Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rumah Lanting Berganti Wajah

Kompas.com - 13/07/2013, 11:30 WIB

”Hal ini bisa terjadi karena kayu itu memiliki nilai jual,” ujar Ma’in, yang siang itu tengah memancing ikan di teras rumahnya yang menghadap ke sungai. Rumah lanting juga rawan rusak. Rumah ini memiliki sifat tahan banjir, tetapi jika air sungai surut, rumah tersebut gampang rusak. Rumah itu akan terdampar di dasar tepian sungai dengan posisi miring.

Masalah lain yang membuat pendirian rumah lanting berkurang adalah perkembangan kios di darat. ”Saat ini, masyarakat di Banjarmasin memperoleh banyak kemudahan di darat. Mau belanja apa saja sudah ada toko di darat yang menyediakan. Kalau dulu, kan, kehidupan sungai masih ramai,” ungkap Rizali (32), warga Kompleks Dasa Maya, Alalak Selatan, Banjarmasin.

Hilangnya rumah lanting diakui oleh Ariffin (60). Pensiunan pegawai Departemen Keuangan ini mengaku waktu kecil pernah ikut bergotong royong membangun rumah lanting di daerahnya. Masyarakat hiruk-pikuk saat mengangkat kayu gelondongan. Hal itu masih teringat jelas di benaknya.

”Tahun 1970-an dan 1980-an di sini semua rumah adalah lanting. Kondisi pantai (tepian sungai) juga masih dihiasi rerumputan dan pohon pisang. Namun, saat ini, kondisinya berubah. Semua lanting tidak ada dan kini dipenuhi oleh rumah panggung,” ucap Ariffin, yang setahun terakhir menyewa sebuah rumah lanting di dekat Jalan Pangeran, Kelurahan Pangeran, yang posisinya agak di tengah Kota Banjarmasin.

Ariffin menyewa rumah yang didirikan oleh Badan Keswadayaan Masyarakat setempat untuk berjualan soto banjar. Warung yang sengaja dibuat untuk mendukung wisata itu dibangun tahun 2000, lengkap dengan dermaga kecil di sisi kanan dan kelotok yang bisa disewa oleh wisatawan.

Budayawan Banjar, Syamsiar Seman, dalam bukunya berjudul Rumah-rumah Adat Banjar Bahari (Prasarana Hunian Langka), yang diterbitkan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, menuliskan, lanting merupakan salah satu dari 12 rumah adat yang ada di Banjar. Rumah jenis lain, antara lain bubungan tinggi, gajah baliku, palimasan, palimbangan, dan cagak burung.

Menurut Syamsiar, keberadaan rumah lanting tidak terlepas dari situasi zaman dulu ketika sungai memegang peranan penting dalam kehidupan orang Banjar. Rumah lanting awalnya dihuni oleh nelayan dan dalam perkembangannya digunakan sebagai media berdagang. Ciri bangunan rumah lanting tak berkembang, sederhana. (Defri Werdiono)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com