Pilihan untuk hidangan utama jatuh pada Seabass Fillet, salah satu signature main dishes di The Farm. Ikan seabass yang digoreng garing ini ditumpuk di atas ubi yang dihancurkan halus.
Ubi menjadi pilihan yang menarik sebagai pengganti kentang tumbuk. Di atasnya ditaburi irisan halus lobak dan sejumput sayuran dan saus putih di sisinya. Hidangan ini cukup memuaskan, walau sayang tidak sememukau gambarnya.
Cukup lama saya tertegun sebelum memilih Coconut Apricot Parfait sebagai hidangan penutup. Bukan karena terlalu banyak pilihan, tetapi karena dibandingkan dengan pilihan menu pembuka dan utama, menu penutupnya sangat terbatas dan tidak bisa dibilang unik.
Walau ternyata hidangan penutup ini ternyata sama sekali tidak mengecewakan. Apalagi manisnya kontras dengan kopi espresso pahit yang saya pesan.
Dengan konsep yang menyegarkan, mengingat saya berada di Timur Tengah, tempat ini patut dapat pujian. Cukup mendekati tagline restoran ini yang bisa dibilang teramat percaya diri: "The best restaurant in Dubai".
Di tengah-tengah persaingan restoran-restoran unik yang banyak bermunculan di Dubai, apakah The Farm mampu menarik saya untuk kembali ke sana? Tentu saja. Bukan dari kelezatan makanannya, tetapi dari suasana dan lokasinya yang membuat saya menemukan oase di tengah musim panas Uni Emirat Arab. (ASIH WULANSARI, penulis menetap di Dubai, Uni Emirat Arab, dan bisa dihubungi melalui Twitter @woewland)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.