Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Janji di Senja Pulau Kelor

Kompas.com - 16/09/2013, 15:32 WIB
GERBANG 6 dan 7 Dermaga Marina Ancol, Jakarta Utara, penuh dengan calon penumpang kapal. Mereka memakai pakaian resmi dengan warna serba putih. Wajah dan tubuh mereka segar dan wangi. Sambil menunggu kapal, mereka berceloteh tentang pesta pernikahan di pulau sunyi.

Sore di bulan Agustus 2013 itu angin bertiup kencang. Kapal-kapal motor cepat yang ditambatkan di Marina berayun-ayum dipermainkan ombak. Seorang laki-laki yang baru saja pulang memancing di Teluk Jakarta mengingatkan, semakin malam ombak akan semakin besar. ”Tingginya bisa 2 meter. Siap-siap basah kuyup diguyur air laut, ya,” katanya.

KOMPAS/HERU SRI KUMORO Pasir putih di Pulau Kelor, Kepulauan Seribu, Jakarta, Sabtu (24/8/2013).
Kapal yang akan membawa tetamu ke Pulau Kelor tiba sekitar pukul 04.30. Kapal itu berukuran cukup besar dengan jumlah tempat duduk sekitar 100 buah. Satu per satu tamu masuk ke kapal dengan riang. Kami berada di antara mereka, merasakan ayunan lembut ombak yang datang tanpa jeda. Perjalanan untuk menyaksikan pesta pernikahan pun dimulai. Ya, pernikahan pasangan artis Atiqah Hasiholan dan Rio Dewanto.

Kapal bergerak meninggalkan Marina yang terlindung dari ombak besar. Semakin menjauh dari Marina, semakin besar ombak yang datang. Kapal meliuk di antara ombak di laut yang tampak bergejolak. Teriakan kecil penumpang yang senang bercampur waswas mulai terdengar bersahutan, dan teriakan itu terdengar memuncak ketika ombak besar menggempur kapal. Air menciprat masuk dan membasahi penumpang yang duduk di bagian atas kapal.

KOMPAS/HERU SRI KUMORO Senja di Pulau Kelor, Kepulauan Seribu, Jakarta.
”Waduh, basah kuyup deh rambut gue,” ujar seorang perempuan. Selanjutnya, ia pun sibuk mengeringkan rambut dan bajunya yang basah dengan berlembar-lembar tisu.

Perjalanan ke Pulau Kelor sore itu memakan waktu 30 menit dari seharusnya 20 menit. Namun, tak mudah bagi kapal untuk segera merapat ke dermaga di tengah terjangan ombak. Beberapa penumpang mulai mabok akibat diombang-ambing ombak.

Perjalanan yang cukup menantang itu langsung terlupa ketika kaki melangkah ke Pulau Kelor yang berpasir putih. Dari pulau itu, kita bisa melihat kapal-kapal yang melintasi Teluk Jakarta, bahkan gedung-gedung di kawasan Ancol. Pulau itu ternyata begitu dekat. Jaraknya hanya sekitar 2 kilometer dari Ancol, tetapi suasananya tidak menyisakan sedikit pun wajah Jakarta.

KOMPAS/HERU SRI KUMORO Pernikahan pasangan artis Rio Dewanto-Atiqah Hasiholan di Benteng Martello, Pulau Kelor, Kepulauan Seribu, Jakarta, Sabtu (24/8/2013).
Kelor benar-benar dunia lain di wilayah administrasi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta: dunia sunyi di tengah deburan ombak. Tidak ada tempat berteduh, kecuali bekas benteng mungil VOC bernama Martello dan empat pohon besar yang melindunginya. Selebihnya, hanyalah pasir putih, pemecah ombak, jalan setapak yang telah dibeton, puluhan bibit pohon yang mulai tumbuh, dan semak belukar.

Benteng Martello terbuat dari batu bata merah. Warnanya menjadi tembaga jika terkena sinar matahari sore. Benteng bulat itu anggun dan cantik. Namun, di luar keanggunannya ia tetaplah bagian dari sejarah gelap peperangan. Dari lubang-lubang besar itu meriam-meriam Belanda memuntahkan peluru ke kapal-kapal Portugis yang akan menyerang Batavia pada abad ke-17. Di pulau ini pula, sejumlah tahanan politik Belanda yang dihukum mati dikuburkan.

Dikubur waktu

Kisah kelam masa perang itu telah lama dikubur waktu. Yang tampak sekarang di Pulau Kelor adalah keindahan kala senja. Langit berwarna biru gelap dengan semburat jingga di ufuk barat. Kapal-kapal dan perahu nelayan di laut tampak seperti siluet yang belum sempurna.

KOMPAS/HERU SRI KUMORO Benteng Martello di salah satu ujung Pulau Kelor, Kepulauan Seribu, Jakarta.
Di momen indah yang berlangsung dalam hitungan menit itulah, Atiqah dan Rio mengikat janji setia di ruangan benteng. Atiqah mengenakan baju pengantin merah menyala yang kontras dengan baju putih para tetamu. Ia seperti mawar yang mekar tepat di saat petang. Adapun Rio mengenakan jas lengkap berwarna gelap. Mereka tersenyum bahagia seakan senja itu menjadi milik mereka berdua.

Ketika malam hadir sempurna, lampu-lampu berwarna kuning dinyalakan di beberapa sudut pulau. Meja-meja berisi makanan lezat telah ditata rapi. Tetamu menikmati jamuan makan malam di bawah langit yang menyelinap di sela awan, di antara alunan lagu-lagu cinta yang dilantunkan kelompok Be3: Nola, Widi, dan Cynthia. Semua tamu yang hadir tampaknya sepakat, itu adalah pesta pernikahan yang romantis dan indah.

Pesta pernikahan berlangsung sekitar dua jam. Tetamu kembali berbaris di dermaga untuk menunggu kapal yang akan membawa pulang ke Marina. Ancol terasa begitu dekat, kerlap-kerlip lampunya seolah ada dalam genggaman. Kawasan itu hanya dipisahkan laut yang kini tampak seperti benda cair raksasa berwarna hitam.

Setelah satu jam menunggu, satu per satu kapal datang. Seperti sore tadi, kapal-kapal itu sulit merapat ke dermaga lantaran terus diempas ombak. Penumpang harus melompat dari dermaga ke dalam kapal. Seperti perjalanan datang, perjalanan pulang ini juga menantang. Kami tiba sekitar pukul sembilan malam dengan membawa kisah menyenangkan tentang sebuah upacara pernikahan yang indah.

Tak berpenghuni

Pulau Kelor termasuk dalam gugusan Kepulauan Seribu. Pulau mungil tak berpenghuni itu terletak tidak jauh dari Pulau Bidadari, Pulau Kelapa, dan Pulau Onrust. Belakangan pasir putih pulau itu menarik minat calon pengantin untuk membuat foto prapernikahan atau pre-wedding. Namun, kata seorang polisi pariwisata Kepulauan Seribu, baru Atiqah dan Rio yang menggelar acara pernikahan dan makan malam di pulau ini.

KOMPAS/HERU SRI KUMORO Gedung-gedung tinggi di Teluk Jakarta menjadi pemandangan selama perjalanan menuju Pulau Kelor di Kepulauan Seribu, Jakarta.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mendukung pernikahan Atiqah-Rio di Pulau Kelor. Ia mengatakan, pernikahan kedua artis terkenal itu merupakan promosi gratis untuk pariwisata Kepulauan Seribu. ”Tidak perlu jauh-jauh menikah di Bali kalau cuma ingin mencari suasana pantai. Di kepulauan seribu juga banyak,” kata Basuki.

Tampaknya pemerintah mesti bekerja keras jika serius ingin menjadikan gugusan Kepulauan Seribu, seperti Pulau Kelor, sebagai lokasi wisata pernikahan. Pemerintah mesti melengkapi fasilitas pendukung, mulai dari kapal, dermaga, tempat berteduh, sumber listrik, dan pengolahan sampah.

Jika itu tersedia, pasti banyak pasangan pengantin yang ingin mengikat janji di sana, di pulau yang indah kala senja. (Budi Suwarna)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com