Pagi hari di Jalan Ikik Wiradikarta. Kerumunan orang dan deretan kendaraan bermotor sudah terlihat di ruas jalan yang oleh warga setempat disebut Kalektoran. Ruas jalan yang relatif pendek ini dipenuhi beragam warung makanan.
Nah, jika ada antrean yang sampai terlihat keluar dari batas pagar, tak salah lagi, itu pasti warung tutug oncom milik Bu Tini (57). Tengoklah kesibukannya. Dari balik kaca gerobak yang sederhana, tangan Tini terus bergerak tanpa henti. Menciduk nasi panas ke dalam piring, menaburkan remah oncom berwarna kecoklatan, mengaduk-aduknya, kemudian menambahkan sambal di pinggir piring. Begitu seterusnya, selama berjam-jam.
”Saya baru berhenti kalau persediaan nasi dan oncom habis. Biasanya jam sebelasan sudah habis,” kata Tini yang mulai membuka warungnya sekitar pukul 07.00, saatnya orang sarapan.
Sesekali ia berjongkok, mengambil sesuatu dari bawah meja yang ditutupi kain. Rupanya ia selalu menyimpan persediaan oncom di situ. Lalu sedikit demi sedikit memindahkannya ke stoples yang diletakkan di dalam gerobak. Tini punya alasan untuk tidak menyajikan oncom sekaligus. ”Takut oncomnya diborong orang. Nanti kasian yang makan di sini enggak kebagian,” katanya.
Apa kehebatan tutug oncom Bu Tini? Ketika nasi panas yang dilebur dengan remah oncom itu disuapkan ke mulut, rasa menyengat kencur bercampur dengan kehangatan nasi. Ditambah cocolan sambal goang khas Tasikmalaya, serangan ”panas” itu akan beradu di lidah. Goang merupakan racikan cabai merah, cabai rawit, tomat, dan bawang. Paduannya mengalirkan rasa segar pedas. Tak heran bila mulut mendesiskan bunyi hah-hah-hah....
Untuk menetralisir, ambil lauk pendamping, yaitu goreng ikan asin bolocot. Rasa asin menyergap cepat, meredam rasa panas. Apalagi bila disusul dengan irisan timun segar atau sejumput leunca. Yang muncul kemudian adalah rasa lapar yang makin menjadi. Tanpa sadar, serokan nasi tutug bertambah lagi, bertambah lagi, ke atas piring....
Biasanya, selain bolocot juga disediakan gorengan bakwan, tempe, tahu, telor ceplok, dan kerupuk sebagai lauk pendamping. Tapi, tak ada yang sesedap bolocot. Tak salah bila ikan asin ini dijuluki ”istri tutug oncom”. Keduanya tak bisa dipisahkan.
”Biar enak, semua harus disajikan segar. Ya nasi, oncom, gorengan. Harus dadakan. Porsinya juga harus pas, jangan kebanyakan,” kata Tini yang sudah berjualan TO selama lebih dari 20 tahun.
Warung TO memang bukan hanya milik Tini. Di Tasikmalaya, warung serupa bertebaran di pelosok kota. ”Tapi bukannya mau sombong, mereka yang pernah makan di sini, biarpun sudah nyoba ke tempat lain, pasti balik lagi kesini,” kata Mang Tarya (67), suami Tini.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.