Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polonia Menyisakan Kenangan

Kompas.com - 25/07/2013, 13:02 WIB
JIKA biasanya para tamu Officer in Charge Bandara Polonia, Medan, dipersilakan duduk di sofa warna krem, Rabu (24/7/2013) sore sofa itu sudah tidak ada lagi. Airport Duty Manager Bandara Polonia, Prio Ambardi pun menemui tamu sambil berdiri.

”Sudah diangkut semua tadi (kemarin) siang,” kata Prio. Ruang Officer in Charge nyaris kosong. Yang tersisa hanya sebuah komputer, printer, satu meja, dan kursi untuk melayani perizinan keluar masuk bandara, serta pendingin ruangan yang masih menyala.

Semua televisi, papan pengumuman, meja kerja, dan televisi monitor diangkut ke Bandara Internasional Kualanamu. Yang tersisa tinggal bercak-bercak hitam bekas debu di lantai.

Kamis pukul 00.00, Bandara Internasional Polonia resmi ditutup. Bandara berkapasitas 900.000 penumpang yang sudah menampung tujuh juta penumpang itu dipindahkan ke Bandara Internasional Kualanamu di Deli Serdang, sekitar 32 kilometer dari Kota Medan.

”Ada rasa sedih juga meninggalkan tempat ini,” ujar G Hasibuan, Koordinator Keamanan Bandara Polonia. Apalagi, dia sudah bekerja di Polonia selama 32 tahun.

Banyak kecelakaan

Berada di tengah Kota Medan, Bandara Polonia tergolong makin sulit didarati, terutama karena perkembangan kota yang masif dan berada di dekat Gunung Sibayak. Bandara bahkan menyandang predikat blackstar karena menjadi penyebab tak langsung banyak kecelakaan pesawat di kawasan itu.

Kasus terakhir adalah jatuhnya Boeing 737-200 milik Mandala Airlines yang gagal lepas landas dan jatuh di permukiman pada 5 September 2005. Sebanyak 117 penumpang dan awak tewas, termasuk Gubernur Sumut (saat itu) Rizal Nurdin dan mantan Gubernur Sumut Raja Inal Siregar. Sebanyak 41 warga juga tewas tertimpa pesawat.

Mantan Humas PT Angkasa Pura II Bandara Polonia, Firdaus mengaku awalnya lokasi di Bandara Polonia adalah lapangan pacuan kuda yang dimiliki pengusaha asal Polandia, Baron Michalsky. Michlasky mendapat konsesi tanah untuk kebun tembakau di Sumatera Timur dari pemerintah kolonial Hindia Belanda pada 1872. Dia menamai lahan itu sebagai Polonia.

Pada 1879, tanah konsesi ini berpindah ke perusahaan perkebunan Deli Maatschappij. Deli Maatschappij kemudian menyediakan lahan untuk landasan saat ada kabar akan ada penerbangan pesawat Fokker ke Hindia Belanda oleh pionir penerbangan berkebangsaan Belanda, Van der Hoop. Van der Hoop mendaratkan Fokker ke lapangan itu pada 1924.

Baru pada 1928, lapangan terbang Polonia resmi dibuka untuk didarati pesawat milik Koninklijke Nederlandsch-Indische Luchtvaart Maatschappij, anak perusahaan Koninklijke Luchtvaart Maatschappij. Saat perang kemerdekaan, bandara dikuasai Belanda, Inggris, dan Jepang. Setelah Indonesia merdeka, bandara dikelola militer.

Penerbangan komersial dimulai pada 1975 saat kerja sama pengelolaan bandara oleh Departemen Pertahanan dan Keamanan, Departemen Keuangan, dan Departemen Perhubungan ditandatangani. Pada 1985-1994, bandara dikelola Perum Angkasa Pura I. Sejak 1994, bandara dikelola PT Angkasa Pura II hingga kemudian pindah ke Kualanamu.

Sejak Sabtu pekan lalu, boyongan dari Polonia ke Kualanamu secara bertahap sudah dilakukan. Kantor-kantor yang berada di kompleks bandara sudah mulai mengirim barang ke Kualanamu. Bahkan, kantor Angkasa Pura II pun bersih sejak Selasa. Kemarin, tinggal Paskhas TNI AU yang berjaga di dalamnya.

Mesin ATM yang biasanya berjumlah empat unit tinggal satu unit yang beroperasi. Ruang penjualan tiket di bandara sudah tak banyak isinya. Di gerai Garuda Indonesia, petugas sibuk mengipasi badan karena pendingin ruangan sudah dicabut sejak Rabu siang.

Belum sempurna

Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com