Pada akhir pekan, The Farm buka dari jam 8.30 pagi sampai 10.30 malam. Restoran ini menyajikan menu khusus sarapan, juga paket afternoon tea di sore hari. Namun saya sengaja datang sesaat sebelum jam 7 malam, agar dapat menikmati matahari terbenam selagi mulai menyantap hidangan makan malam.
Dengan suasana redup beberapa menit sebelum matahari terbenam, pemandangan kolam di depan mata dan hanya kurang dari sepuluh meja di cottage yang saya tempati. Cukup membantu mengalihkan perhatian saya dari perut yang kosong.
Ada beberapa pilihan hidangan utama berupa menu khas barat ataupun timur. Cukup mengesankan karena Anda bisa melihat gambar dan detail setiap hidangan dengan jelas dari layar iPad.
Setelah membaca tuntas setiap hidangan, pilihan saya jatuh pada Tomato Tatin sebagai hidangan pembuka. Semata-mata karena tampilan dan kombinasinya yang tidak biasa. Tomat yang diisi dengan keju kambing dan rocket salad di sisi terasa menyegarkan.
Hidangan pembuka kedua adalah Thod Man Goong Man Po. Rasa dan bentuknya selayaknya Thai’s Crab Cake, walau dengan tambahan udang. Ditambah dengan berbagai jenis roti, favorit saya adalah brioche yang sangat lembut dan mentega yang seakan meleleh ketika dioleskan, hidangan pembuka ini cukup untuk mengisi perut tanpa membuat saya terlalu kenyang.
Pilihan untuk hidangan utama jatuh pada Seabass Fillet, salah satu signature main dishes di The Farm. Ikan seabass yang digoreng garing ini ditumpuk di atas ubi yang dihancurkan halus.
Ubi menjadi pilihan yang menarik sebagai pengganti kentang tumbuk. Di atasnya ditaburi irisan halus lobak dan sejumput sayuran dan saus putih di sisinya. Hidangan ini cukup memuaskan, walau sayang tidak sememukau gambarnya.
Cukup lama saya tertegun sebelum memilih Coconut Apricot Parfait sebagai hidangan penutup. Bukan karena terlalu banyak pilihan, tetapi karena dibandingkan dengan pilihan menu pembuka dan utama, menu penutupnya sangat terbatas dan tidak bisa dibilang unik.
Walau ternyata hidangan penutup ini ternyata sama sekali tidak mengecewakan. Apalagi manisnya kontras dengan kopi espresso pahit yang saya pesan.
Dengan konsep yang menyegarkan, mengingat saya berada di Timur Tengah, tempat ini patut dapat pujian. Cukup mendekati tagline restoran ini yang bisa dibilang teramat percaya diri: "The best restaurant in Dubai".
Di tengah-tengah persaingan restoran-restoran unik yang banyak bermunculan di Dubai, apakah The Farm mampu menarik saya untuk kembali ke sana? Tentu saja. Bukan dari kelezatan makanannya, tetapi dari suasana dan lokasinya yang membuat saya menemukan oase di tengah musim panas Uni Emirat Arab. (ASIH WULANSARI, penulis menetap di Dubai, Uni Emirat Arab, dan bisa dihubungi melalui Twitter @woewland)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.