Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Didik-Nani, Mengangkat Sabang Lewat Kisah Kota

Kompas.com - 21/09/2013, 09:09 WIB

”Saya menyebut rumah tempat tinggal mereka rumah cinta. Biar mudah saja diingat oleh anak-anak remaja,” tutur Nani.

Sejarah Sabang sebagai kota pelabuhan yang pernah ditempati sejumlah bangsa dan banyak suku membuat Pulau Weh menjadi miniatur Indonesia dengan warga dari berbagai etnis dan latar belakang.

Pembauran, menurut Nani, juga terlihat dalam hidangan kenduri pengantin di Sabang. Selain kuah belanga dan gulai merah masakan khas Aceh, ada pula rendang dan gado-gado yang disertakan dalam acara itu. Hal ini, menurut Nani, menyimbolkan keragaman.

”Karena itu, kami biasa hidup damai, tenteram, dan bermasyarakat satu sama lain meski ada beragam etnis dan latar belakang orang yang tinggal di Sabang,” ucap ibu satu anak itu.

Pasangan ini juga prihatin melihat banyaknya anak muda yang putus sekolah karena alasan ekonomi. ”Padahal, mereka tidak bodoh,” kata Nani yang tidak merampungkan pendidikan kesarjanaannya.

Melihat potensi pariwisata yang besar, pada 2009 keduanya mulai melatih para remaja putus sekolah. Para remaja ini dilatih berbagai keterampilan, seperti membuat keripik atau kerajinan dari kerang.

Awalnya, hasil produksi dititipkan ke toko-toko suvenir di kawasan wisata Jalan Perdagangan. Namun, karena pemilik toko menaikkan harga jual produk yang dititipkan, akhirnya penjualan berkurang.

Pengujung 2012, pasangan ini sepakat mengeluarkan Rp 12 juta untuk menyewa toko di Jalan Perdagangan, Sabang, selama setahun. ”Ini langkah nekat. Kami tak punya uang banyak, tapi memaksa membuka toko agar hasil kerajinan anak-anak bisa dijual. Beruntung barang yang dijual banyak dicari wisatawan,” ujar Nani yang kini didukung 10 pemasok barang.

Jejak penggalian sejarah dan pembukaan lapangan usaha yang dirintis pasangan ini membuat mereka menjadi bagian dari catatan sejarah di Sabang kelak. (Agnes Rita Sulistyawaty dan Lusiana Indriasari)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com