Salah satu kekhasan kain tenun ikat Ndao adalah motif tenun ikat Rote yang berubah-ubah secara dinamis. Suatu saat bisa bermotif binatang, seperti cecak, ayam, sapi, kerbau, atau bisa juga lontar. Namun, suatu saat bisa saja bermotif burung, panah, parang, dan tombak, atau alat musik sasando.
”Belakangan, turis asing juga meminta motif tertentu, sesuai dengan selera mereka sendiri,” kata Eni.
Keanekaragaman motif itulah yang mendorong sejumlah sekolah di Rote mengirim anak-anak sekolah menengah pertama dan menengah atas mengikuti keterampilan menenun dasar di Dusun Ndao. Rata-rata setiap sekolah mengutus 5-10 anak perempuan.
Sayangnya, para penenun di Dusun Ndao mengaku tak pernah mendapat bantuan sama sekali dari Pemerintah Kabupaten Rote Ndao. Tenunan mereka juga tak pernah dipromosikan. Warga pun berjuang sendiri menjual kain tenunan mereka ke Kupang.
”Kalau ada pameran 17 Agustusan di Rote dan di Kupang, kami ikut secara sukarela. Semua biaya ditanggung perajin tanpa dukungan dari pemerintah,” tuturnya.
Stef Duli (53), warga dusun Ndao, menambahkan, meski tak ikut menenun, kaum pria membantu memasarkannya ke Kabupaten Rote Ndao, Kota Kupang, dan Kabupaten Kupang. ”Istri dan tiga anak perempuan saya ada di Ndao untuk menenun. Kami yang akan menjual dan mempromosikan tenunan,” ujarnya. (KORNELIS KEWA AMA)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.