga agama... yang sekarang masih diperebutkan. Senja juga menjadi pertanda bahwa Matahari telah meninggalkan Jerusalem.

Ada segenggam damai di kota tua, senja itu.... (Trias Kuncahyono)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com