Anda berhenti?
Justru makin menjadi. Diam-diam saya tetap latihan mendalang, sampai suatu saat beli dua wayang kulit Yudistira dan raksasa, selebihnya saya beli kulit kerbau. Lalu saya tatah tokoh-tokoh wayang berdasarkan ingatan menonton wayang, tidak menyalin....
Anda merasa ada panggilan sebagai dalang?
Mungkin sebagian benar. Saya cuma mengikuti kemauan hati. Tetapi lama-lama merasa bahwa wayang harus tetap hidup. Beruntung di Bali wayang erat kaitannya dengan ritual adat dan agama. Jadi, selama ritual itu ada, wayang akan tetap diterima.
Bagaimana Anda tahu kalau penonton masih menerima wayang?
Saya lebih suka pentas di kota-kota. Masyarakatnya lebih majemuk dan lebih maju dalam cara berpikirnya. Kalau saya main di satu kawasan kota, saya pelajari dulu isu dan psikologi masyarakat di sana. Kalau itu sudah ketemu, cuma gerak-gerakkan wayang saja, penonton sudah tertawa....
Jadi Anda selalu survei dulu sebelum pentas?
Mungkin tidak dalam pengertian riset. Saya setidaknya baca di koran seperti apa kondisi psikologi satu masyarakat. Sekarang umumnya sih isu-isu tentang pemimpin bangsa yang dibahas. Pemimpin yang merakyat itu sudah menjadi wacana bagi rakyat. Maka itu tadi, sesedikit mungkin saya pakai bahasa Kawi. Bila perlu raja dan dewa pun bercakap dengan bahasa yang mudah dipahami.
Itu tidak melanggar pakem pewayangan?
Wayang harus berubah kalau mau diterima. Itu kan cuma soal bahasa, soal medium saja. Saya tidak pernah mengubah struktur wayang yang sudah baku, tetapi kalau membuat tokoh baru seperti carangan dalam kisah-kisah Mahabharata misalnya, itu biasa. Dulu juga begitu. Bima di India cuma punya anak Gatotkaca, tetapi di Jawa dan Bali, anaknya jadi banyak sekali. Itu semua ciptaan lokal genius.
Jadi, menurut Anda, jika wayang ingin bertahan, ia harus mengikuti perubahan yang terjadi pada masyarakat pendukungnya?
Itu yang saya lakukan sejak awal, termasuk memunculkan tokoh rakyat Cenk-Blonk itu....
Seorang tamu masuk dari kori (gerbang) rumah. Nardayana menyambutnya. Tamu itu tak lain utusan yang memastikan pementasan Wayang Cenkblonk Belayu di kawasan Teuku Umar, Denpasar, Senin malam itu. Saya memutuskan untuk menonton, sambil berharap bertemu dengan Nang Klenceng dan Nang Ceblong.... (Putu Fajar Arcana)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.