Manggarai Raya seluas 7.136,40 kilometer persegi adalah sebutan yang muncul belakangan setelah kawasannya mekar menjadi tiga kabupaten: Manggarai (induk), Manggarai Barat (2003), dan Manggarai Timur (2007). Adapun Pegunungan Ruteng merupakan barisan tujuh gunung. Satu di antaranya, Poco Mandosawu (2.400 meter), merupakan puncak tertinggi. Menyusul enam gunung lainnya, yakni Poco Ranaka (2.140), Poco Nembu (2.030), Poco Leda (1.990), Poco Nao (1.920), Golo Curunumbeng (1.800), dan Ranamese (1.790).
Aliran sungai yang berhulu atau bersumber dari Taman Wisata Alam (TWA) Ruteng, di antaranya Wae Pesi, Wae Garit, Wae Ces, Wae Teko, Wae Reno, Wae Wake, Wae Nunung, Wae Kokak, Wae Ri’i, dan Wae Waru. Semuanya mengalir ke arah utara wilayah Kabupaten Manggarai dan bermuara di Laut Flores.
Sungai yang mengalir ke selatan wilayah Manggarai Timur, di antaranya Wae Mese, Wae Mokel, Wae Wole, Wae Laku, Wae Bobo, Wae Reca, dan Wae Musur. Sungai-sungai itu semuanya bermuara di Laut Sawu.
Ada pula sejumlah aliran sungai yang alurnya menyentuh wilayah Manggarai Barat, seperti Wae Lolong dan Wae Rebo.
Sungai-sungai tersebut merupakan sumber air bagi sedikitnya 325 irigasi. Rinciannya, masing masing tiga irigasi teknis, yakni Wae Mantar, Wae Dingin, dan Wae Dangi. Lainnya, lima irigasi semiteknis dan 317 irigasi sederhana. Sumber airnya diandalkan menggenangi lebih kurang 18.515 hektar sawah di kawasan bagian hilirnya.
”Manggarai Raya sejak lama dikenal sebagai daerah penghasil beras di NTT. Beras itu dari ribuan hektar sawah yang membentang luas di daerah ini. Hampir keseluruhan lahan sawahnya mengandalkan air yang bersumber dari TWA Ruteng,” kata Yohanes Berchmans Fua, Kepala Seksi Konservasi Wilayah III Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) NTT di Ruteng, Mei lalu.
Keseluruhan kawasan TWA Ruteng memang terbentang dalam wilayah Kabupaten Manggarai Timur (24.235 ha) dan Manggarai (8.010,60 ha). Kawasan itu juga merupakan wilayah 72 desa, masing-masing 45 desa di Manggarai Timur dan 27 desa di Manggarai.
Meski demikian, Kepala BBKSDA NTT Wiratno menegaskan, tidak ada salahnya menyebut kawasan TWA Ruteng sebagai nadi kehidupan Manggarai Raya. ”Kawasan TWA itu memang di Manggarai Timur dan dan Manggarai. Namun, ada sejumlah sungai di Manggarai Barat yang bersumber dari TWA Ruteng. Sebagian terbesar wilayah TWA itu merupakan bentangan kawasan hutan penangkap awan hujan untuk Pulau Flores, terutama Manggarai Raya,” ujar Wiratno di Kupang, pertengahan Mei lalu.
Hutan hujan di NTT
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.