Saat dalam penerbangan dengan pesawat Boeing 778 milik All Nippon Airways dari Bandara Haneda, Tokyo, menuju Sapporo (Hokkaido), Senin (13/5/2013), dari udara tampak bukit dan gunung yang terbentang di Hokkaido masih diselimuti salju. Pramugari maskapai itu juga tidak lupa mengabarkan bahwa suhu udara di Sapporo sekitar 7 derajat celsius. Padahal, suhu udara Tokyo 14 derajat celsius.
Begitu turun dari pesawat, kami langsung disambut sejumlah pejabat dan pengelola Badan Pariwisata Jepang wilayah Hokkaido. Mereka sangat antusias menyambut tujuh wartawan dari Indonesia, termasuk Kompas.
”Selamat datang di Hokkaido. Saat ini suhu udara masih dingin, bahkan di beberapa tempat masih ada salju. Peristiwa seperti ini sangat jarang terjadi di sini. Semoga kalian menikmati suasana ini,” kata Yasuda Toshiyuki, Direktur Divisi Pariwisata Internasional Badan Pariwisata Jepang wilayah Hokkaido.
Masyarakat Jepang mengenal empat musim. Musim dingin terjadi selama Desember hingga Februari, dilanjutkan musim semi pada Maret hingga Mei. Setelah itu musim panas selama Juni hingga Agustus, dan musim gugur pada September sampai November.
Namun, terdapat perbedaan iklim yang mencolok antara wilayah utara dan selatan. Pada musim dingin, misalnya, tidak semua wilayah Jepang diselimuti salju. Kepulauan Ryuku yang terletak paling selatan beriklim subtropis dengan suhu hangat selama musim dingin.
Sebaliknya, di Hokkaido, selama Desember hingga Februari suhu udara bisa mencapai minus 10 derajat celsius. Saat itu, setiap orang yang berkunjung ke sana harus menyiapkan diri untuk menghadapi suhu ekstrem.
Fenomena dan kondisi alamnya berbukit-bukit dan terdapat banyak danau. Itu membuat pulau tersebut memiliki daya tarik nan sensasional. Wajar saja jika masyarakat Jepang dan Asia menjadikan Pulau Hokkaido sebagai salah satu destinasi favorit untuk berlibur.
Di awal Februari selalu digelar Festival Salju di Sapporo, ibu kota Perfektur Hokkaido. Dalam festival musim dingin terbesar di Jepang itu ditampilkan aneka kegiatan yang terkait dengan salju. Festival ini mampu menyedot lebih kurang 2 juta wisatawan domestik dan asing. ”Festival Salju dilakukan sejak tahun 1950, dan setiap tahun terus dibenahi kekurangannya sehingga sekarang menjadi yang terbesar di Jepang,” kata Yasuda.
Suku Ainu
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.