Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menikmati "Sunset" di Pura Batu Bolong

Kompas.com - 08/07/2013, 08:27 WIB
NAMA pantai Senggigi di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), sudah tidak asing lagi di telinga wisatawan dalam dan luar negeri.  Obyek wisata pantai Senggigi merupakan pelopor dalam memperkenalkan pariwisata Lombok ke luar negeri.

Tahun 80-an, di sepanjang pantai di kawasan ini masih dipenuhi pohon kelapa, jalanan kurang terawat dan sempit. Namun, kini Senggigi berubah menjadi obyek wisata terkenal di Pulau Lombok. Siang hingga sore hari selalu diramaikan wisatawan. Apalagi malam hari, kehidupan malam pun dimulai dengan menjamurnya restoran dan kafe di kawasan itu.

Melihat matahari terbenam (sunset) merupakan momen yang selalu ditunggu-tunggu wisatawan di sepanjang pesisir pantai barat Pulau Lombok. Banyak tempat untuk melihat sunset dengan latar belakang Gunung Agung di Pulau Bali.

Salah satunya adalah Pura Batu Bolong. Lokasi Pura Batu Bolong tak jauh dari Senggigi. Bila Anda hendak menuju Senggigi dari Kota Mataram, ibu kota Provinsi NTB, pasti melewati Pura Batu Bolong.

KOMPAS.COM/I MADE ASDHIANA Pura Batu Bolong di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Pura Batu Bolong mengingatkan akan keberadaan Pura Tanah Lot di Tabanan, Bali, yang sama-sama berada di pinggir pantai. Hanya saja Pura Batu Bolong dengan pasir hitamnya memiliki lubang atau bolong di tengahnya sehingga dinamakan batu bolong.

Sejarah keberadaan Pura Batu Bolong tak lepas dari perjalanan seorang pendeta Hindu dari Jawa Timur, Dang Hyang Dwijendra ke Pulau Lombok yang melakukan perjalanan dari Jawa dan Bali. Beliau kerap berpindah-pindah tempat.

Selain mengelilingi pantai selatan Pulau Bali, beliau melanjutkan peralanan spiritual ke kawasan Bali Utara. Seperti Pura Pulaki hingga ke Pura Ponjok Batu, sebelum melanjutkan perjalanan menyeberang ke Pulau Lombok.

KOMPAS.COM/I MADE ASDHIANA Pura Batu Bolong di Pulau Lombok, NTB.
Di tempat terakhir itulah Dang Hyang Dwijendra disebutkan sempat menolong beberapa orang bendega atau nelayan perahu yang karam dekat Ponjok Batu. Para bendega asal Lombok yang diselamatkan beliau itu konon turut mengantarkan Dang Hyang Dwijendra yang juga disebut dengan nama Ida Peranda Sakti Wawu Rauh sampai ke Lombok dan menjejakkan kaki di Batu Bolong.

Bagi umat Hindu, Pura Batu Bolong yang berhadapan dengan Selat Lombok dan Gunung Agung di Bali ini memiliki atmosfer spiritual yang mampu memberikan kedamaian dan ketenangan bagi para umat yang bersembahyang di pura ini.

Minggu (30/6/2013), lima pemenang kompetisi foto "Explore Indonesia" yang diadakan Burufly.com tiba di Pulau Lombok untuk memulai kegiatannya berburu foto di obyek-obyek wisata di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Kelima pemenang itu adalah Irvan Darmawan, Hadi Setia Darma, Afriandi, Tirta Subhakti Winata, dan Hendro Jap.

KOMPAS.COM/I MADE ASDHIANA Umat Hindu bersembahyang di Pura Batu Bolong, Pulau Lombok, NTB, Minggu (30/6/2013).
Burufly.com merupakan portal web berbasis jaringan sosial dengan menitikberatkan pada pariwisata. Kelima pemenang ini mendapatkan tiket ke Lombok yang disponsori oleh H.I.S Tour & Travel setelah lolos seleksi dari tim juri berdasarkan foto-foto yang diunggah ke Burufly.com.

Setelah tiba di Bandara Internasional Lombok di Praya, Kabupaten Lombok Tengah kelima pemenang langsung menuju The Santosa Villas & Resort di kawasan Senggigi, Kabupaten Lombok Barat yang memakan waktu sekitar 1,5 jam menggunakan bus.

Begitu proses check-in selesai dan diberi waktu 30 menit berkemas-kemas, mereka langsung meluncur ke Pura Batu Bolong yang hanya membutuhkan waktu kurang dari 10 menit dari resort untuk menyaksikan matahari terbenam (sunset). "Kalau cuaca cerah, kita bisa melihat matahari terbenam dengan latar belakang Gunung Agung," kata Surya Pratama, pemandu wisata yang mengantarkan peserta selama berada di Pulau Lombok.

KOMPAS.COM/I MADE ASDHIANA Pura Batu Bolong, di Pulau Lombok, NTB.
Surya benar, sore itu cuaca cerah di Pura Batu Bolong. Umat Hindu terlihat begitu khusuk bersembahyang di pura yang terletak di batu karang pada ketinggian 4 meter tersebut. "Wow, indahnya pemandangan dari sini," kata Irvan ketika memasuki kawasan Pura Batu Bolong.

Masing-masing peserta lantas menyebar setelah memasuki Pura Batu Bolong. Mereka mengeluarkan kamera dan memulai menjepret obyek-obyek yang sangat menarik di Batu Bolong. Gemuruh ombak memasuki karang yang bolong atau berlubang semakin menambah semangat para peserta berburu foto di sini.

Bahkan mereka memasuki area tempat bersembahyang di mana saat itu dipenuhi umat Hindu yang sedang bersembahyang memuja Idang Sang Hyang Widi Wasa atau Tuhan YME. Bau dupa dan harumnya bunga membuat jiwa dan pikiran semakin tenteram berada di tempat yang suci.

Pura Batu Bolong tak hanya dikunjungi umat Hindu yang akan beribadah, namun juga kerap didatangi para fotografer. Apalagi saat matahari semakin tenggelam di ufuk barat, betapa indahnya melihat sunset dari sini.

KOMPAS.COM/I MADE ASDHIANA Pura Batubolong di Mataram, NTB.
Saat matahari perlahan-lahan tenggelam di balik Gunung Agung, kamera para fotografer tak henti-hentinya merekam peristiwa tersebut. Mereka tak ingin menyia-nyiakan peristiwa tenggelamnya matahari ditemani deburan ombak dan harumnya bunga di tengah keheningan umat Hindu bersembahyang di Pura Batu Bolong...
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com