Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menguji Adrenalin di Deburan Ombak Pulau Merah...

Kompas.com - 17/07/2013, 11:48 WIB
BERSELANCAR di atas deburan ombak Pulau Merah di Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, benar-benar menguji adrenalin. Ombak bergulung-gulung hingga ketinggian dua meter di tengah batu karang dan perbukitan tambang emas Tumpang Pitu. Ombak pun menyapu hingga pantai.

Pulau Merah berada di pesisir selatan Jatim, sekitar 100 kilometer dari Kota Banyuwangi. Pulau itu bak madu sebab menyimpan emas sesungguhnya serta deburan ombak untuk menguji adrenalin. Pantai ini lebih dulu tersohor dengan keindahannya.

Dibandingkan dengan pantai lain di sekitarnya, Pulau Merah memang terlihat berbeda. Pasirnya putih kekuningan dengan bebatuan merah. Di tengah pantai menjulang sebuah pulau kecil tidak berpenghuni. Pulau kecil itu memiliki warna tanah kemerahan sama dengan batu-batu yang ditemukan di tepi pantai. Saat air laut surut, pulau tersebut akan menyatu dengan pantai.

Penduduk lokal biasa menyisir pantai, mencari kerang di sekitar pulau untuk dikonsumsi atau dijual kembali. Sehari-hari, kawasan ini hanya diisi dengan beberapa nelayan yang berperahu cadik atau penjaring ikan.

Berbeda dengan kawasan wisata lain yang sudah ramai dengan hiruk pikuk aktivitas manusia, Pulau Merah terkesan lebih tenang dan sepi. Letaknya sedikit tersembunyi. Jalan masuk menuju kawasan wisata ini melewati kompleks kantor eksplorasi emas Tumpang Pitu.

Di rumah warga

Untuk menjangkau kawasan ini diperlukan kendaraan pribadi atau kendaraan sewa. Angkutan umum hanya mencapai pusat Kecamatan Pesanggaran. Meski letaknya tersembunyi, peselancar tak lagi asing lagi dengan Pulau Merah. Pada bulan tertentu, seperti Mei, mereka berdatangan untuk menikmati gulungan ombak di pantai selatan itu. Peselancar juga rela menginap di rumah warga karena memang belum ada penginapan atau hotel.

Kompas/Agnes Swetta Pandia Pulau Merah di Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.
Ombak di kawasan ini mungkin tak setinggi Pantai Plengkung, Banyuwangi, yang legendaris. Namun, peselancar mula atau yang ingin sekadar santai berselancar sudah bisa menikmati gelombang pantai di Pulau Merah yang lebih aman dan nyaman. Apalagi, belum ada tempat berselancar seperti di Pulau Merah yang dikelilingi bukit dan batu karang.

Akhir Mei lalu, kompetisi selancar internasional pun digelar di pantai itu. Layaknya bersolek, pantai yang semula tenang dan sepi kini penuh turis. Fasilitas umum dibangun dan pantai bersih karena warga pasti mengambil sampah dan menjualnya kepada perusahaan. Jalan menuju kawasan ini yang semula rusak berat pun diperbaiki menjadi mulus dan lebar.

Rumah warga di kawasan pantai yang sebelumnya dikontrak oleh perusahaan eksplorasi emas diubah menjadi homestay bagi turis. Taksi pun didatangkan untuk mengangkut peserta selancar yang menginap di hotel, sekitar 10 kilometer dari lokasi. Pantai yang biasanya hanya diisi dengan beberapa perahu cadik diisi pula dengan deretan kursi jemur lengkap dengan pelayanan pijat kaki.

Aroma ikan bakar yang dimasak oleh koki, yang sebagian besar adalah warga lokal, menyebar di sekeliling pantai. Acara makan malam pun diadakan di pantai dengan iringan deburan ombak dan dihiasi yang gemerlap dengan lampu hias. Ramainya kawasan pantai membuat penduduk setempat ketiban rezeki musiman.

Sunaryah (50) yang sehari-hari berjualan ikan laut tak hanya menikmati larisnya penjualan ikan, tetapi juga bisa jadi koki ”dadakan”. Sepekan sebelum kompetisi selancar dimulai, ia sudah sibuk menjadi koki barbecue di tepi pantai.

Pemerintah Kabupaten Banyuwangi memang menggali potensi ”emas” kawasan ini dengan menjualnya sebagai kawasan wisata kelas internasional. Kompetisi selancar menurut rencana digelar setiap tahun untuk memopulerkan pantai itu sebagai destinasi wisata dunia.

”Kami mendatangkan tenaga trainer hotel untuk melatih warga lokal melayani wisatawan agar profesional. Dengan cara demikian, warga akan kecipratan rezeki,” kata Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas.

Saat kompetisi selancar usai, warga masih bisa melayani wisatawan yang datang berkunjung. Wisatawan peselancar memang datang musiman. Namun, wisatawan lokal diharapkan terus mengalir selama keindahan pantai Pulau Merah masih bisa dinikmati. Bersinergi dengan kawasan lain, seperti Taman Nasional Merubetiri yang terletak 10 kilometer dari pantai Pulau Merah, pantai itu akan menjadi tujuan ekowisata.

Emas terpendam

Bagi warga, Pulau Merah adalah keindahan. Namun, bagi peneliti geologi, Pulau Merah adalah harta yang terpendam. Warna merah bebatuan di pulau itu menandakan adanya kandungan mineral berharga, seperti emas, perak, krom, dan tembaga di dalamnya. Merah warna bebatuan itu bisa dilihat jelas di bagian tebing pulau yang terekspos karena longsor.

Kompas.com/ M. AGUS FAUZUL HAKIM Seorang pengunjung pantai Plengkung di Banyuwangi tengah mencari titik bidik lensa kameranya. Pada saat musim gelombang, pantai tersebut banyak dikunjungi para peselancar.
Dalam peta pertambangan emas, Pulau Merah masuk dalam zona kawasan yang mengandung emas, seurat dengan Bukit Tumpang Pitu yang kandungan emasnya diperkirakan mencapai 2 juta ounce. Saat memasuki jalan menuju pantai, Anda pun akan melewati kompleks kantor perusahaan pertambangan besar.

Saat ini, perusahaan pertambangan masih mengeksplorasi kawasan Tumpang Pitu. Namun, eksploitasi sudah dulu dilakukan oleh pertambangan rakyat sejak 2007. Menurut peneliti dari Universitas Tujuh Belas Agustus, Banyuwangi, Susintowati, aktivitas pertambangan yang dilakukan oleh petambang tradisional telah merusak lingkungan.

Pencemaran merkuri telah ditemukan di muara sungai Pantai Lampon yang terletak 10 kilometer dari timur pantai Pulau Merah. Merkuri yang terkandung di bekas limbah pemurnian emas mencapai 600 kali lebih tinggi dari standar toleransi alam yang hanya 0,01 ppm. Kerang dan siput di kawasan itu pun sudah terdeteksi menyerap merkuri. Namun, hingga kini belum ada upaya untuk mengatasi pencemaran itu, baik dari pemerintah daerah maupun pemerintah pusat.

Begitu dekatnya kawasan yang tercemar dengan Pantai Merah menjadikan kawasan itu rawan. Bisa jadi kelak ketika penambangan emas masif berjalan dan tanpa pengawasan yang ketat, ekowisata pantai Pulau Merah yang sudah dipromosikan tinggal nama. (Siwi Yunita C dan Agnes Swetta Pandia)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com