Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pulang Kantor Langsung Pelesir ke Bukittinggi

Kompas.com - 27/09/2013, 13:12 WIB
Fitri Prawitasari

Penulis

KOMPAS.com - Selain Surabaya, mungkin Bukittinggi juga bisa disebut sebagai kota pahlawan. Ya, kota di Sumatera Barat tersebut menjadi saksi lahirnya beberapa tokoh nasional bangsa. Sebut saja Muhammad Nasir, Sjahrir, dan Tan Malaka. Belum lagi seorang yang namanya selalu dikenang dalam perjuangan proklamasi kemerdekaan, Muhammad Hatta.

Selain sebagai tempat kelahiran pahlawan, Bukittinggi pun menjadi tempat bersemayam jam raksasa. Apalagi kalau bukan menara Jam Gadang yang menjadi simbol khas Ranah Minang.

Ingin mencuci mata melihat keindahan alam? Tenang, di Bukittinggi ada lembah yang namanya pasti tak asing didengar, Ngarai Sianok. Saat melihat langsung, rasakan tersihir oleh kecantikan Ngarai Sianok. Ia  ibarat lukisan panorama ataupun foto di kartu pos promosi destinasi wisata.

Ragam "kejutan" mulai dari keelokan alam hingga sejarah yang dimiliki Bukittinggi, tak salah jika memilih kota ini menjadi tempat menghabiskan akhir pekan. Tak perlu pikir panjang, sepulang dari kantor ataupun kelar melakukan aktifitas harian biasanya, langsung saja arahkan langkah Anda menuju bandara.

Namun sebelumnya, ada baiknya jika melakukan pemesanan tiket penerbangan jauh-jauh hari. Tujuannya adalah Bandara Internasional Minangkabau (BIM) di Padang. Dari Padang, Bukittinggi dapat ditempuh melalui jalur darat sekitar 2,5 jam.

Ada baiknya memilih jadwal penerbangan yang sampai di Padang saat sore hari. Agar tak terlalu malam untuk menuju perjalanan selanjutnya ke Bukittinggi. Nah, jika mencari kendaraan menuju ke sana, di bandara banyak yang travel maupun bus yang menawarkan tujuan ke sana.

Sementara urusan penginapan, juga disarankan untuk memesan kamar jauh hari sebelumnya. Kecuali jika Anda datang bukan saat musim liburan, silahkan saja untuk nekat datang tanpa memesan kamar. Bukittinggi telah banyak dibangun hotel-hotel berbintang. Lokasi hotel pun beragam. Kebanyakan dekat dengan tempat-tempat wisata.

JUMAT

Jika Anda tiba di Padang saat sore, kemungkinan akan sampai di Bukittinggi pada malam hari. Langsung saja menuju  penginapan untuk melepas lelah. Bisa juga jika ingin merasakan suasana kota pada malam hari, pergilah menuju ke Pasar Atas atau penduduk setempat menyebut dengan Pasar Ateh.

KOMPAS.COM/FITRI PRAWITASARI Jam Gadang, menara jam yang menjadi ikon Kota Bukittinggi, Sumatera Barat. Pada pelataran menara jam sering disesaki penduduk lokal maupun pedagang yang menggelar lapaknya.
Di Pasar Ateh tersebut juga merupakan tempat berdirinya Jam Gadang. Jam Gadang berbentuk menara jam segi empat dengan memiliki jam di ke empat sisi atasnya. Di pelataran menara, banyak muda-mudi berkumpul pada malam hari, juga banyak pedagang penjual cendera mata.

SABTU

Saatnya menjelajah Bukittinggi. Beberapa tempat wisata berada di lokasi yang berdekatan. Bisa dipilih dengan memulai dari Ngarai Sianok. Langit di atas ngarai sangat bersih pada pagi hari.

Patahan tebing curam dengan lembah hijau dan semak terlihat pula ada sungai pasir di bawahnya. Ngarai Sianok terlihat bagai singgasana yang menopang Gunung Marapi dan Singgalang yang berada berseberangan.

Salah satu tempat terbaik menikmati ngarai adalah dari Taman Panorama. Untuk masuk ke sini dikenakan biaya Rp 5.000 per orang. Kelar menikmati ngarai, obyek wisata lain yang masih berada di area Taman Panorama adalah Lubang Jepang.

KOMPAS IMAGES/RODERICK ADRIAN MOZES Lubang Jepang di Kota Bukittinggi, Sumatera Barat, Rabu (8/6/2011). Lubang sepanjang 1470 meter ini di bangun pada tahun 1942 dan berisi berbagai macam ruang seperti ruang makan romusha, ruang sidang, hingga ruang amunisi.
Lubang Jepang atau Goa Jepang adalah gua buatan tentara Jepang yang digunakan sebagai tempat persembunyian di masa perang. Saat itu, gua ini juga menjadi markas tentara selagi menduduki Bukittinggi.

Namun sekarang goa telah menjadi salah satu lokasi wisata dengan memiliki penerangan di sudut-sudut dalam goa. Untuk menjelajah kedalaman goa, di sana telah siap pemandu wisata yang mengantar. Namun dikenakan tarif, sekitar Rp 50.000 untuk sekali berkeliling.

Kelar menelusuri kedalaman goa, selagi hari masih siang, sempatkan untuk wisata kuliner. Berada di ranah minang, rasanya kurang lengkap tanpa mencicip kuliner pedas. Pergilah mencari santapan Gulai Itik Hijau ternama di Bukittinggi.

Sembari bersantap jangan lupa ditemani dengan panorama ngarai. Rumah Makan Lansano Jaya bisa menjadi pilihan. Di tempat ini menawarkan panorama luar ruangan (outdoor) dengan ditemani tebing-tebing ngarai.

Setelah merasa kenyang perut juga mata melihat keindahan ngarai, selanjutnya adalah menengok rumah kelahiran proklamator, Bung Hatta.

KOMPAS IMAGES/RODERICK ADRIAN MOZES Kamar tempat kelahiran Bung Hatta di Museum Rumah Kelahiran Bung Hatta, di Jalan Soekarno Hatta, Bukittinggi, Sumatera Barat, Kamis (9/6/2011). Rumah yang dibangun sekitar tahun 1860-an, merupakan saksi bisu kelahiran Wakil Presiden pertama Indonesia, Bung Hatta. Bung Hatta lahir pada tanggal 12 Agustus 1902 di rumah ini dan menghabiskan masa mudanya selama 11 tahun di rumah ini sebelum pindah ke rumah baru.
Rumah kayu di pinggir Jalan Soekarno Hatta tersebut terlihat sangat sederhana. Rumah yang pernah ditinggali Bung Hatta selama 11 tahun itu kini resmi menjadi museum yang bisa dikunjungi setiap hari.

Di dalamnya perabot rumah terawat bersih. Di dindingnya, terpajang foto-foto Bung Hatta dan keluarganya , juga dokumen dan surat-surat tulisan beliau. Salah satu kamar yang ada, di sanalah Bung Hatta dilahirkan. Kamar luas dengan ranjang ukuran besar beratap, meja rias dan dinding anyaman bambu.

Nama Bung Hatta seperti sebuah ikon bagi Bukittinggi. Ibaratnya, ia adalah saudagar yang memiliki kota. Segala hal yang terkait dengannya menjadi tujuan wisata. Tak hanya rumah, ia pun punya istana.

Istana Bung Hatta terletak di depan Pasar Ateh, pelataran Jam Gadang. Setelah proklamasi kemerdekaan, gedung ini sempat menjadi Istana Wakil Presiden. Bentuk bangunan masih bernuansa kolonial dengan memiliki halaman luas.

WARTA KOTA/ANGGA BHAGYA NUGRAHA Suasana panorama obyek wisata Janjang Koto Gadang di Kota Bukittinggi, Sumatera Barat, Sabtu (1/6/2013). Janjang Koto Gadang atau Tangga
Jika hari ini masih memiliki waktu menjelajahi Kota Bukittinggi, rute yang bisa dicoba selanjutnya adalah Tembok China ala Koto Gadang. Janjang Koto Gadang atau yang dulu disebut Jenjang 1000 bentuknya memang menyerupai Tembok Besar China.

Maka tak heran jika banyak orang yang menyebut sebagai Great Wall-nya Indonesia. Jika ingin menelusuri janjang, siapkan saja stamina dan atur napas agar tidak ngos-ngosan setelah menapaki anak tangga.

MINGGU

Hari terakhir di Bukittinggi kurang lengkap tanpa berburu buah tangan. Tak perlu sulit-sulit mencari oleh-oleh khas. Beli saja replika Jam Gadang yang berada di Pasar Ateh.

Banyak pedagang menjual replika jam dengan berbagai jenis. Ada yang besar terbuat dari kayu yang diukir serta ada pula yang berbentuk gantungan kunci  kecil-kecil. Pedagang yang menjual replika jam, tak mematok harga tinggi. Bahkan jika Anda pandai menawar, bisa saja mendapat harga sangat miring.

KOMPAS.COM/FITRI PRAWITASARI Replika Jam Gadang yang dijual di Pasar Ateh, Bukittinggi, Sumatera Barat.
Menghabiskan akhir pekan berwisata di Bukittinggi memang terasa lengkap. Selain memanjakan mata menikmati alam, juga membangkitkan nasionalisme dengan berwisata sejarah.

Liburan memang kurang rasanya jika hanya memanfaatkan akhir pekan. Meski demikian, setidaknya telah berusaha memanfaatkan momen tersebut untuk "kabur" dari kepenatan tugas harian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com