Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warak Ngendhog dalam Dugderan Semarang

Kompas.com - 11/07/2013, 17:01 WIB
SETIAP tahun, binatang imajiner warak ngendhog (warak yang bertelur) selalu muncul di Kota Semarang, Jawa Tengah, bersamaan dengan tradisi dugderan untuk menyambut datangnya Ramadhan. Meski hanya ada dalam mitos, warak ngendhog memiliki makna mendalam bagi mereka yang memulai ibadah puasa.

Binatang tidak nyata itu memiliki kepala serupa naga, leher dan badan seperti burak (binatang dalam Al Quran), serta kaki seperti kambing. Pada Minggu (7/7/2013) dan Senin (8/7/2013) lalu, warak dalam berbagai ukuran diarak dalam karnaval dugderan yang diikuti ribuan warga. Perwujudan binatang yang dikreasikan dalam berbagai bentuk itu tak lupa ditambah dengan telur di bagian bawah belakang tubuhnya.

Dugderan, yang menurut tradisi berlangsung satu hari sebelum Ramadhan, senantiasa lekat dengan warak ngendhog. Hal itu direspons warga di Kelurahan Purwodinatan, Kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang, yang tinggal di tepi Kali Semarang, tak jauh dari Masjid Agung Semarang, dengan membuat miniatur warak.

Ada banyak versi yang mengisahkan sejarah munculnya warak ngendhog. Seorang warga Purwodinatan, Widodo (36), menuturkan, binatang itu sebetulnya berdiri sendiri. Namun, setiap tradisi dugderan yang juga diikuti pasar malam, pedagang warak menambah telur pada dagangannya sebagai bonus untuk anak-anak berbuka puasa. Sejak itu, nama warak ditambah dengan ngendhog.

Arif Rahman (37), warga yang juga pembuat warak, meneruskan pembuatan warak sebab tradisi ini sudah turun-temurun di keluarganya. Ayah, kakek, hingga kakek buyutnya selalu membuat warak setiap dugderan.

”Ini bagian dari sejarah. Saya ingin mempertahankannya. Sekarang ini, orang yang membuat warak sangat sedikit. Sebelumnya ada lima keluarga, termasuk bapak saya. Setelah itu tinggal saya dan kakak sepupu yang sudah tak tinggal di sini lagi,” kata Arif yang mengaku tidak begitu memahami sejarah warak.

Masjid Agung

Tradisi dugderan yang dimeriahkan oleh warak ngendhog dimulai dari tradisi di Masjid Agung Semarang atau Masjid Besar Kauman Semarang yang dibangun pada 1749. Setiap menjelang puasa, ujar Sekretaris Takmir Masjid Agung Semarang Abdul Wahid, penentuan jatuhnya awal Ramadhan dilakukan di masjid itu.

”Saat itu belum ada sidang isbat di Kementerian Agama seperti sekarang. Sidang dilakukan di Masjid Agung dan diikuti oleh kiai yang ahli ilmu falak. Setelah selesai, hasilnya segera dilaporkan ke bupati yang kantornya berada di Kanjengan (sekarang masuk wilayah Pasar Johar),” kata Wahid.

Warga yang ingin mengetahui awal puasa berdatangan dan memenuhi areal di sekitar masjid. Setelah hasil diumumkan oleh bupati, ditabuhlah beduk di masjid dan meriam dinyalakan di Kanjengan sehingga ramai dengan suara ”dug” dari beduk dan ”der” dari meriam. Dari situ muncul kata ”dugder”. Pengelola masjid juga membagikan roti khas Semarang, ganjel rel, yang bermakna segala ganjalan di hati harus disingkirkan sebelum berpuasa.

Dari keramaian yang selalu terjadi setiap tahun itu pula muncul pedagang makanan, mainan, dan berbagai hiburan untuk warga. Pasar malam muncul dalam dugderan setiap tahun. Juga binatang warak yang merepresentasikan kemenangan seseorang yang diperoleh setelah menjalankan ibadah puasa.

”Kepala warak sebetulnya tidak jelas seperti naga atau singa, yang pasti wujud binatang buas mengerikan, yang melambangkan nafsu manusia. Setelah berpuasa selama sebulan penuh, manusia mendapat fitrah yang dilambangkan dengan telur,” tutur Wahid.

Nama warak diambil dari bahasa Arab, yaitu waro’a, yang berarti orang yang memiliki tingkat keimanan yang tinggi. Jadi, binatang warak, lengkap dengan dugder, adalah wujud syiar Islam di tengah masyarakat Kota Semarang.

Banyak orang juga memaknai warak sebagai lambang keragaman warga Kota Semarang, yang terdiri dari sejumlah etnis, terutama Jawa (kambing), Tionghoa (naga), dan Arab (burak). Bentuk warak yang serba lurus juga melambangkan sifat masyarakat Semarang yang lurus, terbuka, dan apa adanya.

Tradisi itu kini juga menjadi daya tarik wisata. (UTI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Korban Open Trip, 105 Orang Gagal Mendaki Gunung Rinjani

Korban Open Trip, 105 Orang Gagal Mendaki Gunung Rinjani

Travel Update
Libur Lebaran 2024 Berakhir, Kunjungan Wisata di Gunungkidul Lampaui Target

Libur Lebaran 2024 Berakhir, Kunjungan Wisata di Gunungkidul Lampaui Target

Travel Update
Iran Serang Israel, Ini 8 Imbauan KBRI Teheran untuk WNI di Iran

Iran Serang Israel, Ini 8 Imbauan KBRI Teheran untuk WNI di Iran

Travel Update
Penerbangan ke Israel Terganggu akibat Serangan Iran

Penerbangan ke Israel Terganggu akibat Serangan Iran

Travel Update
Pesona Curug Sewu di Kendal, Air Terjun Bertingkat Tiga Jawa Tengah

Pesona Curug Sewu di Kendal, Air Terjun Bertingkat Tiga Jawa Tengah

Jalan Jalan
Iran Serang Israel, WNI di Beberapa Negara Timur Tengah Diminta Waspada dan Lapor ke Kemenlu

Iran Serang Israel, WNI di Beberapa Negara Timur Tengah Diminta Waspada dan Lapor ke Kemenlu

Travel Update
4 Villa Sekitar Tawangmangu Wonder Park Karanganyar, mulai Rp 600.000

4 Villa Sekitar Tawangmangu Wonder Park Karanganyar, mulai Rp 600.000

Hotel Story
Beri Makan Rusa di Rumah Dinas Wali Kota Pangkalpinang, Simak Aturan Pakannya

Beri Makan Rusa di Rumah Dinas Wali Kota Pangkalpinang, Simak Aturan Pakannya

Travel Tips
Promo Kereta Api Mudik Belakangan Ekstra Hemat, Bayar Tiket 80 Persen

Promo Kereta Api Mudik Belakangan Ekstra Hemat, Bayar Tiket 80 Persen

Travel Update
4 Wisata Hutan Pinus di Bantul Yogyakarta

4 Wisata Hutan Pinus di Bantul Yogyakarta

Jalan Jalan
Rute Menuju Palalangon Park Ciwidey Bandung

Rute Menuju Palalangon Park Ciwidey Bandung

Jalan Jalan
Libur Lebaran 2024, Okupansi Hotel-hotel di Kota Batu Tak Sesuai Harapan

Libur Lebaran 2024, Okupansi Hotel-hotel di Kota Batu Tak Sesuai Harapan

Travel Update
Wahana dan Aktivitas Wisata di Palalangon Park Ciwidey

Wahana dan Aktivitas Wisata di Palalangon Park Ciwidey

Jalan Jalan
Palalangon Park Ciwidey: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Palalangon Park Ciwidey: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Jalan Jalan
Wajah Baru Alun-alun Kebumen, Kapal Mendoan Jadi Daya Tarik Pemudik

Wajah Baru Alun-alun Kebumen, Kapal Mendoan Jadi Daya Tarik Pemudik

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com