Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/09/2013, 20:18 WIB

Anda berhenti?

Justru makin menjadi. Diam-diam saya tetap latihan mendalang, sampai suatu saat beli dua wayang kulit Yudistira dan raksasa, selebihnya saya beli kulit kerbau. Lalu saya tatah tokoh-tokoh wayang berdasarkan ingatan menonton wayang, tidak menyalin....

Anda merasa ada panggilan sebagai dalang?

Mungkin sebagian benar. Saya cuma mengikuti kemauan hati. Tetapi lama-lama merasa bahwa wayang harus tetap hidup. Beruntung di Bali wayang erat kaitannya dengan ritual adat dan agama. Jadi, selama ritual itu ada, wayang akan tetap diterima.

Bagaimana Anda tahu kalau penonton masih menerima wayang?

Saya lebih suka pentas di kota-kota. Masyarakatnya lebih majemuk dan lebih maju dalam cara berpikirnya. Kalau saya main di satu kawasan kota, saya pelajari dulu isu dan psikologi masyarakat di sana. Kalau itu sudah ketemu, cuma gerak-gerakkan wayang saja, penonton sudah tertawa....

Jadi Anda selalu survei dulu sebelum pentas?

Mungkin tidak dalam pengertian riset. Saya setidaknya baca di koran seperti apa kondisi psikologi satu masyarakat. Sekarang umumnya sih isu-isu tentang pemimpin bangsa yang dibahas. Pemimpin yang merakyat itu sudah menjadi wacana bagi rakyat. Maka itu tadi, sesedikit mungkin saya pakai bahasa Kawi. Bila perlu raja dan dewa pun bercakap dengan bahasa yang mudah dipahami.

Itu tidak melanggar pakem pewayangan?

Wayang harus berubah kalau mau diterima. Itu kan cuma soal bahasa, soal medium saja. Saya tidak pernah mengubah struktur wayang yang sudah baku, tetapi kalau membuat tokoh baru seperti carangan dalam kisah-kisah Mahabharata misalnya, itu biasa. Dulu juga begitu. Bima di India cuma punya anak Gatotkaca, tetapi di Jawa dan Bali, anaknya jadi banyak sekali. Itu semua ciptaan lokal genius.

Jadi, menurut Anda, jika wayang ingin bertahan, ia harus mengikuti perubahan yang terjadi pada masyarakat pendukungnya?

Itu yang saya lakukan sejak awal, termasuk memunculkan tokoh rakyat Cenk-Blonk itu....

Seorang tamu masuk dari kori (gerbang) rumah. Nardayana menyambutnya. Tamu itu tak lain utusan yang memastikan pementasan Wayang Cenkblonk Belayu di kawasan Teuku Umar, Denpasar, Senin malam itu. Saya memutuskan untuk menonton, sambil berharap bertemu dengan Nang Klenceng dan Nang Ceblong.... (Putu Fajar Arcana)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Mengenal Sejarah Kota Tua Jakarta, Jantung Ibu Kota di Masa Lampau

Mengenal Sejarah Kota Tua Jakarta, Jantung Ibu Kota di Masa Lampau

Jalan Jalan
Panduan Lengkap ke Lapangan Banteng, Wisata Gratis di Jakarta Pusat

Panduan Lengkap ke Lapangan Banteng, Wisata Gratis di Jakarta Pusat

Travel Tips
Okupansi Hotel di Kota Malang Meningkat Meski Bromo Sempat Ditutup

Okupansi Hotel di Kota Malang Meningkat Meski Bromo Sempat Ditutup

Hotel Story
Mulai 14 Februari 2024, Pungutan Rp 150.000 untuk Turis Asing di Bali Resmi Berlaku

Mulai 14 Februari 2024, Pungutan Rp 150.000 untuk Turis Asing di Bali Resmi Berlaku

Travel Update
13 Tempat Wisata Kota Tua Jakarta yang Sarat Sejarah   

13 Tempat Wisata Kota Tua Jakarta yang Sarat Sejarah   

Jalan Jalan
Versi Terbaru M-Paspor, Mudah Pilih Kantor Imigrasi Jika Kuota Habis

Versi Terbaru M-Paspor, Mudah Pilih Kantor Imigrasi Jika Kuota Habis

Travel Update
Kereta Ekonomi New Generation KA Jayabaya Resmi Diluncurkan Hari Ini

Kereta Ekonomi New Generation KA Jayabaya Resmi Diluncurkan Hari Ini

Travel Update
5 Spot Foto di Lapangan Banteng Jakarta, Ada Amfiteater dan Monumen

5 Spot Foto di Lapangan Banteng Jakarta, Ada Amfiteater dan Monumen

Travel Tips
Rute dan Harga Terbaru Paket Jip Wisata Lava Tour Merapi

Rute dan Harga Terbaru Paket Jip Wisata Lava Tour Merapi

Travel Update
Harga Tiket Masuk dan Jam Buka Museum Petilasan Mbah Maridjan di Lereng Merapi

Harga Tiket Masuk dan Jam Buka Museum Petilasan Mbah Maridjan di Lereng Merapi

Travel Update
Pendakian Telomoyo via Arsal, Sekitar 2 Jam sampai Puncak

Pendakian Telomoyo via Arsal, Sekitar 2 Jam sampai Puncak

Jalan Jalan
8 Aktivitas di Lapangan Banteng, Bisa Lihat Air Mancur Menari

8 Aktivitas di Lapangan Banteng, Bisa Lihat Air Mancur Menari

Travel Tips
Wisata Sawah Sumber Gempong: Harga Tiket, Jam Buka, dan Aktivitas    

Wisata Sawah Sumber Gempong: Harga Tiket, Jam Buka, dan Aktivitas    

Jalan Jalan
Islandia Bakal Terapkan Pajak Turis untuk Alasan Lingkungan

Islandia Bakal Terapkan Pajak Turis untuk Alasan Lingkungan

Travel Update
Manfaatkan Momen Migrasi Ikan, Ada Kompetisi Pancing Tuna di Tanjung Lesung Banten

Manfaatkan Momen Migrasi Ikan, Ada Kompetisi Pancing Tuna di Tanjung Lesung Banten

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com