Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sawah di Toraja Pun Sungguh Menawan

Kompas.com - 20/08/2013, 13:38 WIB

Pariwisata Toraja pernah menikmati masa kejayaan pada tahun 1996 dengan angka kunjungan 385.000 wisatawan. Angka kunjungan turis domestik dan asing terus merosot sejak krisis ekonomi melanda negeri ini, dan disusul peristiwa Bom Bali 2002 dan 2005. Turis kini paling banyak masuk ke Toraja sekitar 30.000 orang per tahun.

Padahal, dari sektor penginapan, Toraja sudah memiliki hotel berbintang dan wisma dengan 243 kamar. Pada bulan-bulan tertentu, seperti Juni-September dan Desember, seluruh penginapan tidak mampu menampung tamu. Pada waktu itu, perantau asal Toraja juga berbondong-bondong pulang kampung untuk menggelar upacara Rambu Solo dan Rambu Tuka atau Rampanan Kapa, yakni pesta pernikahan adat Tana Toraja.

Apalagi, di pengujung tahun ada Lovely Desember. Pelancong yang datang ke daerah penghasil kopi ini luar biasa banyak karena berbagai kesenian daerah dipertontonkan.

Tidak hanya kegiatan seni dan budaya, pelaku usaha lokal pun memanfaatkan masa itu untuk promosi hasil kreativitas mereka, seperti kain tenun dan makanan khas Toraja.

Menurut Jonathan L Parapak, putra kelahiran Toraja, hampir 10 tahun terakhir pariwisata di Toraja benar-benar stagnan, padahal sektor ini bisa mengungkit ekonomi rakyat. ”Justru perlu digelar beberapa kegiatan seni dan budaya di desa atau kecamatan untuk mendongkrak angka wisatawan ke Toraja,” katanya.

Salah satu kegiatan itu yakni penyelenggaraan 100 Tahun Injil Masuk Toraja, di samping beberapa festival budaya atau musik skala internasional.

Hal serupa diungkapkan komposer dan etnomusikolog Frangki Raden yang saat itu berada di Toraja dan tengah merancang sebuah pergelaran musik skala internasional yang digelar bumi perkemahan Getengan di Toraja. ”Sedang dilakukan survei soal tempat, waktu yang tepat. Sebab, begitu Toraja Internasional Festival digelar, pergelaran ini harus rutin diadakan setiap tahun,” katanya.

Festival tersebut akan mengundang komponis terkenal, baik lokal maupun asing, dan melibatkan penduduk setempat. ”Terlalu banyak seni tari dan musik di Toraja yang nyaris punah. Jadi perlu dibangkitkan lagi sekaligus mempromosikan pariwisata Toraja yang kaya dan indah ini,” ujar Franki. Ia juga mengatakan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif berharap festival tersebut dapat terealisasi pada tahun 2013.

Memang, menjual alam saja tidak cukup untuk menarik pelancong. Paling tidak, jalan rusak diperbaiki, serta penginapan dan tempat makan dibenahi.

Berbagai ritual di Toraja ditambah panorama alam yang luar biasa bagus dan sangat alami dapat mendongkrak angka kunjungan turis.

Paling tidak, dengan kondisi jalan mulus meski sempit, lama tinggal pelancong dari sejumlah negara tidak cuma tiga hari, tetapi bisa sepekan. Betapa kurang puas jika ke Toraja hanya sekejap karena panorama alamnya benar-benar membuai untuk tinggal berlama-lama di daerah penghasil kopi paling enak itu. (Agnes Swetta Pandia)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com