Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Museum, Setelah Pencuri Beraksi...

Kompas.com - 08/10/2013, 16:35 WIB

Radya Pustaka

Museum tertua di Indonesia, Radya Pustaka, Solo, Jawa Tengah, tidak hanya harus bekerja keras memperbaiki sistem keamanan, tetapi juga mengembalikan citra. Enam arca batu dari abad ke-7 dan ke-9 Masehi satu per satu hilang dan digantikan dengan arca tiruan tahun 2007. Bahkan, berdasarkan hasil reinventarisasi Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala tahun 2007, ada 60 koleksi lain yang hilang dan dipalsukan. Gara-gara pencurian itu, citra ”museum replika” menempel.

Selama 100 hari ini, museum yang menjadi rumah bagi lebih dari 3.000 item koleksi dan sekitar 500 naskah itu tidak membuka layanan kunjungan karena bersolek. Dindingnya yang kusam dicat, fitrin diperbaiki, dan koleksi ditata ulang. ”Kami ingin mengembalikan citra museum,” ujar Ketua Komite Museum Radya Pustaka Purnomo Subagyo.

Sayangnya, akibat revitalisasi itu, alarm dan kamera pemantau di 16 lokasi tak bisa berfungsi karena kantor pusat kontrol dirobohkan untuk dibangun baru. Koleksi berukuran kecil dimasukkan ke peti-peti kayu bergembok. Sebagian patung diletakkan di luar, dipagari bedeng tripleks kemudian digembok. Koleksi besar dibiarkan di tempatnya dan ditutupi plastik. Juru pelihara museum Setyo Triyono mengatakan, museum dijaga 24 jam dan koleksi dicek setiap tiga hari sekali.

Toh, kasus-kasus pencurian koleksi menguap begitu saja. Kasus Radya Pustaka menyeret kepala museum, dua pegawai, dan seorang perantara. Namun, seorang diler barang antik dari luar negeri hingga kini tak tersentuh hukum. Di Museum Sonobudoyo, emas yang hilang belum diketahui keberadaannya. Sementara, kasus pencurian di Museum Nasional sebelumnya, yakni hilangnya keramik dan lukisan tahun 1995, juga tak jelas ujung penyelesaiannya. Koleksi keramik tidak kembali, sedangkan lukisan ditemukan saat akan dilelang di luar negeri.

Ketua Umum Asosiasi Museum Indonesia Pusat, Putu Supadma Rudana mengungkapkan keprihatinannya terhadap berulangnya kasus pencurian koleksi museum. ”Ini sebagian merupakan potret lemahnya pengamanan, penataan, dan pengelolaan museum di Indonesia,” katanya.

Museolog Kartum Setiawan mengatakan, seharusnya ada standar keamanan sesuai jenis koleksi. ”Bagi kebanyakan orang, benda-benda tua itu tak dipandang, tetapi kolektor menganggapnya berharga.”

Dia mencontohkan, di Museum Mpu Tantular di Sidoarjo, Jawa Timur, koleksi emas diletakkan di ruang brankas dan dinikmati dari balik terali besi. Kata Kartum, Museum Nasional diibaratkan ”museumnya museum”. Kepada Museum Nasional- lah museum di daerah berkiblat.

Namun, Bambang melihat marwah Museum Nasional meredup. ”Sejak tahun 1998, Museum Nasional jarang dikunjungi tamu-tamu negara. Entah, bangsa atau pemimpinnya yang tidak peduli,” ujarnya. Yang jelas, awas pencuri tetap peduli! (INE/COK/EKI/RWN/CAN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com