"Tradisi ini juga sebagai penghormatan kepada Dewa Indra atau Dewa Perang," kata Jro Mangku Windia, tokoh masyarakat Desa Adat Tenganan Pegringsingan, Rabu (26/6/2013).
Kaum lelaki di desa adat itu wajib mengikuti perang pandan. Dalam berperang satu-persatu, mereka bersenjatakan pandan berduri. Mereka bergantian memukul lawan.
Meskipun darah mengucur dari punggung dan bagian tubuh yang lain, mereka tampak senang menjadi bagian dari ritual yang digelar setiap bulan kelima penanggalan Desa Adat Tenganan Pegringsingan.
Apalagi tradisi itu menjadi magnet bagi wisatawan mancanegara. Bahkan sejak Rabu pagi, desa adat di pesisir selatan itu dipadati puluhan kendaraan yang mengangkut wisatawan asing.
"Umat Hindu di desa kami penganut aliran Indra yang dipercaya sebagai Dewa Perang sehingga para pria muda di sini wajib mengikuti perang pandan," kata Mangku Windia.
I Kadek Putra Asmadi (30), warga Desa Adat Tenganan Pegringsingan mengaku senang ikut perang pandan. "Biar sakit, tetap saja merasa senang," katanya sambil meringis menahan sakit di punggungnya akibat sabetan pandan berduri dari lawannya.
Beberapa sesepuh menyiramkan cairan kunyit dan air cuka pada bagian luka agar cepat sembuh.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.