"Wakil rakyat itu artinya kan bawahan rakyat. Namanya juga wakil...” tutur I Wayan Nardayana (48), dalang wayang kulit yang populer disebut dalang Cenkblonk. Nardayana mencuat ke jagat pedalangan Bali setelah ”menemukan” dua tokoh rakyat bernama Nang Klenceng dan Nang Ceblong. Dua tokoh inilah yang selalu ditunggu para penonton.
Tokoh Nang Klenceng, kemudian disingkat Cenk, punya wujud lucu: mulutnya panjang seperti buaya, berambut cepak, dan kalau bicara kakinya selalu bergerak. Ia berbicara dengan sangat cepat, tetapi kata-katanya selalu tajam. Sementara tokoh Nang Ceblong, disingkat Blonk, tak kalah lucunya. Kepalanya botak, mulut lebar, perut besar, bicaranya pelan, tetapi menyakitkan. Pasangan rakyat inilah yang jadi asal mula kata ”cenkblonk”.
”Dua tokoh ini bebas dari intervensi penguasa. Kalau empat punakawan: Tualen-Merdah dan Sangut-Delem, kan selalu mewakili rajanya. Bahkan, mereka menjadi penerjemah. Keempatnya tak bisa bebas dari kepentingan penguasa, raja-raja...” kata Nardayana.
Kami bertemu, Senin, 2 September 2013, di Banjar Batan Nyuh Kelod, Desa Batan Nyuh, Kecamatan Marga, Tabanan. Tak mudah bertemu Nardayana. Jadwalnya padat. Kalender bali yang tergeletak di rumah lumbung miliknya penuh dengan coretan. Selama bulan September 2013 ia akan pentas sebanyak 17 kali, Oktober 18 kali, November 16 kali, dan Desember baru terisi 6 kali. Namun, Januari 2014 jadwalnya sudah penuh. ”Dulu saya pentas sampai 45 kali dalam sebulan. Bisa dua kali semalam. Kurang profesional, saya batasi...” katanya.
Padahal, untuk ukuran Bali, Nardayana mematok harga yang lumayan tinggi. Upah wayangnya Rp 14 juta, kru panggung Rp 1,5 juta, dan sesajen Rp 500.000. ”Kalau di luar kota upah wayangnya jadi Rp15 juta. Ongkos ini sudah diperhitungkan dari jumlah kru yang mencapai 50 orang setiap kali pentas,” ujar Nardayana. Toh begitu, sejauh ini ia tak pernah sepi tanggapan.
Apa sebab wayang Anda masih bertahan sampai sekarang?
Penonton terus berubah, wayang juga harus berubah. Tantangan dalang sekarang berhadapan dengan penonton yang biasa pegang remote control, tiap saat ganti channel. Mereka yang mengendalikan apa yang mau ditonton. Bagaimana menarik penonton mau datang ke lapangan malam hari dalam cuaca gerimis dan menonton seni tradisi. Itu tantangannya. Berat memang.
Apa yang Anda lakukan?
Materi wayang harus dekat dengan mereka. Sesedikit mungkin menggunakan bahasa para raja. Itu tidak menarik, bahasanya tinggi. Penonton ngobrol. Kalau toh punakawan menerjemahkannya, itu makan waktu. Mungkin itu juga sebabnya sekarang omongan pemimpin kita tak didengar rakyat...ha-ha-ha.... Omongan sulit dipercaya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.