Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Naik "Bus Coaster", Ada Pula Pasar Bersih di Fremantle

Kompas.com - 23/07/2013, 07:35 WIB
TERLETAK di tepi barat Australia, Kota Perth mencerminkan kota yang makmur modern, tetapi bernuansa pedesaan. Perth juga merupakan kota yang memiliki sejarah yang kaya. Tiba di Perth, akhir Juni 2013, cuaca di kota ini sangat menyenangkan, pagi hari bisa lebih dingin, di bawah 17 derajat celsius.

Ketika inaugurasi di Konsul Jenderal RI di Perth usai, pemimpin tur dari Tourism Australia-Singapore, Prisca Hoo, mengajak kami melihat kawasan perbelanjaan pusat kota di Hay Street Mall dan Murray Street Mall. Saat itu pukul 20.30 waktu setempat.

”Ayo kita jalan saja, lokasinya hanya 45 menit jalan kaki dari Kantor Konsul Jenderal RI di Adelaide Terrace, East Perth,” kata Senjaya, wakil rombongan dari Garuda Indonesia, Jakarta.

Perth sebenarnya lebih cocok disebut pusat wisata untuk tetirah ke pedesaan. Tempat ini paling bagus bagi wisatawan yang menghindari hiruk-pikuk kehidupan kota besar yang melelahkan. Hal itu sangat jelas terasa di sepanjang jalan yang dilalui. Kehidupan malam di pusat kota Perth ramai, tetapi akan lengang pada siang hari.

Ada dua alasan wisatawan Asia mengunjungi Perth. Selain lokasinya tidak jauh, kota ini juga menawarkan suasana tenang. Karena dibangun di tepi Sungai Swan, banyak danau dan kolam besar di Perth yang dipertahankan hingga sekarang. Taman- taman dipercantik sebagai kawasan bagian tata ruang kota yang dilindungi sebagai wilayah tangkapan air dan habitat hewan liar laut.

Menteri Kesehatan Australia Kim Hames antusias menceritakan keunggulan lobster tangkapan dari Lautan Hindia. Sebagai dokter yang gemar memasak lobster, dia mempromosikan bahwa lobster bakar segar sungguh nikmat. Hal ini membuat penasaran sehingga wisatawan mengunjungi gubuk lobster (Lobster Shack) di kota nelayan, Carventas.

Biasanya paket tur budidaya lobster karang harus ditempuh 2,5 jam dari Perth. Ini sudah termasuk mengunjungi Perth Zoo (tempat binatang khas Australia seperti Koala dan Kanguru), wisata pacu andrenalin di Pinnacles Desert, dan wisata batu kapur di hamparan pasir sangat luas.

Tiba di gubuk lobster pukul 12.00, waktunya kami makan siang. Sebelumnya, wisatawan dapat menyaksikan proses penangkaran lobster melalui tayangan video, berisi informasi usaha budidaya lobster di ruang khusus. Dalam proses, seorang pekerja memperlihatkan lobster berukuran 1,9-3,0 kilogram kepada wisatawan.

Ketika santap siang dimulai, wisatawan disuguhi lobster. Pihak pengelola menyediakan pondok makan yang asri. Meski di tepi pantai, udara tidak terlalu panas. Di pondok itu tersedia menu makan siang lobster dan olahan ikan tuna. Setiap wisatawan dapat menikmati lobster, kentang, sayuran, dan saus manis.

Seusai menyantap lobster, wisatawan beralih ke destinasi kawasan puncak gurun (Pinnacles Desert). Tiba pukul 13.30, terik matahari cukup menyengat, tapi udara mengalir segar. Ini adalah wisata outback utama. Pinnacles terletak di Shire of Dandragan. Menurut Prisca Hoo, taman ini merupakan bagian dari Nambung Nationak Park.

Wisatawan menyaksikan gurun seluas 17.000 hektar. Sejauh mata memandang tampak ribuan pilar batu kapur alami menyembul begitu saja dari permukaan gurun. Ukuran batu bervariasi, dan pengunjung dilarang naik ke batu kapur.

Batu itu berukuran mulai dari 10 sentimeter hingga setinggi atap rumah. Sebagian batu itu bersisik tajam runcing, tapi banyak pula yang tumpul. Diperkirakan, sekitar 6.000 tahun lalu temuan arkeologi membuktikan kawasan ini pernah menjadi permukiman suku asli Australia, Aborigin. Wisatawan antusias berfoto di sela-sela tonjolan batu, seolah menemukan daratan fantasi.

Di Lancelin Dunes Park, Australia Barat, hamparan perbukitan pasir putih yang begitu indah memberikan pengalaman baru yang sama serunya dengan naik jet coaster, yakni bus coaster. Di sini wisatawan diajak berpetualang dengan bus berpenggerak roda empat (4WD).

Bus yang dirancang khusus itu membawa 35 wisatawan. Mula-mula wisatawan diajak menyusuri gurun pasir di sela-sela punggung bukit. Sejauh 5 kilometer ke tengah bukit, mendadak sopir berputar naik ke atas bukit. Tiba-tiba bus berada di tepi jurang pasir sedalam 5-7 meter. Diiringi perasaan ngeri, bus meluncur ke bawah melintasi jalan berpasir.

Spontan penumpang berteriak, takut bus terjungkal. Kejadian bus meluncur dari atas bukit bisa 4-5 kali. Inilah yang disebut bus coaster. Pasir menjadi wahana luncur yang asyik.

Sebagai bonusnya, wisatawan berkesempatan melakukan sandboarding dengan papan luncur polos tanpa pengaman. Area luncur berada di bukit dengan ketinggian 10 meter.

Pemandangan pantai Kota Perth, Australia
Perth, bagian dari Australia Barat, merupakan kota yang memiliki sejarah. Penjara Fremantle di Kota Fremantle misalnya. Penjara ini berubah menjadi obyek wisata, berikut museum di dalamnya. Di Fremantle, wisatawan dapat belajar sejarah Western Australia, seperti bisa melihat tiang cambuk, tiang gantung, sel soliter, kapel, dan kisah pelarian narapidana kala itu.

Di kompleks penjara juga ada toko suvenir yang menjual replika borgol, baju narapidana, dan boneka napi yang menaiki tembok. Menurut pemandu wisata Ryan Zaknich, penjara ini dibangun oleh terpidana tenaga kerja pada tahun 1850-an.

Kemudian, penjara ini ditransfer ke pemerintah kolonial pada 1886, dan tahun 1991 ditutup. Namun, penjara ini dibuka kembali sebagai situs bersejarah dan terdaftar sebagai Warisan Dunia UNESCO pada 2010.

Wisatawan juga disarankan mengunjungi Fremantle Market. Pasar ini menjual beragam buah, makanan khas, dan suvenir. Meski banyak menjual sayuran, pasar ini sangat bersih dan tidak bau. (WHO)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com