Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Semarang, Jejak "Little Netherland"

Kompas.com - 03/10/2013, 10:53 WIB

”Seperti kawasan pecinan yang terlambat ditangani sehingga tanahnya turun dan sedimentasinya tinggi. Pelebaran Kali Semarang tahun 1975-1980 banyak memotong rumah-rumah di pecinan. Sama halnya pelebaran jalan yang merusak morfologi kawasan tua,” kata Andy.

Semarang memang menghadapi problem utama berupa limpasan air laut atau rob yang kerap memasuki areal di utara Semarang. Belum lagi jika hujan, banjir menjadi semakin parah. Ketinggian rumah berlomba dengan ketinggian jalan yang beberapa tahun sekali ditinggikan karena permukaan tanah terus turun, sementara muka air laut terus meninggi.

Semakin bergeser

Pusat kota kini bergeser ke lokasi yang bebas rob. Perkembangan Semarang kini diarahkan ke kawasan perbukitan di selatan. Tanpa perencanaan yang matang, pembangunan yang tak terkendali bakal berujung bencana bagi warga karena daerah selatan adalah daerah tangkapan air.

Kepala Dinas Tata Kota dan Permukiman Kota Semarang Eko Cahyono mengatakan, pekerjaan utama pemerintah sekarang adalah mengatasi rob dan banjir di kawasan itu. Saluran air yang rusak, sistem pemompaan, dan kolam retensi juga mulai dibenahi.

Pemkot juga mengupayakan komunikasi dengan Belanda untuk mengembalikan aura kota lama. Eko mengakui, kesulitan terbesar adalah gedung yang banyak dimiliki perorangan. Pemkot pun tidak mungkin membeli gedung atau bangunan tua karena membutuhkan biaya yang sangat besar.

DOK INDONESIA.TRAVEL Klenteng Gedong Batu atau Sam Po Kong di Semarang, Jateng, adalah sebuah petilasan dari tempat persinggahan dan pendaratan pertama Laksamana Cheng Ho.
Eko mengakui, potensi wisata kota lama sebenarnya sangat besar, terutama karena nilai sejarah yang dikandungnya. Di masa mendatang, kota lama akan terus dikembangkan, antara lain dengan memperbaiki segala sarana dan prasarana di dalamnya.

Gedung-gedung tua sebagian sudah mulai dimanfaatkan sebagai rumah makan, kafe, atau galeri seni, tetapi sebagian lain masih terbengkalai, dibiarkan tak terawat dan kumuh. Perjalanan itu masih jauh. (Amanda Putri dan Hamzirwan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com