Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sorak-sorai Perjuangan di Jalan-jalan Jakarta

Kompas.com - 17/08/2013, 13:49 WIB
Tri Wahyuni

Penulis

KOMPAS.com — Saat matahari sedang tinggi dan memancar begitu cerah, pelataran Museum Joang 45 terlihat ramai oleh orang-orang dengan nuansa pakaian merah putih, Jumat (16/8/2013). Hari itu adalah tepat sehari sebelum Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-68 Kemerdekaan Republik Indonesia. Saya dan mereka akan merayakannya.

Museum Joang 45 mengadakan acara napak tilas untuk memperingati HUT Republik Indonesia. Acara tersebut merupakan sebuah perjalanan menyusuri sejarah proklamasi dengan cara mendatangi tempat-tempat yang berkaitan dengan peristiwa menjelang kemerdekaan hingga detik-detik kemerdekaan tiba. Perjalanan dimulai dari Museum Joang 45, kemudian ke Museum Perumusan Naskah Proklamasi dan berakhir di Monumen Proklamator.

Sambil menunggu acara dimulai, saya berjalan-jalan menikmati suasana sekitar Museum Joang 45. Walaupun cuaca panas sekali, di pelataran museum, terasa sejuk karena adanya pohon-pohon yang rindang. Semilir angin terasa ibarat penawar teriknya matahari siang itu. Tak heran jika titik konsentrasi massa berada di kawasan teduh itu.

Sudah sekitar ratusan orang berkumpul di sekeliling museum. Mereka berasal dari pelajar, berbagai komunitas, pahlawan veteran, dan masyarakat biasa. Sambil menunggu jalannya acara, berbagai kegiatan mereka lakukan. Ada yang latihan baris-berbaris, menyantap nasi kotak, berbincang dengan teman, sampai jalan-jalan menyusuri museum.

Di dalam Museum Joang 45, Anda bisa menemukan hal-hal yang berhubungan dengan masa perjuangan melawan penjajah dulu. Ada foto, lukisan, poster, diorama, memorabilia, patung tokoh pejuang, film perjuangan dokumenter, dan yang paling banyak menyita perhatian pengunjung adalah mobil dinas kepresidenan yang masih terpampang gagah dan apik di museum. Mobil tersebut seolah menjadi primadona, sampai banyak orang ingin berfoto dengannya.

Semakin siang, semakin ramai. Waktu sudah menunjukkan pukul 2 siang ketika panitia mengumumkan bahwa acara akan segera dimulai. Rupanya sebelum acara dimulai ada panggung hiburan di teras museum. Lagu-lagu perjuangan pun dilantunkan untuk menambah kental suasana kemerdekaan.

KOMPAS.COM/TRI WAHYUNI Mobil dinas kepresidenan yang merupakan koleksi Museum Joang 45, ikut turun ke jalan untuk memeriahkan pawai, Jumat (16/8/2013).
Sementara para peserta napak tilas mengatur barisan di depan museum. Barisan yang terdiri dari paskibra, marching band, pramuka, beberapa komunitas, dan rombongan pelajar dari beberapa sekolah ini akan menyusuri rute sepanjang kurang lebih 5 kilometer.

Nuansa berbeda

Napak tilas Proklamasi 2013 merupakan napak tilas ke-30 yang diselenggarakan oleh Museum Joang 45. Biasanya napak tilas dilakukan secara sederhana. Walaupun banyak peserta yang ikut, napak tilas hanya berupa pawai berjalan dengan rute yang telah ditentukan.

Tahun ini, ada sesuatu yang menyegarkan. Museum Joang dibantu oleh Asep Kambali menerapkan konsep baru dengan adanya lomba yel-yel perjuangan oleh pelajar. Hasilnya tidak diragukan lagi. Napak tilas pun terasa lebih semarak dan bergelora.

"Semangat kami tak pernah mati untuk ikut proklamasi!" Begitu teriak salah satu kelompok pelajar peserta napak tilas. Semangat mereka mengiringi langkah demi langkah napak tilas kali ini. Rasa letih pun tidak begitu berarti mendengar yel-yel yang mereka teriakkan. Mereka memang harus semangat meneriakkan yel-yel kreatif mereka karena di akhir acara akan ada penghargaan dan hadiah untuk kelompok terbaik.

Museum Naskah Proklamasi

Begitu sampai di depan Museum Naskah Proklamasi, nuansa yang sama terlihat di depan mata. Serba merah. Ternyata di pelataran museum itu telah menunggu rombongan pelajar lain untuk bergabung bersama rombongan kami menuju tempat perkumpulan terakhir, Tugu Proklamasi.

Saya menyempatkan diri untuk menyusuri sudut museum sebelum rombongan kembali beranjak. Museum Naskah Proklamasi dulunya merupakan rumah Laksamana Maeda yang digunakan untuk persiapan kemerdekaan.

KOMPAS.COM/TRI WAHYUNI Meutia Hatta dan Andoko ketika menyampaikan pesan di depan peserta napak tilas dan masyarakat di Tugu Proklamasi, Jakarta, Jumat (16/8/2013).
Rumah megah berlantai dua itu memiliki tempat-tempat bersejarah tentang persiapan kemerdekaan, mulai dari ruang pertemuan Soekarno dengan Laksamana Maeda, ruang perancangan naskah proklamasi, ruang pengetikan, tempat penandatanganan naskah yang ternyata dilakukan di atas piano besar, sampai pada ruang tempat naskah tersebut disahkan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com