Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berpetualang di Kota Tua ala Zaman Belanda

Kompas.com - 09/09/2013, 15:42 WIB
Tri Wahyuni

Penulis

Menuju Toko Merah

Setelah mengunjungi Museum Wayang, kami diberi petunjuk untuk mengunjungi Toko Merah dengan menggunakan sepeda onthel. Kami pun bergegas menggayuh sepeda pergi ke Toko Merah yang berada di tepi Kali Besar. Untungnya awan mendung masih setia memayungi Jakarta sehingga terhindar dari terik matahari yang menyengat. Tapi, tetap saja udara masih terasa panas.

Sesampainya di Toko Merah, kami ternyata harus makan siang. Ternyata, pihak penyelenggara memasukkan makan siang ke dalam runtutan permainan. Sungguh di luar perkiraan. Kami bisa bersenang-senang, belajar, dan tentunya perut kenyang.

Dulu, Toko Merah pernah menjadi tempat tinggal beberapa Gubernur Jenderal VOC, kemudian beralih fungsi menjadi hotel. Tahun 1850-an seorang Kapiten Cina, Oey Liauw Kong membeli bangunan ini. ia mengecat eksterior dan interior bangunan dengan warna merah, menjadikannya rumah tinggal dan toko. Sejak saat itu bangunan ini terkenal dengan nama toko merah.

Akhir Plesiran Tempo Doeloe

Selesai makan di Toko Merah kami harus kembali ke kawasan Kota Tua. Setelah menerima petunjuk terakhir Museum Seni dan Keramik, kami harus menuju tempat terakhir sebagai titik berakhirnya permainan ini. Museum Seni adan Keramik menempati gedung bekas Raad van Justitie (Dewan Pengadilan).

Garis Finish pun berakhir di Café Batavia. Bangunan berlantai dua dengan banyak jendela besar itu dulunya merupakan gudang perusahaan perdagangan. Kini bangunan tersebut dijadikan kafe.

Saya beruntung mengikuti wisata kali ini. melalui Plesiran Tempo Doeloe, saya bisa mengetahui sebagian sejarah dari Kota Jakarta. Pelesiran kali ini benar-benar membuat saya merasa seperti hidup di Zaman Belanda. Tauzia dan Museum Ceria telah mengemasnya dengan baik.

Kini wisata sejarah tidak lagi membosankan. Mereka, para pecinta sejarah, telah mengemas wisata dengan cara-cara yang menarik dan menyenangkan. Semua itu dilakukan agar kita bisa mencintai sejarah juga seperti mereka dan terus menjaga warisan sejarah yang tak ternilai harganya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com