Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Kompas.com - 01/10/2013, 14:19 WIB
EditorI Made Asdhiana
Oleh: Dewi Indriastuti

Tahun 1990-an, udara Kota Bandung masih dingin. Turis lokal yang berkunjung tiap pagi menggigil kedinginan. Bahkan, mahasiswa asal daerah lain kadang kala harus memilih tak mandi jika harus kuliah pada pagi hari. Alasannya, bukan karena mengejar waktu, melainkan karena dinginnya air.

Sampai dengan akhir 1990-an, jalanan Kota Bandung juga masih menyenangkan. Tak ada macet sama sekali. Perjalanan dari kawasan Simpang Dago—persimpangan Jalan Dago dengan Jalan Dipatiukur dan Jalan Siliwangi—menuju Jalan Merdeka, memuaskan rasa. Di sepanjang kiri dan kanan jalan, rumah- rumah lama—beratap tinggi, berdinding tebal, berhalaman luas—yang terawat baik juga sungguh menyejukkan hati. Apalagi, pohon-pohon besarnya berjajar di tepi jalan.

Kini jika kita melintas jalan yang sama, suasananya sangat jauh berbeda. Sebagian rumah- rumah lama beralih rupa menjadi toko pakaian (factory outlet/FO), rumah makan, pusat oleh-oleh, dan mal. Lalu lintasnya juga macet sehingga membuat kendaraan berjalan merayap. Terlebih lagi jika di akhir pekan.

Dari sisi daya dukung, Bandung sebenarnya bisa memenuhi berapa pun jumlah penduduknya. Alasannya, rekayasa selalu bisa dilakukan untuk meningkatkan kemampuan Bandung. Artinya, kondisi layak yang ada di Bandung tidak alami, tetapi hasil pendekatan rekayasa.

Namun, segala sesuatu yang tidak alami biasanya berhadapan dengan konsekuensi tertentu. Di Bandung, rekayasa itu berhadapan dengan air tanah yang semakin terbatas. Bagi orang yang memiliki cukup dana, muncul kecenderungan untuk membangun di daerah tinggi. Namun, buat mereka yang pas-pasan, terpaksa menuju daerah bawah atau daerah aliran sungai. Padahal, banjir lebih cepat datang akibat daerah aliran sungai sudah semakin rusak dan padat.

Menurut Budi Brahmantyo, pengajar Teknik Geologi Institut Teknologi Bandung, ada satu ukuran sederhana untuk melihat kelayakan suatu lokasi hunian. Ukuran itu adalah kenyamanan. ”Gejala yang ada saat ini, banjir lebih cepat datang, daerah aliran sungai padat penduduk, dan sulit mendapatkan air,” ujar Budi.

Permukaan air tanah terus turun, terutama di daerah dengan kegiatan pengambilan muka air tanah yang besar. Daerah padat penduduk antara lain di Dayeuhkolot, Rancaekek, dan Leuwigajah.

KOMPAS.com/Krismas Wahyu Utami MEIN Designer butik di Bandung
Bandung yang berada di daerah cekungan, dibatasi pegunungan. Dengan kondisi demikian, polusi yang muncul di wilayah cekungan akan berputar- putar di atasnya. Bandung— yang terdiri dari kota dan kabupaten—kini semakin panas.

Langkah-langkah penyelesaian harusnya kembali ke kearifan lokal. Inilah yang harus diutamakan. Misalnya, menekan pertumbuhan bangunan vertikal demi menjaga area.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Liburan Gratis ke Negara Paling Bahagia Finlandia, Ini Caranya

Liburan Gratis ke Negara Paling Bahagia Finlandia, Ini Caranya

Travel Update
Tips Pakai Toilet Transparan di Jakarta Pusat, Siapkan Uang Elektronik

Tips Pakai Toilet Transparan di Jakarta Pusat, Siapkan Uang Elektronik

Travel Tips
Banyuwangi Park, Taman Belajar dan Rekreasi Baru di Jawa Timur

Banyuwangi Park, Taman Belajar dan Rekreasi Baru di Jawa Timur

Jalan Jalan
Menyusuri Tempat Terakhir Pelukis Basoeki Abdullah di Ruang Memorial

Menyusuri Tempat Terakhir Pelukis Basoeki Abdullah di Ruang Memorial

Jalan Jalan
5 Tips Buka Puasa di Masjid Jogokariyan Yogyakarta, Berwudu Sebelum Berangkat

5 Tips Buka Puasa di Masjid Jogokariyan Yogyakarta, Berwudu Sebelum Berangkat

Travel Tips
Rute ke Kampung Ramadhan Jogokariyan, Tempat Berburu Takjil di Yogyakarta

Rute ke Kampung Ramadhan Jogokariyan, Tempat Berburu Takjil di Yogyakarta

Travel Tips
Pengalaman Berburu Takjil di Masjid Jogokariyan Yogyakarta, Tetap Ramai meski Hujan

Pengalaman Berburu Takjil di Masjid Jogokariyan Yogyakarta, Tetap Ramai meski Hujan

Jalan Jalan
Wisata Susur Sungai Martapura Diminati Saat Ramadhan 2023

Wisata Susur Sungai Martapura Diminati Saat Ramadhan 2023

Travel Update
5 Tempat Terkenal di Dunia yang Jadi Lokasi Syuting John Wick 4

5 Tempat Terkenal di Dunia yang Jadi Lokasi Syuting John Wick 4

Jalan Jalan
Panduan Lengkap Mencoba Toilet Transparan ala Jepang di Jakarta

Panduan Lengkap Mencoba Toilet Transparan ala Jepang di Jakarta

Travel Tips
10 Tradisi Unik Saat Ramadhan di Berbagai Negara

10 Tradisi Unik Saat Ramadhan di Berbagai Negara

Jalan Jalan
Masjid Giok, Tempat Wisata Favorit di Aceh Selama Ramadhan 2023

Masjid Giok, Tempat Wisata Favorit di Aceh Selama Ramadhan 2023

Travel Update
DAMRI Buka Rute Kupang-Dili mulai Rp 350.000, Gratis Hari Pertama

DAMRI Buka Rute Kupang-Dili mulai Rp 350.000, Gratis Hari Pertama

Travel Update
Jam Buka dan Tarif Toilet Transparan ala Jepang di Jakarta

Jam Buka dan Tarif Toilet Transparan ala Jepang di Jakarta

Travel Tips
8 Tempat Ngabuburit Murah di Semarang, Bisa Naik Wahana

8 Tempat Ngabuburit Murah di Semarang, Bisa Naik Wahana

Jalan Jalan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+