Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mendongkrak Tour de Singkarak

Kompas.com - 20/08/2013, 08:31 WIB
LIMA tahun sejak penyelenggaraan pertama Tour de Singkarak, ajang balap sepeda ini berada di persimpangan jalan. Muncul pemikiran untuk menaikkan kelas lomba ini dari kelas 2.2 menjadi 2.1.

Dampak yang diharapkan berupa naiknya kunjungan wisatawan karena kenaikan kelas diprediksi mampu mengundang partisipasi para pebalap sepeda kelas dunia. Dengan begitu, media pun diyakini bakal lebih tertarik untuk meliput, mengingat televisi-televisi internasional hanya tertarik menyiarkan balapan sepeda kelas 2.1 ke atas.

Itu berarti promosi lebih luas bagi lomba ini, termasuk pariwisata Sumatera Barat dan Indonesia pada umumnya. Nama Tour de Singkarak (TdS) yang lebih terekspose diharapkan mampu memancing kedatangan wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.

Namun, di sisi lain, peningkatan kelas berarti tidak memungkinkan pebalap regional berpartisipasi dan lebih sedikit pebalap nasional karena lomba ini harus mengakomodasi lebih banyak tim profesional dan tim kontinental. Dengan begitu, pebalap di Tanah Air akan lebih banyak menjadi penonton bagi lomba yang diselenggarakan di negeri sendiri.

Meski begitu, dari kacamata positif, dalam jangka panjang bolehlah berharap para pebalap sepeda dalam negeri akan tersuntik semangatnya untuk meningkatkan prestasi agar mampu berpartisipasi dalam lomba ini.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif adalah pihak yang paling bersemangat mendorong kenaikan kelas Tour de Singkarak. Apalagi mendengar informasi dari Amaury Sport Organisation (ASO) yang selama ini menjadi konsultan mereka bahwa Tour de Singkarak memiliki potensi besar. Penonton di sepanjang jalan yang menjadi rute tur sepeda yang baru berusia lima tahun ini, menurut perhitungan ASO, sudah mencapai satu juta orang.

WARTA KOTA / ANGGA BHAGYA NUGRAHA Pebalap sepeda Tour de Singkarak 2013 melintasi tanjakan sesaat setelah start di Padang Pariaman, Padang, Sumatera Barat, Minggu (9/6/2013). Etape 7 yang merupakan etape terakhir Tour de Singkarak dengan rute Padang Pariaman - Kota Padang menempuk jarak 143,5 km.
Pencapaian itu langsung menempatkan TdS sebagai lomba paling banyak ditonton keempat di bawah Tour de France, Vuelta Espaa, dan Giro d’Italia. Tour de France dengan 12 juta-15 juta penonton di sepanjang rute yang dilewati menjadi lomba balap sepeda paling terkenal di dunia sejak dirintis 110 tahun lalu.

ASO adalah pemilik dan penyelenggara lomba balap sepeda Tour de France yang tahun ini mencapai edisi ke-100.

”Tour de Singkarak adalah aset yang cukup baik, terutama dari potensi penonton. Pebalap sepeda senang melihat kerumunan penonton. Mereka merasa termotivasi dan itu membuat mereka ingin kembali,” kata Project Manager ASO Business Development, Robin Cassuto di kantor ASO di Paris, Perancis, beberapa waktu lalu.

Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sapta Nirwandar mengatakan, Indonesia baru tahap memulai pengembangan sport tourism (pariwisata olahraga). Pariwisata ini dapat dimanfaatkan sebagai jembatan bagi pariwisata alam dan budaya yang selama ini menjadi daya tarik tradisional pariwisata Indonesia.

TdS mendapat dorongan besar, mengingat potensi penonton yang luar biasa. Sapta mencontohkan sepak bola yang menjadi olahraga paling populer di Indonesia. Namun, sebenarnya dari segi penonton langsung terbatas mengikuti kapasitas stadion. Berbeda dengan balap sepeda yang mampu mendatangkan crowd atau kerumunan penonton yang ”tidak terbatas” karena lintasan etape bisa mencapai ribuan kilometer.

Jumlah penonton yang besar berarti daya tarik bagi sponsor dan pemasang iklan. Sejauh ini, menurut Sapta, sudah ada beberapa sponsor besar yang bergabung meski baru mampu mencakup 30 persen biaya penyelenggaraan. Namun, tujuan terpenting adalah pengembalian investasi dalam bentuk kunjungan wisatawan dan efek berganda terhadap ekonomi masyarakat lokal.

KOMPAS IMAGES / KRISTIANTO PURNOMO Perempuan menggunakan pakaian adat Sumatera Barat saat penyambutan tamu di garis finish etape tiga Tour de Singkarak 2013 di Istano Basa Pagaruyung, Nagari Pagaruyung, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, Selasa (4/6/2013).
”Untuk peningkatan kelas rasanya baru bisa terwujud pada 2015. Kami sudah berkoordinasi dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga serta ISSI (Ikatan Sport Sepeda Indonesia). Sejauh ini mereka cenderung pada keinginan yang sama untuk peningkatan grade ke 2.1,” kata Sapta saat kunjungannya ke Perancis bersama rombongan dari Indonesia.

Rombongan berada di Perancis pada 17-23 Juli lalu untuk mengalami dan melihat langsung penyelenggaraan TdF. Seeing is believing. Menurut Sapta, melihat langsung diharapkan menjadi sarana pembelajaran efektif.

Rombongan dari Indonesia selain dari Kementerian Pariwisata Ekonomi dan Kreatif, juga Wakil Gubernur Sumatera Barat Muslim Kasim dan empat bupati yang wilayahnya dilewati rute TdS, yakni Bupati Dharmasraya Adi Gunawan, Bupati Padang Pariaman Ali Mukhni, Bupati Solok Selatan Muzni Zakaria, dan Wali Kota Padang Panjang Suir Syam. Ikut juga Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Barat Burhasman, perwira Kepolisian Daerah Sumatera Barat, serta dua wartawan.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com