Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pesona di Balik Lorong Tua Laweyan

Kompas.com - 14/08/2013, 11:59 WIB

Ndalem Tjokrosoemartan dan Roemahku merupakan jejak masa keemasan batik Laweyan sejak era awal 1900-an hingga 1960-an. Dua rumah itu adalah tipikal rumah saudagar Laweyan. Rumah menggunakan konsep rumah jawa. Ada pembagian ruang berupa pendopo atau ruang depan dan ndalem atau ruang keluarga di bagian tengah.

Di antara pendopo dan ndalem itu ada pringgitan yang biasa digunakan menggelar ringgit atau wayang kulit. Di belakang ndalem terdapat tiga senthong atau kamar, yaitu pada bagian tengen atau kanan, tengah, serta kiwo (kiri). Akan tetapi, ada modifikasi di bagian eksterior dengan mengadopsi gaya art deco. Silang pengaruh itu memunculkan kesan sebagai rumah jawa yang ”mewah”.

”Ketika batik sedang booming, pengusaha batik Laweyan penghasilannya besar sekali. Mereka membangun rumah jawa, tapi modelnya dipengaruhi arsitektur Eropa, China,” kata Purnomo.

”Dari luar terlihat sederhana, tetapi sangat mewah di dalam. Dulu kebanggaan tuan rumah itu tecermin pada bentuk fisik rumah. Lantai rumah Laweyan bahkan seperti karpet Timur Tengah yang permanen,” kata Alpha Fabela Priyatmono, dosen Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Muhammadiyah Surakarta yang juga Ketua Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan.

Romantik dan turistik

Laweyan berubah sejak dicanangkan sebagai Kampoeng Batik Laweyan tahun 2004. Ia kini tampak cantik dan turistik, maksudnya terbuka menerima kunjungan pelancong. Bagi orang tertentu, ia terkesan eksotik dan romantik. Suatu hal yang tak terbayangkan di masa jaya Laweyan yang dulu tertutup.

”Sebelum 2004, rumah juragan batik tertutup semua. Batik tidak dijual di rumah dan hanya diproduksi untuk pesanan,” kata Alpha.

Pada era awal 1900-an, di Laweyan terdapat tak kurang dari 200-an pengusaha batik. Sejak akhir 1960-an, denyut industri batik Laweyan menyurut. Dan pada tahun 2004, hanya tersisa 18 pembuat batik. Ada semacam revivalisme setelah Kampoeng Batik Laweyan dibuka, yaitu dengan bangkitnya sekitar 50 usaha batik. Menyusuri Jalan Sidomukti saja bisa ditemukan sekitar 25 gerai batik.

Rumah-rumah pedagang batik Laweyan kini menjadi terbuka: sesuatu yang tak terbayangkan sebelumnya karena rumah di Laweyan dulu tertutup bagi orang yang tak berkepentingan. Kini, tamu bahkan bisa masuk sampai ke senthong-nya. Tentu saja, fungsinya sudah berbeda.

Di Batik Mahkota Laweyan, atau di Batik Putra Laweyan, misalnya, ndalem dan senthong itu digunakan untuk memajang batik. ”Suasana heritage-nya terasa. Enggak kayak masuk ke toko atau galeri batik,” kata Diana (50), warga Jakarta, tentang gerai batik Laweyan.

Di Batik Mahkota Laweyan milik keluarga Alpha Febela Priyatmono, wisatawan bisa belajar membuat batik tulis dengan bahan pewarna alam. Bukan hanya batik, sejumlah jejak sejarah kini disuguhkan di Laweyan dengan pendekatan turistik.

Sebuah bungker, lubang bawah tanah, misalnya, menjadi daya tarik wisata. Bungker terletak di rumah yang konon merupakan rumah peninggalan abdi dalem Kerajaan Pajang, Hangabehi Kertayuda. Dulunya, konon pula, bungker itu terhubung dengan bungker lainnya di Laweyan. Ada pula makanan berupa ledre intip, sampai apem yang kini dijajakan sebagai kuliner Laweyan. Bisa juga dibawa sebagai oleh-oleh.

KOMPAS/WAWAN H PRABOWO Gunanto menjelaskan keberadaan bunker yang ada di Kampung Laweyan, Solo, Jawa Tengah, Kamis (4/7/2013). Bunker tersebut pada masa penjajahan sering digunakan oleh para pejuang untuk tempat perlindungan.
Namun, masih ada oleh-oleh lain, yaitu semangat para mbok mase, ibu-ibu rumah tangga yang memegang peran penting dalam usaha batik Laweyan. Sejarawan Soedarmono dari Univesrsitas Sebelas Maret (UNS), Solo, dalam tesis pascasarjananya (1987) menyebut para mbok mase sebagai perempuan yang ulet dan ubet, alias rajin tekun, tabah, tangguh, dan cekatan bekerja.

Mereka disebut sebagai orang-orang dengan ”Rasa percaya diri, hemat, tidak tertarik pada gaya hidup foya-foya, dan tidak gila hormat...”, tulis Soedarmono. (Mawar Kusuma & Frans Sartono)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Panduan Lengkap ke Desa Wisata Koto Kaciak, Simak Sebelum Datang

Panduan Lengkap ke Desa Wisata Koto Kaciak, Simak Sebelum Datang

Travel Tips
Traveloka Resmikan Wahana Baru di Kidzania Jakarta, Ada Diskon 25 Persen

Traveloka Resmikan Wahana Baru di Kidzania Jakarta, Ada Diskon 25 Persen

Travel Update
Barcelona Hapus Rute Bus dari Google Maps, Ini Alasannya

Barcelona Hapus Rute Bus dari Google Maps, Ini Alasannya

Travel Update
4 Tips Berkunjung ke Desa Wisata Koto Kaciak, Datang Pagi Hari

4 Tips Berkunjung ke Desa Wisata Koto Kaciak, Datang Pagi Hari

Travel Tips
Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

Cara Menuju ke Desa Wisata Lerep Kabupaten Semarang

Jalan Jalan
4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

4 Oleh-Oleh Desa Wisata Koto Kaciak, Ada Rinuak dan Celana Gadebong

Travel Tips
Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Istana Gyeongbokgung di Korea Akan Buka Tur Malam Hari mulai Mei 2024

Travel Update
Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Desa Wisata Lerep, Tawarkan Paket Wisata Alam Mulai dari Rp 60.000

Jalan Jalan
Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Itinerary Seharian Sekitar Museum Mpu Tantular Sidoarjo, Ngapain Saja?

Jalan Jalan
 7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

7 Olahraga Tradisional Unik Indonesia, Ada Bentengan

Jalan Jalan
5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

5 Tips Liburan dengan Anak-anak Menggunakan Kereta Api Jarak Jauh

Travel Tips
Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Mengenal Desa Wisata Koto Kaciak, Surga Budaya di Kaki Bukit Barisan

Jalan Jalan
Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Aktivitas Wisata di Bromo Ditutup mulai 25 April 2024, Ini Alasannya

Travel Update
Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Bali Jadi Tuan Rumah Acara UN Tourism tentang Pemberdayaan Perempuan

Travel Update
Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Hari Kartini, Pelita Air Luncurkan Penerbangan dengan Pilot dan Awak Kabin Perempuan

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com