Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menemukan Keindahan Angkor Wat

Kompas.com - 07/10/2013, 09:19 WIB
”See Angkor Wat, and die,” ucap seorang kawan di Bangkok, Thailand, meyakinkan saya agar tetap ke Siem Reap, Kamboja. Di sanalah Candi Angkor Wat berada. Ucapan yang menantang dan menumbuhkan rasa penasaran.

Angkor Wat merupakan salah satu obyek wisata favorit dunia. Setidaknya 1,2 juta wisatawan dari seluruh dunia setiap tahun mengunjungi candi yang dibangun pada abad ke-12 Masehi itu. Mulanya tahun 1992, candi ini mengemuka di dunia pasca-berakhirnya perang saudara di Kamboja yang dipicu gerakan Khmer Merah. Film Tomb Raider yang mengambil latar candi di kompleks Angkor semakin memopulerkannya.

Bagi saya, orang Indonesia, Angkor Wat menarik karena gaya bangunannya menyerupai Candi Borobudur dan Prambanan. Beberapa sejarawan mengungkapkan, perkembangan Angkor tak lepas dari pengaruh kerajaan Jawa masa Dinasti Sailendra yang menguasai sejumlah kerajaan di Asia Tenggara pada abad ke-7 Masehi.

Agar memperoleh pengalaman lebih kaya, saya berangkat dari Bangkok menuju Siem Reap. Hitung-hitung satu kali perjalanan, bisa dua negara dijelajahi.

Perjalanan darat Bangkok-Siem Reap mencapai 12 jam. Sampai di Siem Reap sudah agak malam, dan saya menyempatkan makan dan minum di kedai kopi di sepanjang jalan kota Siem Reap. Kota ini cukup kecil, bisa dijelajahi dengan berjalan kaki.

Keesokan pagi sebelum matahari menyingsing, saya bergegas ke kompleks Angkor untuk menyaksikan panorama matahari terbit di candi Angkor Wat dengan menumpang mobil angkutan umum tuk-tuk. Luas kompleks candi ini 200 kilometer persegi, candi-candinya tersebar di sejumlah tempat dan Angkor Wat yang terbesar.

Tiba di pelataran candi, saya bersama ratusan turis berjalan kaki ke sisi barat Angkor Wat. Kami berdiri di tepian kanal yang mengelilingi candi, menanti matahari terbit.

Pukul 05.00, pucuk-pucuk menara Angkor Wat membentuk siluet akibat pancaran sinar matahari yang datang dari timur. Genangan air pada kanal memberi refleksi siluet candi, sementara birunya langit menampilkan efek dramatis yang mengagumkan. Bahkan, dalam kondisi langit mendung akibat anomali cuaca, pemandangan Angkor Wat tetap memukau.

Lelah perjalanan Bangkok-Siem Reap terasa terbayar. Benar ucapan teman saya, ”See Angkor Wat, and die”. Ucapan itu tak lain mengutip ungkapan penulis Inggris, Arnold Toynbee, yang terpukau dengan keindahan candi tersebut.

Dilihat sekilas, candi ini agak mirip Candi Prambanan, terutama pada menaranya yang meruncing penuh ukiran. Lekuk tubuh arca dan relief di candi ini juga mirip dengan candi di Jawa.

KOMPAS/MADINA NUSRAT Candi Taphrom yang diselubungi akar pohon menjadi salah satu daya tarik panorama di kawasan candi Angkor, Siem Reap, Kamboja, akhir Agustus 2013. Candi ini juga dikenal sebagai Tree Temple.
Bedanya, Angkor Wat berukuran lebih besar dan lebih menyerupai kuil. Candi ini memiliki selasar yang dinaungi atap batu yang menghubungkan satu menara dengan menara lain.
Pengaruh Jawa

Terhitung pada masa kekuasaan Sanjaya di Jawa abad ke-7 Masehi, telah terjalin hubungan antara raja-raja Jawa dan raja-raja Funan di Kamboja. Dalam buku Nusantara: Sejarah Indonesia, sejarawan Bernard HM Vlekke menjelaskan, anak Sanjaya bernama Wishnu atau Panangkarana menikah dengan putri penguasa Funan. Dari pernikahan itu diperoleh dua anak, dan anak bungsu Shri Maharaja Shailendravamca menjadi raja paling berkuasa di Asia Tenggara. Dialah yang memperoleh gelar Sailendra dan membangun Candi Borobudur begitu masuk Buddha Mahayana dari sebelumnya beragama Hindu Siwa.

Satu abad kemudian, abad ke-8 Masehi, menurut sejarawan George Coedes dalam bukunya, Asia Tenggara Masa Hindu-Buddha, Funan membebaskan diri dari penguasaan Jawa berkat pimpinan Raja Jayavarman II, pendiri kerajaan Angkor. Namun, pengaruh Jawa begitu besar sehingga Jayavarman menggelar ritual agama Hindu Siwa untuk membersihkan daerahnya dari pengaruh Jawa.

Latar belakang sejarah ini, diyakini beberapa ahli, yang menyebabkan gaya bangunan Angkor Wat menyerupai Candi Borobudur dan Prambanan.

Namun, tidak demikian dengan candi lainnya di kompleks Angkor. Candi Angkor Thom atau Bayon, contohnya, dipenuhi 200 relief wajah ukuran besar di 54 menaranya, sangat berbeda dengan candi-candi di Jawa. Candi ini berdiri setengah abad setelah Angkor Wat berdiri.

Pemandangan memukau juga ditemukan pada candi Taphrom. Film Tomb Raider cukup sukses mengeksplorasi eksotika candi ini yang diselubungi akar pohon berukuran besar. Keunikan itu tetap dijaga sehingga Taphrom dikenal sebagai Tree Temple.

Berwisata di kompleks Angkor bisa satu hari penuh karena ada banyak candi tersebar di kawasan ini. Namun, karena hanya punya satu hari-dua malam berwisata di Siem Reap, saya memilih sampai tengah hari. Selebihnya saya gunakan berkeliling kota Siem Reap dan belanja oleh-oleh khas Kamboja.

Keindahan kuil di Bangkok

Kembali ke Bangkok, jangan melewatkan kuil-kuil cantik dengan patung-patung Buddha berukuran besar. Kuil-kuil itu berada di sekitar istana Kerajaan Thailand atau Grand Palace.

Berkeliling di kawasan ini bisa menumpangi tuk-tuk. Dimulai dari kuil Standing Buddha dengan patung Buddha setinggi 20 meter lebih. Kemudian kuil Wat Po dengan patung Buddha terbaring yang terkenal. Dilanjutkan ke Wat Arun yang menara kuilnya bisa didaki hingga ke puncak.

KOMPAS/MADINA NUSRAT Sejumlah wisatawan mengabadikan panorama Candi Angkor Wat, Siem Reap, Kamboja, akhir Agustus 2013. Panorama candi ini tampak memukau pada pagi hari.
Sebelum ke Siem Reap, saya sempat menikmati keindahan alun-alun kota Bangkok, Sanam Luang. Alun-alun ini berada di utara Grand Palace.

Di sisi barat alun-alun berdiri Universitas Thammasat yang dikenal sebagai tonggak berdirinya demokratisasi di Thailand pada tahun 1934, dari monarki absolut menjadi monarki parlementer.

Menjelang malam, dari alun-alun Sanam Luang tampak deretan pucuk bangunan Grand Palace yang bertaburkan sinar lampu indah. Warga Bangkok menikmati pemandangan ini dengan duduk santai bersama teman dan saudara.

Tampaknya sulit melewatkan keindahan tempat-tempat bersejarah di Kamboja dan Thailand jika berwisata di Asia Tenggara. Apalagi keramahan warga di kedua negara itu membuat kita merasa berada di negara sendiri. (Madina Nusrat)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com