Sayangnya, deretan pantai pasir putih sepanjang hampir 5 kilometer itu tidak dilengkapi kamar kecil dan air bersih. Akses menuju pantai sepanjang 4 kilometer dari ruas jalan utama, jalur Ile Boleng-Tobilota (40 kilometer), itu pun dibangun secara swadaya oleh masyarakat Desa Bedalewun.
Gotong royong
Ketika Kompas mengunjungi pantai itu tampak sekitar 100 warga Dusun I, Desa Bedalewun, Kecamatan Ile Boleng, Flores Timur, sedang bergotong royong membangun jalan itu. Kaum wanita mencari batu di tepi jalan, lalu menimbun di badan jalan, sementara kaum pria mencampur semen, pasir, dan batu kerikil lalu mengecor jalan itu.
Menurut Karolus, jalan sepanjang 4 kilometer ini dikerjakan secara swadaya oleh tiga dusun. Dusun I mengerjakan setiap hari Kamis, Dusun II hari Jumat, dan Dusun III setiap hari Sabtu. Masing-masing dusun beranggotakan 100-120 warga. Setiap dusun mengerjakan jalan 100 meter per pekan.
Mereka membawa bekal sendiri dari rumah. Bekal berupa pisang, ubi rebus, nasi, ikan, dan daging ayam itu digabungkan untuk dimakan bersama-sama.
”Pantai wisata ini menjadi aset Desa Bedalewun. Karena itu, kami bertanggung jawab, termasuk keamanan dan keindahan pantai. Orang yang mabuk miras, kami keluarkan dari lokasi pantai karena bakal merusak semua fasilitas pantai yang ada,” kata Karolus.
Setiap akhir (tutup) tahun grup musik Fajar Band dari Adonara menggelar konser di pantai itu, diikuti sekitar 2.000 pengunjung. Saat itu, pendapatan dari hasil kunjungan (penjualan karcis) Rp 2 juta. Karcis dikeluarkan desa dan dimanfaatkan untuk kepentingan desa.
Uang hasil kunjungan wisatawan lokal digunakan untuk belanja semen guna pembangunan ruas jalan itu. Mereka masih butuh dana sekitar Rp 20 juta untuk membeli semen dan pasir untuk mengecor 2 kilometer jalan.
Pembangunan jalan itu ditargetkan selesai akhir tahun ini. Setelah itu, mereka akan merehabilitasi pondok-pondok di bibir pantai yang sudah mulai rusak diterpa angin kencang dari laut.
”Pekerjaan masih banyak. Setelah pondok, kami akan bangun sarana MCK (mandi, cuci, kakus). Selama ini, pengunjung selalu kesulitan MCK. Karena setelah mandi di laut, orang butuh air tawar untuk membersihkan badan dari air asin dan kebutuhan toilet. Setelah itu dibangun pos jaga dan rumah penginapan sederhana berbahan bangunan lokal,” kata Karolus.
Ny Tien Lakan, warga Dusun I, Desa Bedalewun, yang ikut dalam kegiatan itu, mengatakan, Pantai Nerewatutena sangat menarik minat wisatawan lokal. Hampir setiap hari selalu ada pengunjung.
Terkadang pengunjung bermalam di pantai itu. Mereka ingin mencari kedamaian dan ketenangan. Namun, fasilitas pendukung, seperti penginapan dan sarana MCK, belum ada.
Turis asing belum pernah mengunjungi pantai itu karena promosi kurang, bahkan tidak ada. Turis asing bisa menginap di sejumlah penginapan di Waiwerang, kota Kecamatan Adonara Timur, sekitar 7 kilometer dari Pantai Watutena.
Ia menegaskan, kawasan pantai itu aman. Kekacauan dan perang yang terjadi akibat perebutan batas tanah desa jauh dari pantai itu. (Kornelis Kewa Ama)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.