Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengunjungi Pasar Terapung di Sungai Barito

Kompas.com - 20/09/2013, 07:50 WIB
RASANYA belum belum sah datang ke Banjarmasin, Kalimantan Selatan bila belum mengunjungi pasar terapung Sungai Barito. Pasar tradisional yang mungkin hanya ada satu-satunya di Tanah Air itu sudah menjadi salah satu obyek wisata andalan di daerah tersebut.

Oleh karena, siapa saja yang datang ke Banjarmasin, selalu menyempatkan diri untuk berkunjung ke pasar terapung yang berada di Sungai Barito yang membelah kota tersebut.

Yang uniknya lagi, pasar terapung tersebut hanya ada pada pagi hari yakni mulau pukul 06.30 sampai 08.00 WITA. Kalau sudah melewati jam tersebut, maka sudah tidak ada lagi.

Kesempatan yang langka tersebut juga dimanfaatkan para kontingen dari berbagai provinsi yang mengikuti Pekan Olahraga Wartawan Nasional (Porwanas) XI/2013 di Banjarmasin, termasuk dari atlet dan official Aceh.

"Saya rasa ini kesempatan yang langka, oleh karenanya kami menyempatkan diri untuk melihat dari dekat aktivitas jual beli di pasar terapung ini," kata Rusli Ismail, salah seorang kontingen Aceh.

Ia menyatakan, keberadaan pasar terapung ini sudah terkenal di seluruh Indonesia sebagai salah satu obyek wisata, sehingga alangkah ruginya apabila yang sudah datang ke Banjarmasin tidak menyempatkan diri untuk sekadar berbelanja sambil menikmati tenangnya Sungai Barito.

Dikatakannya kalau duduk di warung kopi sudah biasa dan hampir ada di setiap daerah, tapi minum kopi atau teh sambil makan sepotong kue di dalam perahu suatu hal yang berbeda, karena tidak bisa dilaksanakan setiap hari.

Dinamakan pasar terapung, karena memang transaksi jual beli dilakukan di perahu yang berukuran kecil dan sedang. Barang yang dijual hampir sama dengan pasar-pasar yang ada di daratan. Dan umumnya kebutuhan makanan sehari-hari, seperti ikan, sayur-sayuran, dan buah-buahan.

Di pasar terapung juga ada pedagang yang menjual makanan siap saji, seperti kopi, teh, kue, nasi untuk sarapan dengan berbagai menu, seperti soto banjar, ikan goreng, dan sate.

Untuk menuju ke pasar terapung yang masuk dalam wilayah Desa Kuin Alalah, Banjarmasin Utara itu pengunjung harus pagi-pagi datang ke pelabuhan di Desa Kuin Utara atau tepatnya berada di depan Masjid Sultan Suriansyah.

KOMPAS/INDIRA PERMANASARI Pasar terapung Lok Baintan di Sungai Martapura pada pagi hari. Pasar ini dapat ditempuh dengan kelotok dari Banjarmasin dengan lama perjalanan sekitar satu jam. Pasar berlokasi di Kecamatan Sungai Tabuk, Banjar, Kalsel.
Bagi turis beragama Islam, biasanya menunaikan Shalat Subuh di masjid yang bangunannya terbuat dari kayu ulin tersebut. Baru berangkat ke pasar terapung dengan menggunakan perahu bermesin yang berpenumpang maksimal 10 orang.

Obyek wisata andalan

Pasar terapung merupakan salah satu obyek wisata andalan di Banjarmasin karena hampir setiap hari wisatawan baik dalam maupun luar negeri selalu menyempatkan untuk datang ke lokasi tersebut.

Muslim, salah seorang pemilik kapal menyebutkan, hampir setiap hari rata-rata 100 orang turis yang datang ke pasar terapung.

Umumnya mereka sangat menikmati perjalanan wisata tersebut karena selain ke pasar terapung, wisatawan juga menikmati kehidupan masyarakat yang berada di sepanjang daerah aliran sungai yang rumahnya semua terbuat dari kayu.

Yang menjadi pertanyaan wisatawan, meskipun terbuat dari kayu, namun rumah tersebut sangat kokoh dan kayunya tidak lapuk.

Menurut Muslim, kayu yang digunakan untuk rumah tersebut merupakan kayu jenis ulin, sehingga semakin lama terendam akan semakin kuat.

Dalam perjalanan di Sungai Barito tersebut pengunjung juga bisa mengunjungi tempat yang tidak kalah uniknya dari pasar terapung itu sendiri, yaitu Pulau Kembang.

Pulau yang berada di tengah Sungai Barito itu ditumbuhi pohon khas Kalimantan dan dihuni kawanan monyet ekor panjang dan bekantan (moyet hidung mancung).

Sampai di dermaga Pulau Kembang, para pengunjung langsung disambut monyet ekor panjang yang biasanya mengincar makanan. Sepertinya kawanan monyet tersebut mengetahui para pengunjung membawa makanan, seperti pisang, sehingga binatang ekor panjang itu langsung berkumpul di dermaga ketika ada tamu yang datang.

Namun, dari sekian banyak monyet ekor panjang, tidak satu pun monyet bekantan berada di situ.

KOMPAS/ADI SUCIPTO Seekor bekantan (Nasalis larvatus) bertengger di dahan di Pulau Bukut, delta di tengah sungai Barito yang ada di bawah jembatan Barito, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan Sabtu (26/5/2013). Dari atas jembatan atau dari perahu klothok bisa disaksikan bekantan berloncatan dari dahan ke dahan.
Menurut Dian, pengelola pulau tersebut, di hutan ini masih terdapat antara 20 hingga 30 ekor bekantan, namun kawanan monyet hidung mancung itu tidak suka keluar ke pinggir hutan.

"Tingkah laku bekantan sangat berbeda dengan monyet ekor panjang. Bekantan punya sifat malu. Jadi kalau banyak orang monyet itu tidak mau keluar," katanya.

Untuk masuk ke kawasan pulau tersebut, pengunjung harus membayar, untuk turis domestik hanya Rp 5.000 sedangkan turis asing Rp 25.000 per orang.

Mansyursyah, salah seorang pengunjung menyampaikan, seharusnya pemerintah setempat harus merawat lokasi ini, dengan menambah fasilitas pendukung yang memadai, sehingga wisatawan yang datang bisa menikmatinya. "Ini merupakan aset daerah yang harus dipertahankan," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com